Mohon tunggu...
Rohmatullah Adny Asymuni
Rohmatullah Adny Asymuni Mohon Tunggu... Guru - Dakwah dengan hikmah

Rohmatullah Adny Asymuni, Alumni Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, STEI Tazkia, Bogor dan Aktivis HMI dan Sekum HMI Komisariat Tazkia Cabang Bogor. Penulis bisa kunjungi di rohmatullahadny.blogspot.com atau di twitter @er_adny

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyoal Takdir

5 Juli 2019   19:06 Diperbarui: 5 Juli 2019   19:10 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  • Sebagai orang mukallaf, wajib hukumnya meyakini dan beriman bahwa takdir (baik & buruk) datangnya dari Allah Swt. Meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia adalah atas kehendak (iradah) & takdir Allah sejak azali dan bersamaan dengan ilmunya Allah sebelum terjadinya apa yang Allah takdirkan

  • Meski begitu, setiap perbuatan adalah Allah yang menciptakan bersamaan dg takdir dan kehendaknya, bukan bermakna manusia majbur (tidak dapat berbuat apa-apa, alias bagai boneka yang tak dapat berikhtiar, memilih untuk berbuat). 

  • Mengapa demikian?. Karena manusia diberi iradah (keinginan/kehendak) juziyah yang dapat menggunakannya untuk memilih melakukan kebaikan atau keburukan. Sehingga dgn ia menggunakan iradahnya pada kebaikan, berarti ia telah menginginkan kebaikan tersebut (sehingga akibatnya ia dapat pahala). 

  • Begitu juga sebaliknya, manakala ia menggunakan iradah tersebut pada perbuatan buruk, berarti ia telah memilih keburukan, sehingga konsekwensinya ia disiksa oleh Allah Swt.
    Sederhanya adalah bahwa manusia dalam seluruh perbuatannya tidak serta merta ia tidak dapat berikhtiar (memilih) atau majbur (bagai boneka). Satu contoh, geraknya tangan ketika menulis, apa gerak tersebut tidak ada ikhtiar (pilihan) dari manusia itu sendiri?. 

  • Justru geraknya tangan ketika menulis adalah bukti bahwa gerak itu dipilih manusia. Ada perbuatan yang bukan atas kehendak manusia tapi terjadi dan tidak diinginkan manusia (manusia tidak dapat memilih) seperti geraknya tangan karena gemetar, apakah gerak tersebut dikehendaki manusia?. Tentunya tidak. Sama seperti, ketika manusia terjatuh, katakan ia kepleset kakinya di lantai, apa kpeleset tersebut pilihan dia?. Tentunya tidak

    Dengan begitu, takdir baik yang bersifat ikhtiyariyah atau ith-thirariyah seperti contoh diatas semuanya adalah Allah yang menciptkan.
    Lalu, apakah takdir bisa berubah?. Bisa iya, bisa tidak. Tidak bisa berubah kalau takdir bersifat mubram. Bisa berubah kalau takdir berupa mualla'. Sayyidina Umar berdoa

    Duhai Allah, jika engkau menakdirkan aku orang celaka, hapuskanlah dan takdirkanlah aku menjadi orang yang selamat, beruntung.

    Rohmatullah Adny Asymuni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun