Pendidikan adalah fondasi penting dalam membentuk karakter dan pengetahuan seseorang. Namun, apa yang terjadi jika seorang guru mulai mendongeng hal-hal yang di luar nalar dan mengajarkan sesuatu yang tidak masuk akal? Dalam situasi seperti ini, penting bagi siswa untuk bersikap kritis dan bijak dalam menyaring informasi yang diberikan.
Guru adalah sosok yang seharusnya menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi murid-muridnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya seorang guru mungkin menyampaikan hal-hal yang jauh dari logika dan kenyataan. Ketika seorang guru mulai mendongeng tentang kemampuan supranatural, kekuatan magis, atau cerita-cerita yang tidak masuk akal, saatnya bagi siswa untuk mempertimbangkan kembali validitas informasi yang mereka terima.
Dongeng dan cerita fantastis memang memiliki tempatnya dalam budaya dan literatur, tetapi ketika hal-hal tersebut disampaikan sebagai fakta dalam konteks pendidikan, bisa menjadi masalah besar. Mengajarkan sesuatu yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah atau logis dapat mengaburkan pemahaman siswa tentang realitas dan kebenaran. Lebih parah lagi, hal ini bisa menyesatkan mereka dan menghambat proses belajar yang sehat dan kritis.
Jika mendapati diri dalam situasi di mana seorang guru mendongeng hal-hal yang di luar nalar, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempertanyakan sumber informasi tersebut. Ajukan pertanyaan dan minta penjelasan yang rasional. Jika penjelasan yang diberikan tetap tidak masuk akal, pertimbangkan untuk mencari pendapat kedua dari guru lain atau orang tua.
Meninggalkan kelas atau lingkungan di mana informasi yang disampaikan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara logis adalah tindakan bijak. Lingkungan belajar yang sehat harus didasarkan pada fakta, logika, dan bukti. Menghindari penyebaran informasi yang tidak masuk akal adalah langkah penting untuk menjaga integritas pendidikan.
Tidak perlu berpura-pura bisa melihat barang ghaib,jika melihat isi perut saudaramu saja tidak bisa
(Melihat saudaramu sudah makan atau belum saja tidak bisa.)
Dengan kata lain, fokuslah pada hal-hal yang nyata dan bisa dibuktikan. Mengembangkan kemampuan kritis dan skeptis adalah bagian penting dari pendidikan yang berkualitas. Dengan begitu, kita bisa membedakan antara fakta dan fiksi, serta memastikan bahwa pengetahuan yang kita terima benar-benar bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H