Kecanggihan teknologi informasi telah membuat kreativitas manusia mampu menembus berbagai batas yang ada. Positif maupun negatif, inovasi dan terobosan-terobosan baru terus bermunculan dan memberikan shock therapy yang benar-benar mengagetkan nalar kita.Gebrakan kreativitas yang cerdas, pintar, ekstrim, lugas bahkan norak terus saja bermunculan memanfaatkan masing-masing keunggulan yang diawarkan oleh berbagai plaform sosial media yang ada.
Ada gebrakan berupa social experiment, challenge, web series, podcast, unboxing, tutorial, bahkan prank dan banyak lainnya terus-terusan dilakukan agar sosialisasi atau publikasi atas konten yang ditawarkan cepat viral, tersebar dan mencuri perhatian warganet.
Namun, dari kesemua strategi yang dilakukan di atas, yang terpenting adalah kepintaran untuk menciptakan drama yang menggetarkan rasa penasaran warganet. Siapa yang mampu menciptakan drama paling mencekam, konflik yang nampak paling sengit, dialah yang akan mampu menyedot perhatian audience dibandingkan semua lawan yang turut dalam persaingan.
Mungkin itulah yang terjadi pada kasus perang billboard antara Deddy Corbuzier (Decor) dengan Ivan Gunawan (Igun). Kronologi standar yang nampak dipermukaan adalah Decor memasang iklan billboard podcastnya di sekitar rumah Igun, untuk mengodanya. terpancing dengan ulah Decor, Igun pun tak mau kalah. Igun pun memasang billboard atas namanya sendiri dan menuliskan pesan menohok kepada Deddy.
Tentu saja perseteruan atau bercandaan antara kedua selebritis ini segera menjadi drama memikat yang menarik kuat perhatian khalayak. Pasalnya biaya pasang bilboard tidaklah mural.Â
Setidaknya butuh dana atau biaya ratusan juta untuk pemasangan billboard yang dijadikan perang canda dan ejekan antara kedua selebritis ini. Bercandaan sultan, itulah kira-kira istilah yang muncul atas ulah kedua orang tersebut.
Namun jika yang terlihat di permukaan mereka nampak sedang berperang melalui billboard, bisa jadi jika kia selami akan berbeda dari yang terlihat selama ini.
Perang billboard yang mereka lakukan tersebut bukanlah perang yang saling menghancurkan. Boleh dikatakan saat ini mereka jusru tengah melakukan perang mutualisme atau perang yang jusru saling menguntungkan bagi pembangunan citra personal mereka.
Melalui perseteruan yang seolah-olah mereka lakukan, maka fungsi komunikasi dari billboard yang mereka pasang justru bisa memberikan manfaat secara maksimal. Jadi pembicaraan panas, jadi omongan, jadi berita, jadi gosip, jadi perhatian, membuat orang penasaran dan ujung-ujungnya berhasil mendapatkan obyektif dari tujuan pemasangan billboard tersebut yaitu menggenjot popularitas mereka masing-masing.
Tentunya hasil ini akan sangat berbeda jika tidak ada drama yang muncul dan menyertai pemasangan billboard Decor dan Igun tersebut. Jika sepi-sepi saja tanpa ada drama yang meledak, maka kemampuan billboard yang mereka pasang hanya sebatas khalayak yang berlalu lalang di jalan sekitar billboard tersebut.
Bisa saja perseteruan melalui perang billboard tersebut merupakan improvisasi spontan yang muncul diantara naluri bercanda mereka berdua, namun bisa jadi hal itu memang benar-benar sudah diskenario dan direncakan oleh mereka berdua secara matang sebagai srategi pencitraan yang diperlukan.