Mohon tunggu...
rohmalaila
rohmalaila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Malang

Hobi saya membaca berbagai macam bacaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Larung Sembonyo ; Tradisi Pesisir Yang Mengalirkan Syukur Dan Budaya

21 Januari 2025   16:56 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pelaksanaan Larung Sembonyo

Tradisi Larung Sembonyo

oleh ; Rohmah Laelatul Chasanah

 Kearifan lokal adalah warisan budaya yang mencerminkan identitas suatu komunitas. Di Indonesia, beragam tradisi lahir dari interaksi masyarakat dengan lingkungan alamnya, termasuk tradisi Larung Sembonyo di pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur masyarakat pesisir terhadap hasil laut, tetapi juga mencerminkan nilai spiritual yang mendalam.

Larung Sembonyo merupakan ritual sedekah laut yang dilaksanakan sekali setahun pada bulan besar dalam kalender Jawa. Upacara ini melibatkan penghanyutan tumpeng ke laut sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan serta harapan perlindungan selama melaut. Tradisi ini juga mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam dan Sang Pencipta.

Budaya ini memiliki akar sejarah yang kuat, mengingatkan masyarakat pada legenda pernikahan Raden Tumenggung Yudha Negara dan Putri Gambar Inten. Kisah ini memperkaya narasi tradisi tersebut, menjadikannya bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga perayaan warisan sejarah lokal. Masyarakat pesisir percaya bahwa melalui pelaksanaan tradisi ini, hubungan spiritual dengan alam dan leluhur tetap terjaga.

 Selain itu, tradisi Larung Sembonyo menjadi sarana pendidikan kultural yang penting, terutama bagi generasi muda. Proses persiapan hingga pelaksanaan melibatkan kerja sama masyarakat, mengajarkan nilai-nilai seperti gotong royong, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap budaya. Dengan cara ini, Larung Sembonyo bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi medium untuk memperkuat identitas dan solidaritas komunitas.

Pelaksanaan Larung Sembonyo terdiri dari tiga fase utama: pembukaan, pelaksanaan, dan penutupan. Pada tahap pembukaan, tokoh adat atau kepala desa memberikan sambutan dan doa. Fase pelaksanaan adalah inti ritual, di mana tumpeng dihanyutkan ke laut. Ritual ini melibatkan seluruh masyarakat, mencerminkan nilai kerja sama dan gotong royong. Sebagai penutup, makanan dari tumpeng dibagikan kepada warga sebagai simbol berbagi keberkahan.

Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, tradisi ini memiliki potensi ekonomi melalui pariwisata budaya. Kegiatan Larung Sembonyo menarik wisatawan lokal dan mancanegara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperkuat identitas budaya lokal. Acara ini juga memadukan seni tradisional seperti tayub dan krawitan, menambah daya tariknya sebagai perayaan budaya yang unik.

Namun, Larung Sembonyo tidak lepas dari perdebatan. Dalam perspektif agama Islam, beberapa pihak menganggap tradisi ini bertentangan dengan prinsip tauhid, terutama terkait persembahan kepada entitas selain Allah. Kendati demikian, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya masyarakat Prigi, mengajarkan nilai-nilai karakter seperti kerja sama, rasa syukur, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya.

Tradisi Larung Sembonyo mencerminkan harmoni antara budaya, agama, dan lingkungan. Meski diwarnai perdebatan, tradisi ini tetap menjadi cerminan kearifan lokal yang kaya nilai. Dengan promosi dan edukasi yang tepat, Larung Sembonyo dapat terus dilestarikan, tidak hanya sebagai tradisi budaya tetapi juga sebagai aset yang memperkuat identitas dan kesejahteraan masyarakat lokal.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun