Pada sebuah diskusi hari AIDS dan ODHA yang pernah saya ikuti beberapa Tahun lalu telah memberikan sebuah pengalaman baru dalam hal mendapatkan informasi tentang penyakit AIDS yang tergolong mematikan akibat virus HIV yang merusak sistem imunitas (kekebalan) tubuh manusia.
Seingat saya waktu itu tahun 2010 menjelang peringatan hari AIDS sedunia dengan Topik pembahasan mengenai semakin meningkatnya jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia dan solusinya. Pada diskusi tersebut membahas banyak hal seputar hal umum tentang HIV AIDS dan solusi yang membuka wacana pemikiran saya terhadap berbagai masalah terkait tentang penyakit mematikan HIV AIDS.
Semula saya merasa tidak terlalu perduli, namun beberapa tahun kemudian barulah Saya merasakan hal ini sangat berguna dalam berkampanyae dan berbagi informasi penting tentang HIV AIDS yang bahkan obatnya belum benar-benar ditemukan hingga hari ini. Namun ada hal menarik bagi saya mengenai topik tentang HIV AIDS dan ODHA pada diskusi tersebut.
Kita mengetahui bahwa HIV AIDS bisa menular lewat seks bebas, lewat jarum suntik bergantian (Narkoba), ataupun beberapa hal umum lainnya. Lalu pertanyaannya bagaimana jika seorang ibu yang mengidap HIV ingin menikah dan hamil? Tentunya Ibu ODHA hamil tersebut akan melahirkan bayi yang positif HIV dan memiliki Air Susu (ASI) disertai virus HIV juga.
Setiap orang tidak mungkin melarang banyaknya wanita penderita HIV AIDS (ODHA) yang menikah dengan sesama ODHA, apalagi jika berkeinginan hamil atau sedang dalam keadaan hamil. Hal ini sangat berbahaya sebab peluang lahirnya bayi dengan HIV akan semakin bertambah.
Namun Berita baiknya kini telah ada cara untuk menyelamatkan bayi yang akan lahir agar terhindar dari HIV-AIDS yang diderita sang ibu sehingga bayi dapat lahir normal. Hal ini memang sangat mengherankan saya pada awalnya, tetapi hal ini tentu akan berguna untuk menolong bayi-bayi tak berdosa yang lahir dari ibu ODHA.
Pada masa Kini, untuk menyelamatkan sang jabang bayi agar lahir normal dan bebas dari virus HIV dapat dilakukan lewat cara yang disebut intevensi ARV (terapi Anti Retroviral Treatment). Proses penyelamatan bayi dari Ibu ODHA yang sedang hamil tentu tidak mudah. Sebab proses tersebut harus mengikuti beberapa syarat diantaranya:
1.Proses penyelamatan harus dipersiapkan sejak dini (sesegera mungkin) sejak perencanaan hamil.
2.Ibu bayi harus memulai terapi zidovudine atau AZT untuk mengawali proses terapi penyesuaian tubuh pada ODHA.
3.Lalu kemudian sang ibu dan jabang bayi dilakukan intervensi/terapi ARV agar menekan jumlah virus sehingga sang bayi dapat lahir normal.
4.Ibu hamil melahirkan lewat operasi dan jangan menyusui.
Terapiantiretroviral/ARV/HAART(HighlyActiveAntiretroviral Therapy)dalamprogramPMTCT(PreventionMothertoChild Transmission–PPIA=PencegahanPenularanIbukeAnak)adalah penggunaanobatantiretroviraljangkapanjang(seumurhidup)untuk mengobatiperempuanhamilHIVpositifdanmencegahpenularanHIV dari ibu ke anak. Untuk Teknis lengkap Pemberian obat antiretroviral dalam program PMTCT/PPIA dapat dilihat pada buku Pedoman Nasional Pengobatan ARV Kemenkes.
Mengapa intervensi ARV perlu dilakukan? Hal itu penting karena membuka peluang bayi lahir normal jika sang ibu adalah ODHA. Hal ini akan menekan bayi yang lahir sebagai penderita AIDS yang dapat menambah jumlah penderita AIDS di Indonesia. Sebab jika sang bayi lahir dengan HIV tentunya akan sangat kasihan sebab bayi yang baru saja baru lahir, yang tidak bersalah, dan tidak tau apa-apa harus menangggung beban berat sebagai penderita AIDS dimasa hidupnya. Sang bayi tentu tidak meminta ia dilahirkan sebagai penderita HIV AIDS.
Hal ini memotivasi saya untuk mencari informasi tentang cara medis menyelamatkan Bayi dari seorang ibu yang sedang mengidap HIV atau disebut ODHA. Bahkan cara ini telah berhasil dilakukan di salah satu Negara bagian Amerika Serikat. Dan melalui diskusi serta informasi dan bertanya pada beberapa dokter, rupanya ARV sudah diproduksi oleh kimia farma sejak 2003 lewat kerjasama dengan Thailand yang awalnya memperoleh obat ARV dari India. Dan saat ini di Indonesia juga sudah mulai banyak dilakukan terapi tersebut dirumah sakit. Berikut tabel pengobatan pada ibu hamil dengan ARV (Lihat Gambar).
[caption id="attachment_305860" align="alignnone" width="548" caption="Tabel Pemberian ARV Pada Ibu Hamil Dengan Berbagai Situasi Klinis (Ilustrasi/Gambar Dokumen Pribadi, Diambil Dari Buku Pedoman ARV Kemenkes)"][/caption]
Hal itu penting karena Bayi merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan perjuangan bangsa ini. Bayi merupakan anugerah Tuhan dan tidak pantas kehilangan nyawa atau memperoleh hal buruk dari sesuatu yang tidak diperbuatnya. Bayi yang tak berdosa tidaklah layak menerima sebuah penyakit yang dimasa depan akan membebani dirinya yang belum tau apa-apa.
Meskipun ibunya sedang mengidap HIV dan harus melahirkan bayinya, namun bukan berarti sang bayi harus menerima hal yang tidak diperbuatnya. Tetapi, bukan berarti kita juga harus mempersalahkan sang ibu, karena beban sebagai ODHA sudah cukup bagi sang ibu. Oleh karena itu melalui proses menyelamatkan bayi yang dilakukan lewat intervensi ARV dan teknologi sekarang ini mari kita bersama menyelamatkan para calon bayi dari ancaman HIV agar dapat lahir dan hidup normal.
Tidak patut seorang bayi menanggung beban berat dari kesalahan atau kekhilafan orang tuanya. Namun kini ada cara terbaik untuk mencegah HIV yang menjangkiti bayi sehingga bayi tersebut dapat lahir normal dan bebas dari HIV yang di idap orang tuanya. Mari kita galakkan biaya murah dalam penyelamatan bayi dari virus HIV dengan intervensi ARV, sebab obat ARV masih tergolong mahal saat ini. Selamat hari AIDS dan tetap berjaga-jaga. Salam kenal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H