Mohon tunggu...
Rovit Ginatra
Rovit Ginatra Mohon Tunggu... Aktor - Pekerja

Saya seorang pakar masalah. Mencari masalah,menemukan masalah,dan jika sudah membuat masalah maka saya lari dari masalah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Pola Pikir Cita-Cita Anak Kita

22 Desember 2023   21:36 Diperbarui: 24 Desember 2023   06:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai orang tua tentunya kita pernah menikmati masa masa kecil dulu. Masa dimana masih polos dan lugu serta terkadang lucu. Kita juga pernah mengenyam sekolah dari tingkat taman kanak kanak hingga sekolah menengah atas, bahkan hingga perguruan tinggi. 

Dari semua tingkatan sekolah, tentunya kita sama sama merasakan bahwa di Taman Kanak kanaklah kita mulai dikenalkan dengan apa yang namanya cita cita. Inilah bab pertama sebagai landasan dasar dari sebuah pendidikan yang nantinya sebagai pemompa semangat agar kita rajin belajar.

Pengenalan istilah cita cita dari guru ke murid TK adalah salah satu hal terpenting dan bisa dikatakan sangat penting sebagai pondasi dasar sebelum anak anak melanjutkan tingkatan sekolah yang lebih tinggi. Dengan cita cita sebagai pondasi, maka akan tertanam ke dalam alam bawah sadar anak bahwa mereka sudah diberi sebuah tanggung jawab setidaknya berusaha untuk mewujudkan cita citanya,tentunya dengan rajin belajar.

Seorang anak TK akan sangat antusias sekali memperhatikan dan mencerna apa yang dikatakan gurunya,terlebih jika anak tersebut ditanya oleh gurunya kelak apa cita citanya. Mereka akan penuh semangat menjawab pertanyaan guru,jika ditanya sebuah cita cita.

Pada umumnya sejak zaman kita bersekolah di TK hingga saat ini anak anak kita yang bersekolah, pertanyaan akan cita cita selalu diberikan oleh guru TK. Ketika guru bertanya "nak, apa cita citamu kelak?" maka jawabannya selalu sama saja. Ada yang ingin jadi dokter, guru, tentara, polisi, pilot hingga astronot. Hanya itu itu saja pada umumnya jawaban atas pertanyaan dari cita cita.

Apalagi setelah mendengar jawaban para murid,guru langsung memberi nasehat atau penutup bahwa cita cita itu harus tinggi setinggi langit di angkasa. Maka tak ayal yang tadinya menjawab menjadi guru, dokter atau tentara langsung merubah cita citanya menjadi pilot bahkan astronot. Ini dikarenakan mereka merasa menjadi pilot atau astronot adalah cita cita yang paling tinggi karena cita cita ini sangat dekat dengan langit.

Selang beberapa menit kemudian guru mengaminkan apa yg dikatakan muridnya tadi. Ditambah lagi orang tua yg mengantarkan anaknya sekolah juga bilang aamiin dari balik kaca jendela kelas.

Mari sebelum kita membahas lebih jauh dan sebelum bilang aamiin ketika anak kita mengutarakan cita citanya menjadi astronot,saya jabarkan profesi sebagai astronot itu seperti apa.

Astronot adalah salah satu profesi yang memiliki resiko tinggi. Mereka dikirim ke luar angkasa hidup berbulan bulan disana dalam keadaan melayang layang karena tidak ada gaya gravitasi diluar angkasa. Sunyi sepi jauh dari kehidupan normal. Makan melayang, tidur melayang, buang kotoran melayang hingga penulis sendiri masih bertanya tanya bagaimana posisi kotoran ketika para astronot melakukan kegiatan buang air besar? Apakah setelah keluar dari dubur, kotoran juga langsung melayang?

Dibayangkan saja sangat tidak mudah menjadi astronot dan penuh dengan kengerian.

Belum lagi resiko resiko lain yang memang pernah dialami orang orang yang pernah menjadi astronot, seperti;
 1. Radiasi antariksa; Radiasi yang terjadi diluar atmosfer yang dapat menyebabkan resiko kanker
 2. Efek mikrogravitasi; Perubahan ruangan antigravitasi yang berdampak pada kesehatan tulang, otot dan organ internal
 3. Stres psikologis; Keadaan dimana asronot mendapatkan tekanan mental dikarenakan berada dalam kesunyian jauh dari keluarga dan orang orang terdekat
 4. Kegagalan teknis; Rusaknya alat alat di luar angkasa yang menyebabkan keselamatan astronot terancam
 Ah...jangan terlalu serius, ini hanya intermezo saja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun