YANG FANA ADALAH WAKTU
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi,
yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu. Kita abadi.
1978
Buku: Hujan Bulan Juni (Grasindo -- 1994)
Karya: Sapardi Djoko Damono
Sekali lagi selamat jalan Pak Sapardi Djoko Damono, sugeng tindak menuju keabadian. Lagi-lagi seperti dalam puisimu, maafkan kita yang masih akan terus bercakap membicarakan puisi-puisimu yang akan terus kami baca sebagai pengisi jiwa kami. Meskipun para pengiring jenasah telah mengantarkanmu di liang lahat. Peristirahatan jasadmu yang tak abadi.
SAAT SEBELUM BERANGKAT
mengapa kita masih juga bercakap
hari hampir gelap
menyekap beribu kata di antara karangan bunga
di ruang semakin maya, dunia purnamasampai tak ada yang sempat bertanya
mengapa musim tiba-tiba reda
kita di mana. Waktu seorang bertahan di sini
di luar para pengiring jenazah menanti1967
Sapardi Djoko Damono
Buku: Hujan Bulan Juni
Sekarang sudah bulan Juli. Hujan pun jarang sekali menyambangi. Tentu saja berbeda dengan keindahan puisi-puisi yang kau tuliskan dalam "Hujan Bulan Juni, kepergianmu kali ini membuat kami benar-benar merasa bersedih. Biarlah hujan airmata di bulan Juli ini mengiringi kepergianmu dari kami. Karena engkaulah "Sang Hujan Bulan Juni" itu, sang pujangga sastra Indonesia. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H