Mohon tunggu...
Rovit Ginatra
Rovit Ginatra Mohon Tunggu... Aktor - Pekerja

Saya seorang pakar masalah. Mencari masalah,menemukan masalah,dan jika sudah membuat masalah maka saya lari dari masalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Pola Pikir Diktator Joseph Stalin

18 Juli 2024   22:36 Diperbarui: 18 Juli 2024   22:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joseph Stalin, seorang diktator yang menguasai Uni Soviet dari pertengahan 1920-an hingga kematiannya pada tahun 1953, adalah salah satu tokoh paling kontroversial dalam sejarah abad ke-20. Untuk memahami kepemimpinan dan tindakannya, penting untuk menyelami pola pikir yang mendasari kebijakannya yang kerap brutal dan otoriter.

Stalin lahir dengan nama Ioseb Besarionis dze Jughashvili di Gori, Georgia, pada tahun 1878. Masa kecilnya yang keras dan latar belakang keluarganya yang miskin membentuk kepribadiannya yang tegas dan ambisius. Pendidikan agama yang diterimanya semasa muda juga memberikan pengaruh signifikan, meski akhirnya ia meninggalkan semangat religiusnya untuk memeluk Marxisme. Transformasi ini menjadi awal dari perjalanan politiknya yang penuh gejolak.

Salah satu aspek utama dari pola pikir Stalin adalah obsesinya terhadap kekuasaan. Setelah kematian Vladimir Lenin, pemimpin Revolusi Bolshevik, Stalin bergerak cepat untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya. Dia menggunakan berbagai taktik untuk mengeliminasi pesaing politiknya, termasuk Leon Trotsky, yang dianggap sebagai penerus alami Lenin. Stalin menunjukkan kecerdasan politik yang luar biasa dan ketidakseganan untuk menggunakan cara-cara kejam demi mencapai tujuannya.

Pola pikir paranoia juga menjadi ciri khas Stalin. Ketidakpercayaan yang mendalam terhadap orang-orang di sekitarnya memicu pembersihan besar-besaran dalam Partai Komunis dan militer Soviet. Pada akhir 1930-an, pembersihan ini mencapai puncaknya dalam apa yang dikenal sebagai "Purge Besar" di mana ribuan orang, termasuk banyak pemimpin partai dan perwira militer, dieksekusi atau dipenjarakan. Paranoia Stalin menyebabkan dia melihat musuh di mana-mana, bahkan di antara sekutu terdekatnya.

Stalin juga memiliki visi ekonomi yang radikal untuk Uni Soviet. Dia meluncurkan serangkaian rencana lima tahun yang bertujuan untuk mengindustrialisasi negara tersebut dalam waktu singkat. Proses kolektivisasi pertanian yang dilakukannya memaksa petani kecil untuk bergabung dengan kolektif-kolektif besar yang dikelola negara. Langkah ini menyebabkan kekacauan besar di pedesaan dan memicu kelaparan yang mengerikan, yang dikenal sebagai Holodomor, terutama di Ukraina. Meski demikian, Stalin tetap teguh pada kebijakannya, meyakini bahwa pengorbanan besar ini diperlukan untuk membangun negara yang kuat dan mandiri.

Pola pikir Stalin juga dipengaruhi oleh ideologi Marxis-Leninis yang dipegang teguhnya. Ia berkeyakinan bahwa pembangunan sosialisme di satu negara dapat dicapai tanpa perlu menunggu revolusi di seluruh dunia. Keyakinan ini mengarahkan kebijakan luar negerinya yang cenderung defensif dan isolasionis, meskipun pada akhirnya ia terlibat dalam Perang Dunia II dan membentuk blok komunis di Eropa Timur setelah perang.

Kemampuan Stalin untuk mempertahankan kekuasaan selama beberapa dekade sebagian besar disebabkan oleh kontrol ketatnya terhadap aparat negara dan propaganda yang efektif. Media dikendalikan secara ketat untuk menyebarkan kultus individu, menggambarkan Stalin sebagai pemimpin bijaksana dan tak tergantikan. Kekuatan propaganda ini sangat efektif dalam membentuk persepsi publik dan menekan oposisi.

Namun, meski mengklaim bertindak demi kepentingan rakyat, tindakan-tindakan Stalin sering kali bertentangan dengan kesejahteraan individu. Kebijakannya menyebabkan penderitaan yang luas, dan pemerintahannya ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis. Jutaan orang meninggal karena kebijakannya yang kejam dan tidak manusiawi.

Dalam memahami pola pikir Joseph Stalin, kita melihat kombinasi antara ambisi kekuasaan yang tak terbatas, paranoia yang mendalam, dan keyakinan ideologis yang teguh. Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai pembangun negara yang berhasil membawa Uni Soviet menjadi kekuatan dunia, warisannya tetap penuh dengan kontroversi dan tragedi. Pola pikirnya yang otoriter dan represif meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Uni Soviet dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun