Mohon tunggu...
Rohilah
Rohilah Mohon Tunggu... Administrasi - Apapun tulislah .... :)

Menulis itu berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Rumah Saat Ramadhan

18 Maret 2024   14:17 Diperbarui: 18 Maret 2024   15:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Buliran hangat yang perlahan turun dipipi tak dapat kutahan-tahan lagi, hari ini tepat hari  ke empat belas bulan ramadhan tahun 1435 Hijriyah. Tahun ini tahun pertama aku mondok, rasa rindu rumah, makanan buatan ibu, dan ramainya suasana canda tawa bersama adik terdengar jelas ditelinga. Angin lembut mengebaskan mukena yang kupakai,  menambah rasa rindu yang tak terbendung ini, buliran air mata yang jatuh semakin banyak ahhh kenapa rasa ingin pulang ini terasa begitu sesak didada, kuturunkan telapak tangan yang menutupi pipi, ternyata didepankanku masih kosong tiada teman-teman yang lain yang biasanya penuh melakukan sholat tahajud bersama, ku lihat jam dinding yang tegantung di mushola pondok menunjukan pukul dua tiga puluh pagi, "ahh mungkin mereka masih terlelap tiga puLuh menit lagi mushola ini akan penuh dengan teman-teman yang lain" gumamku dalam hati.

Trak ..... trak... suara detak jarum jam yang terus berdetak terdengar begitu jelas, dan gemericik suara air pancuran yang mengalir dibelakang mushola menambah keheningan pagi ini, mushola pondok yang berada di pekarangan dan setengah terbuka  menambah suasana yang syahdu, terdengar samar-samar lantunan tilawah ayat suci alquran di bacakan dimasjid warga yang ada disekitar pondok, langit dini hari ini juga cerah, terlihat bintang-bintang gemerlap dilangit sana tanpa ada sedikit awapun yang menutupinya, sinaran bulan malam ini juga begitu cerah menerangi setiap sudut  pekarangan pondok.

Perlahan, kubuka alquran yang ada di depanku, setiap aku melihat sampul alquran ini, aku selalu ingat pesan dari tetangga sebelah rumahku " neng.. ibu mau waqaf alquran tolong dibaca setiap hari ya dan jangan lupa hadiahkan untuk anak ibu ". masih telihat jelas sayu mata bu Lina tetanggaku waktu itu, sambil menyerahkan satu buah alquran yang masih baru, umurku waktu itu mungkin masih sebelas tahun atau sekitar kelas enam SD, karena aku ingat waktu bu Lina memberikan alquran itu  aku pulang dari  sekolah dan masih memakai seragam merah putih. tapi entah kenapa sampai sekarang alquran ini yang akan selalu aku bawa, dan aku baca, dan akan selalu aku hadiahkan setiap alquran yang aku baca untuk anaknya bu lina, untuk papah aku, nenek juga kakekku.

"Bismillahirrahmaanirrahiim..." perlahan bibirku bergetar membaca basmallah dan melanjutkan membaca surah arrahman, surah yang aku suka, surah pilihan yang suka dibaca oleh semua anak pondok setiap bada subuh ataupun ashar, perlahan rasa rindu itu hilang, sesak dihati juga hilang, sesekali aku baca terjemah dari surah arrahman itu sambil mengingat-ngingat ayat-ayatnya biar segera aku hafal. Setelah itu aku lanjutkan pada surah yang lain karena targeku ramadhan kali ini tiga kali khatam. Suasana juga semakin ramai beberapa temanku sudah bangun dan sudah membaca alquran sama -samam semua fokus pada target tilawah dan hafalan yang harus disetorkan pagi ini pada guru pembimbing.

Tak berapa lama teman aku yang lain berteriak menu sahur sudah datang, kuselesaikan bacaan al-quranku, dan bergegas pergi mengambil piring, gelas dan sendok, kemudian mengantri bersama. Selesai mengantri aku dan teman-temanku makan sahur bersama sesekali terdengar suara bercanda teman-teman yang lain, terdengar juga bagian tugas pembagian makanan sahur berteriak, "siapa mau tambah .... masih banyak ... " beberapa temanku sontak berlari dan berebut makanan yang masih tersisa, diiringi cekikikan teman-teman yang lain. karena ada yang tidak kebagian makanan tambahan.

Rupaya tidak seberat tadi, di dipondok menyenangkan, dipondok lebih banyak teman, dipondok aku lebih rajin menghafal dan membaca alquran, nanti kalau aku pulang akan kuceritakan semua pada mamah dan semua kelaurgaku kalau aku betah di pondok, dan akan aku ajak adikku juga masuk pondok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun