Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngapunten Ibu, Lebaran Ini Dalem Tidak Ro'an di Pusaramu

18 Mei 2020   22:04 Diperbarui: 18 Mei 2020   22:05 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Rumput Liar yang Biasa Tumbuh di lahan Tak Terawat - Sumber Foto: pexels.com

Ilustrasi Jalan Menuju Komplek Pemakaman - Sumber Foto: pexels.com
Ilustrasi Jalan Menuju Komplek Pemakaman - Sumber Foto: pexels.com
Salah satu fungsi dari lebaran Idul Fitri adalah mempertemukan seluruh keluarga besar yang kita miliki. Baik yang masih hidup di dunia ini, maupun mereka-merek yang telah pergi meninggalkan kita. Tentu saja cara pertemuan antara mereka yang masih hidup dan mereka yang sudah tiada berbeda cara. Bertatap muka, ngumpul-ngumpul dan bersilaturahmi adalah salah satu cara untuk mempertemukan keluarga yang masih hidup. Adapun yang sudah meninggal, cukup berziarah ke makam, membersihkan dan memperindahnya sewajarnya dan mengirimkan doa sebanyak-banyaknya.

Mungkin karena alasan itu pulalah di kampungku ada tradisi Ro'an yang digelar di hari-hari menjelang jatuhnya idul fitri. Kata Ro'an sebenarnya adalah istilah yang tidak asing lagi bagi mereka yang pernah tinggal atau belajar di kalangan pesantren. Arti sebenarnya Ro'an adalah gotong-royong atau bersama-sama.

Ada yang mengartikan bahwa kata Ro'an berasal dari bahasa Arab. Yaitu dari kalimat "tabarraka-yatabarraku-tabarrukan". Dari kalimat tersebut, kata ro'an dilahirkan sebagai hasil penggalan dari dua suku kata akhir dari mashdar (tabarrukan) yang kemudian menghilangkan huruf  "kaf". Meskipun ini agak sedikit memaksa namun sepertinya bisa masuk juga.

Namun ada yang berpendapat lain bahwa istilah Ro'an adalah memang kata yang diambil dari bahasa arab, yaitu ro'yun. Adapun ro'yun ini memiliki arti sebagai pendapat, gagasan, opini. Ro'an dianggap sebagai turunan dari kata ro'yun karena memang aktivitas Ro'an tersebut biasanya dilakukan karena kemauan sendiri dan tanpa adanya paksaan apapun.

Entah mana yang paling benar, yang jelas dikampungku tradisi Ro'an memiliki artinya yang berbeda lagi. Di sini Ro'an berarti waktunya bersama-sama untuk membersihkan komplek pemakaman khususnya komplek nisan keluarga masing-masing, yang kebetulan memang tempatnya ada di belakang masjid pesantren. Jadi Ro'an di kampungku tidak bisa dipakai untuk menyebut aktivitas gotong-royong yang dilakukan untuk hal-hal lain. Istilah Ro'an dipakai khusus untuk kegiatan membersihkan komplek pemakaman bersama-sama dengan fokus ke nisan-nisan keluarga serta leluhur pendiri pesantren dan kampung ini.

Biasanya sebagai penanda akan dimulainya Ro'an akan ditandai dengan 'tiduran' atau pemukulan beduk bertalu-talu kemudian disusul pengumuman dari takmir masjid melalui toa yang dipasang menjulang di menara. Setelah semua warga berkumpul maka gotong royong pembersihan makam dimulai dengan membersihkan makam sesepuh atau pendiri pesantren yang konon merupakan seorang wali.

Karena makam pendiri pesantren ini sangat terawat maka waktu yang dibutuhkan untuk membersihkannya sangatlah singkat. Sekedar mencabut satu dua rumput yang menyembul diantara batu atau dan pasir pelataran makam. Setelah itu barulah tia-tiap keluarga akan lanjut ke lokasi makam keluarga masing-masing. Manajerial pemakaman di sini cukup rapi dan terencana. Makam-makam leluhur dan kerabat besar masing-masing keluarga biasanya selalu terkumpul di satu lokasi.

Ilustrasi Kompleks Tua Pemakaman Keluarga - Sumber Foto: Pexels.com 
Ilustrasi Kompleks Tua Pemakaman Keluarga - Sumber Foto: Pexels.com 
Di lokasi pemakaman keluarga besarku ada makam canggah (orang tua kakek buyutku), kakek dan nenek buyut, keluarga seangkatan kakek-nenek, paman, pakde, ibu dan juga adik kandungku. Karena keluargaku banyak yang merantau ke luar kota, otomatis lokasi pemakaman keluargaku ini cukup kurang terawat. Yang pasti dibersihkan hanyalah pada saat tradisi Ro'an ini setahun sekali, meskipun terkadang ada pula keluarga yang menyempatkan diri untuk membersihkan ketika mudik di saat-saat liburan bukan lebaran.

Karena dilakukan setahun sekali hanya menjelang lebaran inilah tradisi ini bagiku terasa penting sekali. Pada saat Ro'an itulah aku merasa mendapatkan kembali momen kedekatanku dengan almarhum ibu. Sembari mencabuti rerumputan dan bakal semak yang tumbuh liar di bebatuan sekitar makam ibu inilah aku seperti terbawa kembali kepada kenangan-kenangan indah bersama beliau. Kenangan bagaimana beliau memberikan perhatian dan kasih sayangnya secara tulus kepada kami anak-anaknya yang terkadang sangat bandel dan mengahbiskan banyak kesabaran.

Sungguh terasa mistis dan menakjubkan seiring dengan rumput yang tercabut satu demi satu, kenangan-kenangan indah bersama ibu pun  turut melintas satu persatu. Terasa mengharukan namun menyegarkan. Menumbuhkan perasaan syukur, perasaan bahagia, perasaan beruntung, perasaan terberkati dan perasan-perasaan positif lainnya yang sukar digambarkan dengan kata-kata semata. Karena alasan inilah tradisi Ro'an merupakan salah satu tradisi yang selalu kunantikan ketika pulang menjelang lebaran.

Sayangnya lebaran idul fitri 1441 ini, aku tak bisa mudik ke kampung halaman. Tak bisa ikut meramaikan tradisi Ro'an yang biasanya pantang aku tinggalkan. Sungguh Tuhanlah yang Maha Menentukan. Kita manusia hanya bisa merencanakan dan akhirnya hanya Tuhanlah yang menentukan. Padahal rencananya jika kami bisa mudik ke kampung halaman, aku ingin mengajak anak-anakku yang sudah sekolah dasar, untuk ikut meramaikan tradisi pawai takbiran keliling pesantren dengan "oncor blombongan" yang terasa menakjubkan. Meskipun aku tak yakin apa tradisi membuat "Oncor Blombongan" yaitu obor dari batang daun pepaya ini masih ada anak-anak sekarang yang melakukan. Padahal cara membuatnya sangat gampang. Tinggal ambil batang daun pepaya (blombongan). Potong tempat daunnya. Isi minyak dari lubangnya dan berikan sumbu di atasnya. Selanjutnya "oncor blombongan" pun siap dinyatakan untuk menerangi malam takbiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun