Mohon tunggu...
Robi Hidayat
Robi Hidayat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa pada umumnya yang mempunyai cita - cita pada umumnya yang sedang mencoba menulis. \r\nblog : http://kadalngeshot.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Untuk Senyumu, Maluku Utara

11 November 2014   16:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:05 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tim KKN MLU01 - SMP N 1 OBI

Sudah hampir setengah semester berlalu, sejak aku dan ke dua puluh sembilan temanku melakukan perjalanan menuju sebuah pulau terpencil yang ada di provinsi maluku uatara, pulau obi mayora, pulau dengan sejuta keindahan dan pesona alam yang memikat, sumber cengkeh dan pala terbaik di indonesia. Dipertemukan dalam mata kuliah khusus, kami menjalani hari – hari bersama membuat perubahan kecil untuk pulau kecil ini, untuk indonesia , dan untuk kami.

[caption id="" align="alignnone" width="368" caption="Dokumentasi Tim KKN - KKN PPM UGM"][/caption]

Perjalanan yang tak terlupakan, mengelilingi setengah pulau jawa dengan mini bis. Pengalaman pertama menaiki sebuah Pesawat, pengalaman pertama mengalami sebuah geratan menakutkan yang sering orang bilang “Turbolensi”. Melewati pulau – pulau kecil dan pulau besar dengan burung besi ini. Menyebrangi lautan nan biru dengan kapal kayu yang sederhana . semua kisah perjalanan itu sungguh tak terlupakan bagiku dan bagi teman – temanku.

Mungkin itu sepenggal kisah perjalanan yang kami lakukan untuk sampai di tempat itu, pulau obi. Dan setelah kami sampai di sini , lantas apa yang kami lakukan ?

Apakah perjalanan yang kami lakukan untuk bersenang – senang ?

Dengan tegas, kami jawab – Tidak.

Hal yang kami lakukan di tempat ini, di Pulau Obi mayora adalah untuk berbagi. Bukan hal besar yang kami bagi. Bukan juga uang yang melimpah untuk prasarana tempat ini, karena jujur kami tidak bisa melakukan hal seperti itu. Yang bisa kami lakukan di tempat ini adalah memberikan hal kecil, yang mungkin suatu saat bisa menjadi pemacu dari kemajuan peradaban di sini, yah kami membagi hal yang tak ternilai bagi kami, “Inspirasi”, itulah yang kami berikan kepada mereka .

Sungguh kami bahagia dapat samapi di pulau ini, setelah hampir satu tahun kami mempersiapkan berbagai hal untuk dapat tiba di tempat ini dan setelah kami sampai di sini banyak hal yang membuat kami merasa sangat – sangat bahagia. Sangat sederhana, ketika kita bercerita kepada anak – anak SD, SMP, SMA , bercerita tentang hal – hal yang tidak ada di tempat ini, dan membuat mereka tersenyum manis. Sungguh sangat membuat hati kami berbunga – bunga. Karena hanya itulah yang kami miliki untuk kami bagi.

Ingin kami, semua Sekolah dapat kami masuki, untuk sekedar memberikan kisah kami, memberikan hal sederhana yang memacu mereka , “Semangat” . Namun apadaya, hanya beberapa sekolah saja yang dapat kami masuki.

[caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Dokumentasi Tim KKN MLU01 - SMP N 1 OBI"]

Dokumentasi Tim KKN MLU01 - SMP N 1 OBI
Dokumentasi Tim KKN MLU01 - SMP N 1 OBI
[/caption]

SMP Negeri 1 Obi, salah satu sekolah yang kami datangi. Ini adalah sekolah terbaik di tanah ini, Pulau Obi. Namun, jika kita lihat kondisinya mungkin jauh dari nyaman. Sungguh sangat berbeda dengan sekolah – sekolah yang ada di jakarta yang penuh dengan segala fasilitas. Sekedar tahu saja, untuk siang hari dipulau ini listriknya padam. Jadi bisa dibayangkan ketika jam sekolah dimulai, hanya bisa menggunakan papan tulis, kapur , dan buku catatan. Tidak ada projector untuk melakukan presentasi, tidak ada komputer untuk belajar bagaimana mengoprasikan komputer , tidak ada. Memang itulah kondisi di pulau ini, Pulau Obi Mayora.

Namun, dengan segala kekurangan, fasilitas, dan sumber listrik yang ada dipulau ini , SMP Negeri 1 Obi adalah sekolah yang paling di siplin. Budaya di sini memang berbeda dengan budaya di pulau jawa. Letak geografis jawa dan Maluku Utara sendiri sudah berbeda tentu karakter, ciri khas dan yang lainnya berbeda, itulah indonesia. Berbeda – beda tapi tetap satu. Datang terlambat, tidak memotong kuku, tidak memakai sabuk, tidak mengerjakan PR, tidak disiplin, akan ada sanksi tegas yang diberikan oleh para guru dan tentunya para guru di sini sangat di hormati dan di segani. Bahkan ada pepatah yang sering saya dengar dari para guru – guru di sini . “Diujung Rotan Jawa itu ada Emas”, dan akan tahu makna dari pepatah itu setelah kalian datang ke tempat indah ini.

Itulah salah satu Sekolah yang kami datangi, SMP Negeri 1 Obi.

Tentu kisah itu masih tersimpan rapi dalam memoriku dan buku catatan harianku. Kisah pertama kami aku masuk ke kelas mereka, pengalaman pertama berbagi pengalaman dengan adik – adik, pengalaman berada di depan kelas bersama mereka, dan itu adalah hal yang sangat istimewa buatku dan tentu akan tetap terpatri dalam hati dan pikiranku.

Ketika itu, siswa – siswi SMP N 1 Obi tengah melaksanakan kegiatan Orientasi sekolah. Kita sering menyebutnya dengan sebutan MOS. Sungguh lucu, membuat perut isi perut tersendat – sendat melihat penampilan mereka, memakai segala atribut konyol. Melihat membawa perlengkapan MOS, beris di tengah lapangan, sangat mirip sekali dengan kejadian beberapa tahun yang lalu ketika aku batu masuk SMP. Itu kegiatan wajib yang harus di jalani , dan memang banyak manfaat yang aku ambil dari mengikuti kegiatan ini.

Masuk ke kelas mereka, seakan ragu dengan kemampuan diri sendiri, namun langkah kaki tepat berjalan. Yah tentu keadaanku saat itu sangat grogi. Aku adalah mahasiswa biasa, di kampus pun aku biasa – biasa saja, bukan juga dari jurusan keguruan yang sering melakukan pengajaran di berbagai bimbingan, yah aku hanya mahasiswa biasa yang ingin melakukan hal luar biasa. Bukan untuku, tapi untuk mereka, untuk senyuman mereka.

Memperkenalkan diri kepada mereka tentu adalah hal pertama yang aku lakukan. Mereka terlihat khyusuk memperhatikanku memperkenalkan diri. Mulai dari nama lengkap, hobbi, jurusan, tempat lahir, cita – cita, dan semua hal yang berkaitan denganku ku paparkan semuanya. Berharap mereka ada yang ingin bertanya, dan hingga akhir perkenalanku tidak ada satupun dari mereka yang ingin bertanya. Mereka juga malu – malu denganku , rupanya.

Setelah perkenalanku selesai, aku pun memulai sesiku, sesi berbagi. Bukan emas, ataupun uang. Yang hendak kami berikan kepada mereka adalah “ Semangat ”.

Pertanyaan Sederhanapun mulai aku berikan kepada tiga puluh anak – anak yang duduk dengan khusyuk melihatku.

“ CITA – CITA, Adakah itu ? ”

Memberikan pertanyaan seperti itu , kepada anak – anak SMP yang masih dalam tahan orientasi adalah hal bisa dikatakan tidak mudah , dan tidak susah. Tapi, ketika kita melihat di sini, di tempat ini, di obi , sungguh jauh – jauh berbeda .

Kutatap mata anak – anak satu persatu, berharap ada diantara mereka yang bisa menjawab pertanyaan itu. Hingga aku berada di baris kursi paling belakang pun masih saja tidak ada yang berani menjawab pertanyaan sepelehku.

Kenapa kami memulai dengan pertanyaan seperti itu ? masa – masa SMP adalah masa dimana anak – anak akan melihat sekelilingnya, mememukan figurnya, dan berharap bisa menjadi figur tersebut. Kebanyakan dari mereka ketika ditanyakan , “kalau kalian dewasa, kalian mau jadi apa ?” . bisa di tebak, jawaban dari anak – anak ini akan kompak menjawab. Polisi, TNI, Bidan, dan Dokter. Memang tidak salah dengan jawaban mereka, karena yang mereka tahu, dengar, dari sekeliling mereka hanya itu.

Di sinilah kami memberikan hal kecil, yang membuat mereka dapat memahami apa itu cita – cita, ada apa sajakah profesi di dunia ini.

Penjelasan mendetail, peng-imajinasi yang sederhana dari beberapa profesi yang ada di dunia ini kami berikan. Professor, Arsitek, Teknokrat, Apoteker, Dosen, Guru, Presiden, dan masih banyak lagi. Besar harapan , ketika kami memberikan pemaparan tersebut, ada diantara mereka yang tertarik dengan hal baru tersebut atau sekedar tahu saja.

Dan pertanyaan sederhana pun mereka berikan kepada ku , saat penjelasan mengenai cita – cita akan selesai ku paparkan. “Kak, Kalau Begitu Cita – Cita kakak apa ?”, tanya salah satu diantara mereka. Ku jawab dengan lantang, “Kakak, Ingin Menjadi Presiden, Itu adalah cita – cita terakhir kakak ”. Kelas pun menjadi gaduh, entah mereka mengerti atau tidak, tapi mereka bertepuk tangan setelah ku katakan seperti itu.

Lalu setelah mereka paham apa itu cita – cita, ada apa sajakah profesi di dunia ini, dan ketika mereka besar mereka sudaah menentukan ingin menjadi apa . besar harapan kami, ketika kelas ini berakhir ada diantara mereka yang ingin menjadi seorang yang akan membangun Pulau Obi ini menjadi lebih maju.

Memang tidak mudah saat kami memebrikan pemaparan kepada mereka mengenai cita – cita, dan memang kami pun masih belajar, namun hal itu bukan suatu hambatan bagi kami. kami memang menyukai tantangan, dan itulah salah satu tantangan yang kami dapatkan. Kami menikmati tantangan itu.

Selesai dengan sesi satu, beralih ke sesi selanjutnya. Kami memberikan semangat baru kepada anak – anak di pulau obi, semangat merantau dan membangun daerah. Seperti halnya sesi pertama. Pertanyaan sederhana pun aku lontarkan.

“Yogyakarta, ada yang pernah ke sana ? ”, tanya ku kepada mereka.

Bayanganku, setelah aku tanyakan hal yang kuanggap sederhana itu mereka dengan atraktif memberikan hal – hal yang seperti anak – anak yang lain ketika ditanya seperti itu. Namun, satu menit berlalu setelah ku tanyakan hal tersebut, mereka hanya diam dan terpaku. Mereka, hanya pernah mengdengarnya.

Tak putus asa sampai di situ, aku dan beberapa temanku pun terus memancing rasa ingin tahu mereka. Pertama, dengan cara saling sharing pengalaman. Kedua dengan permainan satu kata yang melambangkan kata yogyakarta.

Memang mereka diam, saat aku tanyakan soal Yogyakarta, tapi setelah kami rubah polanya. Aku tunjuk diantara mereka yang paling berani dan ku tantang untuk berbagi pengalaman mengenai Pulau Obi dan Yogyakarta dengan kami.

Sungguh luar biasa, diluar imaginasi kami. mereka sangat atraktif dan interaktiv ketika memaparkan keindahan pulau ini, mereka sangat berani. Dan kami pun tentu tak ingin kalah dengan mereka, bahkan kami semakin semangat memberikan , berbagi hal menarik apa yang ada di Yogyakarta.

Mendadak jadi agen MLM kota Yogyakarta, aku dan teman – temanku menjelaskan satu persatu , seluk beluk kota Yogyakarta. Mengenai Jogja itu Kota Pendidikan, mengenai Jogja itu kota budaya, mengenai kalau Jogja itu indah, mengenai Kalau Jogja itu banyak pendatang, mengenai kalau di Jogja itu banyak turis, dan masih banyak lagi.

Seakan membandingkan pulau obi dengan Yogyakarta, mereka menanyakan hal sederhana. “Kak, kalau di jogja ada pasir putih kaya di pulau sambiki tidak ?”   tanya salah satu murid. Sambiki memang adalah primadona objek wisata di pulau obi, pulau kecil yang tersembunyi jutaan keindahan alamnya, pulau sambiki. Tak hanya sambiki , ada banyak pulau ternyata. Dan aku dapatkan informasi itu dari mereka, yah mereka juga menjelaskan pulau obi seakan agen MLM handal yang sudah berbintang sepuluh.

Satu jam berlalu dan terasa sangat singkat , dan di penghujung dari sesi ini kami memberikan hal yang wajib diberikan kepada seorang anak yang anak membangun daerahnya. Bahwa ketika mereka besar, janganlah takut untuk menginjakan tanah di bagian bumi manapun,  sesungguhnya bumi yang mereka injak adalah milik tuhan. Bahwa setelah mereka mendapatkan pemahaman baru, janganlah sungkah untuk saling berbagi pemahaman kepada teman, dan sahabat. Bahwa setelah mereka besar, janganlah takut untuk mengambil sebuah keputusan, janganah takut untuk bercita – cita. Bahwa setelah mereka besar, harumkanlah nama tempat ini, tanah obi, bukan untuk siapa – siapa tapi untuk kalian sendiri, dan ketika kalian sudah berada di tempat yang sangat jauh, sangat jauh dari pulau obi, dan ilmu yang kalian dapatkan sudah cukup, sudah menjadi dewasa – ingatlah pulau ini dan bangunlah tempat ini.

Mungkin hanya itu yang mampu kami berikan kepada mereka, kepada generasi baru pulau obi. Sungguh sangat bahagia ketika kami melihat senyuman manis mereka ketika game – game sederhana kami mainkan di kelas ini. Perawakan mereka, khususnya yang cowok itu besar tapi mereka malu – malu, kikuk , mereka memainkan game itu dengan seperti itu.

Sungguh kami sangat berharap, generasi obi yang kami berikan hal sederhana ini mampu menjadi generasi emas dari pulau obi, yang mampu memajukan tempat nan indah, subur. Sungguh ingin kami hanya satu, yah hanya itu.

Dan inilah yang bisa kami lakukan untuk pulau ini, Pulau Obi, untuk Maluku, Untuk Indonesia yang lebih Indah dengan senyuman Mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun