Mohon tunggu...
Rohmatullah Adny Asymuni
Rohmatullah Adny Asymuni Mohon Tunggu... Guru - Dakwah dengan hikmah

Rohmatullah Adny Asymuni, Alumni Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, STEI Tazkia, Bogor dan Aktivis HMI dan Sekum HMI Komisariat Tazkia Cabang Bogor. Penulis bisa kunjungi di rohmatullahadny.blogspot.com atau di twitter @er_adny

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Anak Kampung tak Usah Gengsi

1 April 2015   21:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku, mengakui identitas diri bukanlah suatu kerendahan dan kehinaan, melainkan suatu kehormatan dan berbangga dengan identitas dirinya bukan untuk kesombongan. Sebab, banyak di antara kita yang masih meremehkan dan menganggap hina identitas dirinya, hanya karena identitasnya lahir dari perkampungan yang bagi anggapan mereka kolot dan tidak maju, terkesan kampungan, tidak gaul.

Padahal, justru kita yang berlagak sok kota, sok gaul, dan sok-sok yang lain dengan menyembunyikan identitasnya adalah merupakan sifat orang pengejut, tidak bangga dengan tanah kelahirannya sendiri, ironis.

Tidak denganku, aku malah lebih bangga mengatakan, bahwa akulah anak kampung yang di suatu saat tidak akan kalah dengan mereka. Aku anak kampung yang akan mengharumkan nama kampung halamanku dengan aktivitas-aktivitas positifku. Tidak ada untungnya bagiku, menganggap kampung halamanku adalah kampungan. Justru akan aku kenalkan kapada kalian, bahwa anak kampung bisa berdaptasi dengan keilmuan dan akhlak lebih baik dari pada yang bukan dari asal kampung.

Uniknya perkampungan, tradisi silaturrahim kian melekat, menyapa satu sama yang lain, berbagi cerita, dan saling membahu. Kalau ada tetangga yang sedang ada hajatan, seperti pernikahan, para tetangga dengan berbondong-bondong akan membantu suksesnya acara, membantu memasang umbul-umbul, tulisan-tulisan yang memuat kata pernikahan, lek mellek. Entah lek mellek kalau dibahasakan Indonesia apa, belum ketemu, tapi makana dari lek mellek adalah perkumpulan malam hari di rumah yang hajatan nikahan, ada yang mengekpresikannya dengan membantu menuliskan kata-kata yang di pajang di dinding rumah, ada yang menghiasi rumah, ada yang ngopi sambil ngobrol, yang terpenting adalah turut hadir dan bahagia atas resepsi pernikahannya keluar tuan rumah tersebut.

Anak kampung tak usah gengsi mengakui dirinya dari anak kampung, malahan harus berjiwa besar dan tegar serta bangga dengan kampungnya. Sebab pada dasarnya di lahirkan di kampung bukanlah kemauan diri sendiri, melainkan kemauan Sang Pencita, Allah Subhanhu Wa Ta'ala. Dan Allah SWT tidak membedakan antara anak kampung dan anak kota. Boleh jadi anak kampung lebih mulia daripada anak kota dan sebaliknya, lantaran ketakwaan yang tersemat dalam pribadi-pribadi masing-masing.

Dan bukanlah jaminan, kalau anak kota lebih sukses daripada anak kampung dan sealiknya. Sebab kesuksesan sejatinya bukanlah berdasarnya kultur dan geografis hidup masing-masing, melainkan berdasarkan tekat dan kemaun kuat yang tertanam dari lubuk hari yang terdalam. Bahkan sejatinya kesuksesan adalah sukses menjaga harga diri dan sukses mengikuti perintah Tuhannya dengan segala ketertundukannya di bawah ajaran Nabinya, Sayyidina Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam.

Wahai Anak kampung berbanggalah, optimislah, dan majulah.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun