Memahami & Menerapkan Prinsip Tego Lorone, Nanging Ora Tego Patine dalam Dunia Pendidikan Modern
Prinsip Jawa "tego lorone, nanging ora tego patine" memiliki arti "rela melukai, tetapi tidak sampai membinasakan". Filosofi ini mengajarkan keseimbangan antara ketegasan dan belas kasih, antara memberikan tantangan yang mendidik dan menjaga keberlangsungan kehidupan serta martabat seseorang. Dalam konteks pendidikan modern, prinsip ini menjadi relevan untuk membantu pendidik menciptakan lingkungan belajar yang adil, mendukung, namun tetap penuh kedisiplinan.
Memahami Makna Prinsip Tego Lorone, Nanging Ora Tego Patine
Prinsip ini tidak dimaksudkan untuk mendukung kekerasan, melainkan mengajarkan bagaimana memberikan pembelajaran atau pengalaman yang mungkin terasa sulit (melukai secara simbolis) namun bertujuan positif. Dalam pendidikan, ini dapat diterjemahkan sebagai memberikan tantangan atau teguran yang mendidik, tanpa membuat siswa kehilangan semangat atau merasa dihancurkan.
Misalnya, ketika seorang guru memberikan kritik atas kesalahan siswa, kritik tersebut bertujuan untuk memperbaiki, bukan untuk menjatuhkan harga diri. Guru harus memastikan bahwa pesan yang disampaikan tetap memiliki unsur empati dan solusi yang jelas.
Implementasi dalam Dunia Pendidikan Modern
Di era pendidikan yang semakin inklusif dan berbasis teknologi, penerapan prinsip ini memerlukan adaptasi agar relevan dengan kebutuhan siswa. Berikut adalah beberapa cara menerapkan prinsip ini:
1. Membangun Kedisiplinan dengan Pendekatan Positif
Guru dapat menggunakan prinsip tego lorone dengan menetapkan aturan yang tegas namun memberikan ruang untuk refleksi. Misalnya, jika siswa melanggar aturan, mereka diberi konsekuensi yang mendidik, seperti tugas tambahan atau keterlibatan dalam kegiatan sosial, bukan hukuman fisik atau penghinaan verbal.
2. Mendorong Siswa Keluar dari Zona Nyaman