Oleh: Rohib Latiful hannan
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri sayyid ali Rahmatullah Tulungagung
Sepotong sejarah penting dalam masa-masa perkembangan islam, tentang jerih payahnya junjungan kita rasulullah SAW dalam memperjuangkan kebenaran agama islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam ini. Sosok yang menjadi suri tauladan terbaik uswatun hasanah bagi umat islam , dengan segala keagungan dan kelembutan setiap gerak langkahnya, beliau tidak hanya memberikan cahaya minadzulumati ilannur , tetapi selalu menjawab atas segala permasalahan dan persoalan umatnya. Menilisik tentang kebijaksanaan rasulullah tidak bisa terlepas dengan peristiwa "shulhul hudaibiyah" yang sering di kenal dengan perjanjian hudaibiyah , peristiwa ini bermula ketika rasulullah Bersama sekitar 1400 pengikutnya hendak melakukan ritual ibadah haji , kemudian pada saat rasulullah saw tiba di daerah hudaibiyah, selatan mekkah. Rasulullah Bersama rombongan di hadang oleh sekitar 200 pasukan kaum kafir Quraisy dengan di bekali 200 kavaleri yang berada di bawah pimpinan khalid bin walid dengan bertujuan untuk merintangi dan memerangi kaum muslimin. Melihat keadaan yang sedemikian genting , rasulullah  dengan sifat arif dan bijaksananya berupaya mencari jalan keluar agar tidak terjadi pertumpahan darah dari pihak kaum muslimin maupun dari pihak kaum kafir quraisy sendiri. Karena sesungguhnya niat awal rasulullah berangkat dari Madinah menuju mekkah bukanlah untuk memerangi kaum quraisy melainkan untuk berziarah dan melakukan ritual ibadah haji.
Pada akhirnya rasulullah menempuh jalan perjanjian dengan kaum kafir quraisy. Dalam jalannya perjanjian tersebut sempat mengalami titik buntu hingga melalui beberapa delegasi akhirnya di temui sebuah kesepakatan,  ketika pada awal penulisan naskah perjanjian, rasulullah hendak menulis kalimat bismillahirrahmanirrahim, tetapi dari pihak kafir quraisy  yang di wakili oleh Suhail menolak hal itu dengan dalih tidak mengetahui apa itu Al-Rahman dan Al-Rahim, kemudian Suhail mengusulkan agar di ganti menjadi bismika allahumma , akhirnya rasulullah mengutus ali bin abi thalib untuk merubahnya , akan tetapi hal ini menimbulkan penolakan dari sahabat-sahabat yang hadir , akan tetapi dengan tegas rasulullah tetap menyuruh ali bin abi thalib menulisnya. Tidak hanya berhenti sampai di situ Suhail kemudian berujar lagi " aku bersumpah, seandainya kami mengakui engkau sebagai rasulullah (utusan allah) , kami tidak akan menghalangi perjalananmu untuk mengunjungi ka'bah. Jadi tulis saja Muhammad bin Abdullah" kemudian rasulullah berkata " sungguh aku tetap menjadi rasulullah walaupun kalian mengingkarinya." Hal ini kembali memicu amarah dari pihak kaum muslimin , karena mereka merasa bahwasannya rasulullah telah di rendahkan. Akan tetapi kembali dengan sebelumnya , dengan segala sifat rendah hati rasulullah , agar tidak terjadi sebuah pertumpahan darah diantara kaum muslimin dan kaum quraisy , beliau dengan suka rela menerima hal itu , walaupun hal semacam itu merupakan pengurangan terhadap simbol-simbol suci agama.
Adapun isi perjanjian hudaibiyah tersebut sangat merugikan kaum muslimin , salah satu di antaranya : ketika ada orang quraisy ingin masuk islam maka ia harus di kembalikan lagi ke pihak orang quraisy , tetapi jika orang islam keluar dari islam dan kembali ke kaum quraisy , itu tidak menjadi alasan untuk di kembalikan kepada pihak islam , karena menurut mereka hal itu merupakan wujud kembali ke habitat ( asal mula). Para sahabat keberatan dengan poin-poin dari perjanjian tersebut, karena sangat merugikan bagi pihak islam sendiri. Bahkan seorang pemuda dari kaum quraisy bernama abu jandal bin Suhail bin amr pada saat setelah perjanjian tersebut di sepakati datang kepada rasulullah untuk membaiatnya memeluk agama islam , tetapi rasulullah dengan halus menolak hal itu, kemudian menyuruh abu jandal untuk kembali kepada kaumnya. Hal ini membuat umar bin khattab tercengang, bahkan umar bin khattab berujar kepada rasulullah " wahai rasulullah apakah sampai detik ini engkau tetap menjadi utusan allah ! " bukan tanpa alasan umar berkata dengan sedemikian rupa , akan tetapi karena sikap rasulullah yang terkesan merugikan umat islam. Tetapi Penting untuk di garis bawahi bahwasannya rasulullah dalam perjanjian ini meminta kepada kaum kafir quraisy jangan ada pertumpahan darah dari kedua belah pihak dan semua orang bebas untuk membicarakan tentang islam.
Jika kita teliti dalam perjanjian yang notabennya sangat merugikan umat islam , mungkin secara akal sehat pasti kita akan menolak perjanjian tersebut, tetapi nabi adalah nabi yang pengetahuan dan kecerdasannya jauh di atas manusia biasa , prof. Quraish shihab berkata " ketika kita berbicara menyangkut rasulullah tidak mungkin seseorang akan mampu menguraikannya, karena betapa pun pandai dan luasnya uraian tersebut tetap saja , ada sesuatu hal yang tidak dapat terjangkau oleh pengetahuan seseorang". Dalam perjanjian hudaibiyah ada suatu strategi dakwah tersendiri yang ingin di lakukan oleh rasulullah , seperti yang telah di uraikan di atas bahwasannya rasulullah hanya minta semua orang boleh membicarakan tentang persoalan islam, karena agama islam adalah agama ilmu, agama yang di bangun dengan menggunakan logika hujjah bukan dengan pertumpahan darah. Imam syihabbudin az-zuhri dalam hal ini menganalis "ketika seseorang selalu di hadapkan dengan peperangan , maka hal itu menjadi penyebab terhalangnya suatu pemikiran jernih , karena pikiran selalu berpikir tentang sebuah peperangan " dalam hal ini rasulullah menginginkan, agama islam harus bisa di bicarakan oleh orang-orang agar kemudian bisa di terima secara akal sehat , karena agama islam itu mudah di terima logika jernih kemudian dengan di bicarakan , lewat pengamatan maupun pengendapan berfikir.
Bahkan imam syihabbudin az-zuhri menjelaskan "tidak ada penaklukan dalam islam yang lebih besar dari perjanjian hudaibiyah , semua orang senantiasa berdebat (tentangnya) , dan tiada orang yang bicara tentang islam kecuali ia masuk kedalamnya." Â Semua orang mulai membicarakan tentang islam , membanding-bandingkan rasulullah dengan abu jahal , yang mana mereka sadar bahwasannya rasulullah dalam berdagang dan dalam hal apapun selalu berkata jujur, tidak mungkin kemudian dia membawa ajarannya dengan kedustaan , kemudian ada lagi segerombolan orang yang mulai membicarakan tentang konsep ketuhanan dalam islam , bagaimana konsep tuhan dalam islam ? tuhan islam adalah tuhan yang menciptakan langit dan bumi , mereka membanding-bandingkan dengan berhala yang mereka buat , bagaimana mungkin kita menyembah patung-patung yang kita pahat sendiri ? bagimana mungkin kita menyembah patung-patung yang di kencingi oleh keledai dan unta ? kemudian dalam pihak kafir ahli kitab , bagaimana mungkin kita menyembah tuhan yang terlahir di bumi , yang lahir setelah bumi di ciptakan , apakah hal tersebut bisa di katakan maha kuasa ? dan menyembah seseorang yang makan , minum dan tidur layaknya manusia biasa ? bahkan hal tersebut telah di singgung dalam Al-qur'an surat al-maidah ayat : 75 " al-masih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (ahli kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka). Kemudian dalam pihak atheis juga sedemekian rupa , mereka kembali mempersoalkan keyakinannya dengan analogi (perumpamaan) setiap kotoran baik hewan ataupun manusia keluar pasti ada suatu subjek (pelaku) yang mengeluarkannya , bagaimana mungkin alam dengan segala keteraturannya bisa berwujud tanpa sesuatu apapun ? hal semacam inipun juga di singgung dalam al-qur'an surat at-thur ayat 35 "atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul , ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?." Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H