Mohon tunggu...
Rohmad Suphianto
Rohmad Suphianto Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Surakarta, Jl. Pandowo Kartosuro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siapa Berani Membuat Kurikulum Pendidikan Informal?

1 April 2015   21:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bentuk pendidikan informal, yaitu pendidikan di keluarga dan lingkungan, merupakan pendidikan yang tertua bahkan setua umur peradaban manusia. Baru pada tahap berikutnya muncul pendidikan non formal, dan kemudian yang terakhir terwujud adalah pendidikan formal dengan berdirinya sekolah dan madrasah.

Kurikulum pendidikan formal sudah ada, bahkan sering dibongkar pasang. Pendidikan non formal juga memiliki Standart Nasional Program Pendidikan Nonformal. Mengapa untuk pendidikan informal belum ada kurikulum atau minimal standart nasionalnya?

Pentingkah kurikulum pendidikan informal ?

Semua orang tua mempunyai keinginan untuk bisa mendidik anaknya secara maksimal meskipun tetap ada kendalanya. Salah satu kendalanya adalah; hal apa saja yang harus diajarkan? Bagaimana cara mengajarkannya? Apa indikator keberhasilannya? Sudah adakah pandauannya yang mudah ?

Memang sudah ada panduan yang berserakan di berbagai sumber. Rata-rata belum komprehensif, masih satu sisi, misalnya sisi kesehatan saja, sisi gerak fisiknya saja atau sisi mentalnya saja. Bahkan beberapa sumber tersebut juga masih banyak yang menggunakan setting budaya luar negeri.

Alangkah besar manfaatnya bila ada yang membuat kurikulum pendidikan dalam keluarga yang memuat secara aplikatif :

1.Apa yang harus diajarkan kepada anak dari hari ke hari, baik dari segi kesehatan, mental, pengetahuan, gerak fisik, ketrampilan sosial maupun skill berbangsa.

2.Bagaimana mengajarkannya, misalkan bagaimana mengajarkan anak supaya menghargai perbedaan?

3.Apa parameter keberhasilannya; seperti apa anak 6 tahun itu dikatakan disiplin, seperti apakah yang dikatakan jujur untuk anak 4 tahun, dsb.

4.Bagaimana mengaitkannya dengan budaya lokal.

Lebih jauh lagi, akan semakin aplikatif dan bermanfaat bila ada pusat – pusat pelatihan untuk para orangtua belajar ilmu terapan bagaimana mendidik anak mereka dalam keluarga.

Andakah yang bisa kita harapkan ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun