Mohon tunggu...
Ro Ha
Ro Ha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mari berbagi\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Orkestra Sakit Hati, Betulkah?

3 Januari 2013   18:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:33 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

daun jatuh berguguran, memaksa angin menerbangkannya, pada entah...
mulanya hanya teronggok, lalu...
bukankah dia mulai menyuburkan atau menjadi sumber kehidupan bagi yang lain...
tidak ada yang sia-sia, disini...

Kadang, kita terlalu pongah dengan apa yang kita miliki, bahwa kita sering tidak sadar, semua adalah titipan. Tak jarang pula kita akan menjadi manusia paling nelangsa, ketika titipan yang bagi kita sangat berharga, diambil oleh pemiliknya. Padahal  telah jelas dalam firman Nya,

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)"

Dalam hal mencintai lawan jenis, sesuatu yang wajar, ketika kita berpisah dengan orang yang kita cintai, kita merasa begitu kehilangan, apalagi ketika sudah ada niatan untuk ke jenjang yang serius, di tengah perjalanan, harus kandas karena suatu sebab. Kesedihan, sakit hati dan air mata menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

Seseorang yang kita anggap baik dan sempurna ternyata bisa jadi dia bukanlah yang terbaik untuk hidup, keluarga dan agama kita kelak. Dan Allah tidak akan membiarkan hambaNya jatuh ke dalam jurang yang akan menghancurkannya. Allah tidak akan membiarkan hati kita diberikan kepada hati yang akan menyakitinya, Dia yang Maha Mengetahui, dan kamu tidak.
Kesedihan dan airmata kita tentunya bukan hal bernilai kecil, ingatlah
“Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun alaih)
Hanya dengan mendekat dan mengetahui makna dari hidup ini yang akan membuat kita legowo menerima takdir dan apa2 yang terjadi, walau awalnya cukup berat. Perlu waktu untuk menyembuhkan luka. Namun, percaya bahwa Allah lebih dekat dari urat leher kita, dan betapa DIA mencintai kita dengan menguji kita tidak lebih dari kesanggupan kita, harusnya itu sudah lebih dari cukup untuk menawarkan sakit hati. Apa yang kamu tangisi sekarang, mungkin itu yang akan kamu syukuri kelak.

Tidak perlu membenci seseorang yang pergi dari kita dengan meninggalkan bekas luka dan merampas hidupmu. Bagaimana pun maaf dan doa baikmu lebih berarti untukmu disisiNya, tidak perlu mendoakan keburukan dengan keburukan, bukankah itu yang diajarkan Rosul kita ketika beliau dilempari batu sampai berdarah ketika berdakwah pada penduduk Thaif. Dan seseorang itu, bukankah pernah kamu cintai dan ada dalam hatimu, kenapa sekarang harus membencinya, sesuatu yang konyol bukan. Apapun yang pernah dia lakukan padamu, apapun yang pernah kalian lakukan, jadikan sebagai pelajaran karena tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini ketika kita mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Jadikan sabar dan solat sebagai penolongmu (2:153), bukankah sudah jelas ?
Apakah engkau masih merasakan sakit hati...
atau cintamu sudah mulai menemukan jalanNya...
c. Keluarga Banna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun