Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Awas, Kita Peringkat Kelima Diabetes Sedunia!

15 Juni 2023   22:08 Diperbarui: 15 Juni 2023   22:27 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat di seluruh dunia, selama 30 tahun terakhir ini. Salah satu dari penyakit ini adalah kencing manis atau biasa disebut diabetes. Bahkan berdasarkan laporan Global Burden of Disease tahun 2020, penyakit diabetes telah menjelma sebagai satu dari sepuluh Penyakit Tidak Menular paling mematikan terbanyak di dunia. Fakta ini bisa kita lihat pada the journal of "Reducing the Consumption of Sugar-Sweetened Beverages among Children and Adolescents" Vol. 30 Issue 1 2022 Page 74-89 by Marya Yenita Sitohang, School of Population and Global Health, The University of Melbourne.Jika kita fokus pada kondisi di Indonesia.

Maka Data dari International Diabetes Federation's 'Diabetes Atlas 10 th Edition' yang terbit pada tahun 2021, mengungkapkan data mengkhawatirkan bahwa angka diabetes di Indonesia menduduki peringkat kelima tertinggi di dunia dengan 19,47 juta kasus, setelah China (140,9 juta), disusul India (74,2 juta), Pakistan (33 juta), dan Amerika Serikat (32,2 juta).

Sementara itu, dalam sebuah pernyataannya pada 27 September 2022 lalu, Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa 13% penduduk Indonesia terindikasi menderita diabetes dengan potensi peningkatan yang signifikan setiap tahunnya.

Pada dasarnya semua orang sebenarnya telah mengetahui salah satu biang kerok utama munculnya diabetes adalah pola konsumsi gula harian yang berlebihan. Sialnya, berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2022 tentang Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, telah menegaskan bahwa gula masuk dalam tiga dari lima komoditas pangan yang dikonsumsi paling banyak oleh masyarakat Indonesia (katalog Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) pada Maret 2022).

Secara statistik data, urutan lima pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh orang Indonesia diantaranya: beras (98,68%), garam (96,37%), bawang merah (94,95%), minyak goreng (93,67%), dan gula tebu (92,30%). Belum lagi, diluar data itu masih ada konsumsi gula bulanan oleh masyarakat yang terkandung dalam konsumsi berbagai jenis makanan dan minuman lainnya semisal: roti (61,21%), kue kering, biskuit, semprong (41,89%), kue basah (57,17%), serta minuman olahan antara lain: kopi, teh, susu cokelat (54,03%), es krim (54,03%), dan jenis minuman lainnya (32,59%).

Mengacu pada temuan survei berjudul Fluid Intake of Children, Adolencents and Adults in Indonesia --yang dilakukan oleh Laksmi PW, Morin C, Gandy J, Moreno LA, Kavouras SA, Martinez H, Salas-Salvad J, Guelinckx I. Asupan cairan anak, remaja dan dewasa di Indonesia: results of the 2016 Liq.In 7  national cross-sectional survey. Eur J Nutr. 2018 Jun;57-- terungkap bahwa setelah air putih dan minuman panas, varian minuman berpemanis gula merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia.

Benarkah berdasarkan kebiasaannya masyarakat Indonesia bisa disebut Raja Gula? Sebuah studi yang diadakan atas kolaborasi Institut Pertanian Bogor, Indonesia (IPB) dan University of Life Sciences Polandia telah menegaskan adanya kelebihan konsumsi gula oleh orang-orang Indonesia tersebut. Studi tersebut mengungkapkan bahwa asupan gula, garam, dan lemak pada masyarakat di Jakarta Selatan, Indonesia memang terbukti berlebih. Total konsumsi gula masyarakat di Jakarta Selatan mencapai 34,9-45,8 gram per kapita per hari, atau setara dengan sembilan sendok teh. Sebuah angka yang notabene memang cukup mengkhawatirkan.

Kenapa mengkhawatirkan? Karena temuan angka di atas sangat mendekati acuan dari Kementerian Kesehatan RI yang menyatakan bahwa konsumsi gula 50 gram per hari adalah jumlah berlebih. Kemenkes RI telah menganjurkan bahwa sebaiknya konsumsi gula setiap hari tidak lebih dari 25 gram saja. Hal ini tidak hanya menghindari ancaman penyakit diabetes, tetapi juga untuk mengurangi adanya risiko PTM dalam jangka panjang. Terkait hal yang mengkhawatirkan tersebut, pemerintah sendiri telah melaksanakan bermacam upaya dan strategi guna mengendalikan konsumsi gula tersebut misalnya dalam hal perubahan kebijakan, pelaksanaan survei, serta edukasi kepada masyarakat.

Memanfaatkan potensi kekuatan regulasi, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 63 Tahun 2015 11 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Siap Saji. Salah satu aspek regulasi terkait dengan informasi gizi adalah kandungan zat gizi yang harus dibatasi seperti lemak dan gula harus dicantumkan dalam iklan dan media promosi lainnya, seperti selebaran, brosur, menu dan media lainnya. Kebijakan ini juga diperkuat dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. 26 Tahun 2021 yang mewajibkan industri makanan mencantumkan informasi nilai gizi gula, garam, dan lemak pada label.

Tidak memungkiri kenyataan bahwa minuman berpemanis sendiri pada kenyataannya memang cukup mudah didapatkan di Idnonesia, maka pemerintah juga menerapkan strategi pengenaan cukai minuman berpemanis tersebut. Strategi ini diharapkan dapat menambah jumlah pilihan minuman yang lebih sehat di Tanah Air untuk masyarakat.

Apakah berbagai strategi dan kebijakan pemerintah tersebut mampu meredam konsumsi gula berlebihan pada masyarakat Indonesia selama ini? Tentunya semua kembali kepada kesadaran dan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Seberapa banyak apa pun upaya yang telah dilakukan pemerintah, jika masyarakat tidak menyadari dan memiliki pengetahuan akan bahayanya konsumsi gula secara berlebihan tersebut, tentunya tidak akan berarti apa-apa. Semestinya banyaknya kasus penyakit diabetes yang menjangkiti masyarakat di sekitar kita dan bahkan banyak menyebabkan terpicunya penyakit lain yang menimbulkan kematian, cukup untuk menjadi pelajara agar kita mawas diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun