Siapa pun yang menontonnya akan seuju bahwa iklan Sasa ini luar biasa. Teknis sinematografinya tingkat wahid, sisi-sisi pengambilan gambar dan sudut-sudut syutingnya sangat unik, artistik dan menarik.
Lokasi pengambilan gambarnya, juga luar biasa indah dan memanjakan mata.Bintang iklan yang dipilihnya pun juga sangat cantik, bertalenta langka, kelas dunia dan di luar paritas dari bintang iklan yang beredar di dunia iklan Indonesia saat.
Ide kreatif konsep iklan yang dieksplorasi juga cukup out of the box. Bagaimana tidak, untuk menetralkan stigma lama bahwa Sasa itu merupakan MSG aau micin yang sempat dianggap tidak sehat, tidak natural dan berbahaya bagi kesehatan, iklan ini menampilkan Liana Snytsar yang notabene seorang koki atau chef berkelas dunia sekaligus seorang traveler.
Mengangkat serial kampanye iklan dengan tajuk "The Flavour of Nature", pada serial #4 ini, iklan tersebut menampilkan sequel kisah saat chef Liana Snytsar sedang melakukan pertualangan yang sangat luar biasa.
Dengan ceria dan bersemangat, chef Liana menjelajahi indahnya alam dan memasak di spot-spot unik dan menakjubkan di seputaran kaki Gunung Merapi. Perjalanan tersebut menurut Liana merupakan pengalaman luar biasa yang tak bisa terlupakan.
Saat menjelajah kawasan di seputaran kaki gunung Merapi itulah Liana percaya bahwa memasak di alam adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan dalam hidup karena ia bisa menikmati setiap prosesnya.
Pada momen ini pulalah Liana secara natural bisa mengiklankan Sasa sebagai bumbu pelezat masakan yang menjadi salah satu bumbu andalannya. Â Sampai di sini semuanya masih terasa sempurna. Saa bisa menikmati sebuah sajian iklan yang menarik, berkualias, visualnya memanjakan mata dan pesannya jelas bisa kita terima dengan nyaman.
Bunga Edelweis Untuk Pemanis  Â
Detail-detail pengambilan gambar, artistik, dan crafting yang disajikan visual iklan ini betul-betul indah dipandang mata. Sepertinya art director syuting iklan ini benar-benar ingin memanjakan mata penonton agar mendapatkan sajian visual yang menyenangkan. Dan saya pun benar-benar menikmati frame demi frame yang ditayangkan.
Sampai akhirnya, saya menjadi sangat kecewa ketika melihat ada beberapa kuntum bunga Edelweis yang nampak manis, diselipkan di kepang rambut Chef Liana Snytsar yang cantik itu. Sungguh chef Liana sebenarnya nampak semakin manis, anggun, alami dan menggemaskan.
Namun kenapa harus bunga abadi atau Edelweis yang harus diselipkan di kepang rambut yang mempesona Liana itu? Mungkin bisa bunga rumput liar, atau bunga semak-semak gunung yang tentunya mudah ditemukan di lokasi tersebut sehingga tak perlu membuat kecewa para pecinta alam yang merasa Edelweis adalah tanaman yang haram untuk dipetik? Â
Ternyata kekecewaan saya tidak berhenti di situ saja. Di frame selanjutnya, ternyata ada lagi seikat besar bunga Edelweis yang diletakkan teronggok di meja, bersama-sama beragam bumbu masakan lainnya, serta bunga-bunga rumput liar sebagai penghias dan penambah artistik penyajian hasil masakan Chef Liana yang nampak lezat dan sangat menggoda.
Lagi-lagi pertanyaan saya, kenapa harus bunga Edelweis yang ada di meja itu? Bukankah seharusnya bunga Edelweis tak boleh dipetik dari habitatnya. Apalagi hanya sekedar penambah unsur artistik semata, bukan sebagai kebutuhan utama. Sungguh keberadaannya terasa sia-sia.Â