Muhammad al-Fatih, yang juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II, adalah salah satu sultan terbesar dalam sejarah Kekaisaran Ottoman (Usmani). Â Al-Fatih dikenal terutama karena penaklukannya atas Kota Konstantinopel pada tahun 1453, sebuah peristiwa yang menandai runtuhnya Kekaisaran Bizantium dan menandai awal kejayaan Kekaisaran Ottoman. Al-Fatih adalah putra Sultan Murad II dan sejak kecil dididik dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk agama Islam, sains, matematika, bahasa, dan seni militer. Didikan agama dan militer yang ketat dari para ulama dan pembimbing militer mengasah bakat kepemimpinan dan keteguhannya. Ia dikenal cerdas dan rajin belajar, menguasai beberapa bahasa, termasuk Arab, Persia, Latin, dan Yunani.
Muhammad al-Fatih naik tahta pada usia 21 tahun setelah kematian ayahnya, Sultan Murad II. Salah satu ambisinya yang besar adalah menaklukkan Konstantinopel, kota yang telah lama dianggap tidak bisa ditembus. Konstantinopel adalah pusat Kekaisaran Bizantium, yang memegang posisi strategis antara Eropa dan Asia serta dikelilingi tembok pertahanan yang kuat.
Muhammad al-Fatih, juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II, adalah sosok pemuda yang sangat berperan dalam sejarah penaklukan Konstantinopel. Lahir pada 30 Maret 1432, dia adalah sultan ketujuh dari Kekaisaran Ottoman (Utsmaniyah) dan mendapat julukan "Al-Fatih" (yang berarti "Sang Penakluk") setelah berhasil menaklukkan kota Konstantinopel pada tahun 1453. Saat itu, ia baru berusia 21 tahun, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seorang pemuda.
Setelah persiapan matang, termasuk membangun benteng-benteng strategis dan mengembangkan meriam besar untuk menghancurkan tembok kota, Al-Fatih melancarkan serangan besar-besaran pada 6 April 1453. Setelah pengepungan selama hampir dua bulan, pada 29 Mei 1453, pasukan Ottoman berhasil memasuki kota itu, menandai jatuhnya Konstantinopel. Setelah itu, kota ini diubah menjadi Istanbul dan menjadi ibu kota baru Kekaisaran Ottoman, yang menjadikannya pusat budaya, ekonomi, dan politik dunia Islam.
Berikut adalah beberapa hal penting tentang Muhammad al-Fatih dan penaklukan Konstantinopel:
1. Visi Penaklukan: Dari kecil, al-Fatih dididik dengan visi untuk menaklukkan Konstantinopel, sebuah kota yang sangat strategis dan menjadi ibu kota Kekaisaran Bizantium selama berabad-abad. Ia menyadari pentingnya posisi geografis kota tersebut sebagai penghubung antara benua Eropa dan Asia.
2. Persiapan yang Matang: Al-Fatih mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Ia membangun benteng di sekitar Konstantinopel, termasuk benteng Rumeli Hisar di sisi Eropa Selat Bosphorus untuk memutus jalur bantuan ke Konstantinopel. Ia juga memperkuat pasukan dan memperkenalkan teknologi meriam yang sangat besar pada zamannya untuk menghancurkan tembok-tembok kota.
3. Strategi yang Brilian: Salah satu strategi brilian yang dilakukan oleh al-Fatih adalah dengan mengangkut kapal-kapal Ottoman melewati darat untuk menghindari rantai yang dipasang di perairan Tanduk Emas. Ini memungkinkan pasukannya untuk menyerang dari arah yang tidak terduga dan membuat pertahanan Bizantium kewalahan.
4. Penaklukan yang Berhasil: Setelah pengepungan yang berlangsung sekitar 53 hari, pada tanggal 29 Mei 1453, al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel. Peristiwa ini menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium dan dianggap oleh banyak sejarawan sebagai akhir dari Abad Pertengahan dan awal dari era baru.
5. Toleransi terhadap Penduduk: Setelah penaklukan, al-Fatih menunjukkan sikap yang penuh toleransi terhadap penduduk kota yang terdiri dari berbagai latar belakang agama dan etnis. Ia menjadikan Konstantinopel (yang kemudian dinamakan Istanbul) sebagai pusat peradaban Islam dan pusat kebudayaan Ottoman, yang berkembang pesat dalam hal arsitektur, ilmu pengetahuan, dan seni.
Muhammad al-Fatih dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, kuat, dan berwibawa. Penaklukannya atas Konstantinopel tidak hanya menunjukkan kehebatannya sebagai pemimpin militer, tetapi juga membawa dampak besar terhadap perkembangan sejarah dunia.Muhammad Al-Fatih adalah sosok yang patut dijadikan inspirasi oleh para pemuda Islam masa kini. Sebagai Sultan Utsmaniyah yang berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun, beliau menunjukkan contoh kegigihan, kecerdasan, dan ketakwaan yang sangat tinggi.