Perhelatan pesta demokrasi masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel) yaitu Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot 2020), sudah mulai menampakkan riak-riak gelombang persaingan yang mulai menghangat.
Munculnya kandidat-kandidat unggulan, sebut saja dari kalangan petahana telah ada Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Sekda Tangsel Muhamad, Lurah Tomi Patria, dan terakhir Aldrin, ketua lembaga milik Pemkot Tangsel yang juga merupakan adik kandung Wali Kota Tangsel saat ini, Airin Rachmi Diany.Â
Sementara di luar petahana dalam arti yang bukan pejabat pemerintahan, ada Siti Nur Azizah yang merupakan putri Wapres Ma'ruf Amin, Heri Gagarin kader PDIP Banten, Siti Chodijah yang merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tangsel, dan Andiara Aprilia Hikmat anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) yang merupakan anak dari mantan Gubernur Banten, Ratut Atut Choisiyah.
Tentu saja di luar mereka masih ada lagi beberapa kandidat lain dari berbagai kalangan semisal, tokoh milenial, aktivis, pengusaha dan banyak lainnya. Dari kalangan aktivis ada Suhendar dari lembaga Tangerang Publict Transparency Watch (Truth) dan Ade Irawan dari lembaga Indonesia Coruption Watch (ICW).
Diantara kandidat-kandidat tersebut, ada yang berjuang untuk meraih tiket menuju arena pertarungan Pilwalkot Tangsel 2020 dari jalur independen maupun jalur partai politik. Kabarnya kandidat dari kalangan aktivis berjuang untuk maju ke arena pilkada melalui jalur independen. Lainnya kemungkinan masih bersaing untuk merebut dukungan parpol.
Yang jelas, pertarungan yang terjadi sekarang ini masih diwarnai pada seputaran masalah keseriusan sang kandidat untuk maju, kesiapan yang dimiliki, dan menarik dukungan parpol bagi kandidat yang ingin maju melalui jalur parpol.
Melalui aktivitas dan mobilitas politis yang dipublikasikan media massa, masyarakat Tangsel mulai melihat dan mengetahui gambaran awal para kandidat yang akan bertarung merebut kepercayaan mereka.
Boleh jadi memang, kandidat petahana dan keluarga tokoh yang sudah populis akan lebih dulu dikenal masyarakat. Namun keunggulan mereka tersebut baru pada sebatas popularitas semata. Belum kepada elektabilitas.
Karena itu, meskipun kandidat-kandidat baru belum bisa menyaingi keunggulan popularitas, kesempatan yang dimiliki masih terbuka lebar.
Melalui keseriusan, kesiapan, kejelian membaca kebutuhan masyarakat dan strategi yang tepat dalam bersosialisasi maka kandidat-kandidat baru bisa nenjadi kuda hitam yang bisa berlari dan melesat lebih cepat menyalip kandidat unggulan yang sudah ada.
Sebut saja Rizal Bawazier salah satunya. Pengusaha muda yang dijuluki "Bapaknya Anak Yatim" ini baru muncul belakangan. Terkait tekadnya untuk mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat Calon Wali Kota pada Pilwalkot Tangsel 2020 tersebut, kabarnya dirinya baru menjajaki kedekatan dengan sebuah partai politik yang memiliki kursi cukup besar di Tangsel. Namun keseriusan dan kesiapan, yang ditunjukkan Rizal Bawazier patut diperhitungkan oleh kandidat-kandidat lainnya.