Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memiliki sifat antara lain sistematis, progresif dan berkesinambungan. Hal tersebut juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hormon. Hormon mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu, apabila terdapat kelainan hormon pada diri individu tersebut, maka perkembangannya pun akan terhambat. Seperti halnya pengalaman yang pernah saya alami sendiri.
Ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya mempunyai seorang guru perempuan. Beliau merupakan guru bidang studi Sejarah yang sangat intelektual, namun sayangnya beliau memiliki kelainan pada hormon seksualnya. Beliau memang sudah berumur, bahkan umurnya sekarang sudah kepala 4, namun masih virgin. Beliau tidak mempunyai niatan untuk menikah sebelum menemukan lelaki yang menurutnya sudah tepat. Pernah saya bertanya kepadanya, “ Bu, lelaki seperti apa sih yang ibu inginkan? ”, beliau menjawab, “ yang jelas seiman dengan saya, tampan, gagah, mapan, serta mampu menjadi imam dalam segala hal buat saya “. Padahal sudah puluhan lelaki seperti itu yang telah melamar beliau, walhasil nihil besar. Yang ada di benak saya entah lelaki macam bagaimana yang beliau inginkan.
Saat di sekolah beliau memang suka menggoda para siswa yang tampan, seperti kegenitan begitu terhadap mereka. Dan setiap hari sepulang sekolah beliau selalu minta diantarkan pulang oleh siswa-siswa yang tampan. Jika siwa yang mau mengantarkan beliau pulang bertampang pas-pasan, maka beliau langsung menolaknya. Yang saya herankan lagi, bila dibonceng siswa yang tampan, beliau berpegangan erat-erat pada perut siswa tersebut. Tak heran banyak siswa yang risih terhadap beliau.
Banyak yang berkata beliau menjadi perawan tua karena terkena karma dari perbuatannya sendiri. Beliau hampir setiap hari menyakiti perasaan para siswi di sekolah. Memang beliau tidak pernah sekalipun memakai kekerasan, akan tetapi sekali berucap sangatlah pedas di hati. Tak jarang banyak para siswi yang menangis ketika terkena sindiran beliau dengan jurus ucapannya.
Berbeda dengan saya, saya memang anaknya terkenal cuek dan jutek terhadap laki-laki, terutama yang banyak gombal dan basa-basi. Tak heran saya sekalipun tidak pernah terkena omongan pedas dari guru sejarah saya itu. Rata-rata yang terkena mulut pedas beliau adalah siswi-siswi yang sudah mempunyai pacar. Mungkin beliau bertindak seperti itu karena terbakar oleh rasa cemburunya yang disebabkan melihat pasangan siswa-siswi yang lagi berbahagia dengan perasaannya masing-masing. Astagaaaaa . . . . . . . (dalam benak hati saya berkata).
Hingga suatu hari tiba-tiba datanglah ketua OSIS di kelas saya, sebut saja Sandy. Ternyata dia sedang mencari saya dan seketika itu ia menyatakan cinta kepada saya. Alangkah terkejutnya saya dan merasa malu karena dilihat banyak anak waktu itu. Saya pun bingung dibuat olehnya, namun sahabat-sahabat saya mendesak agar saya mau menerima cintanya. Tanpa banyak kata saya terima ia dan semuanya pun merasa iri kepada saya. Tentu saja, siapa yang tak ingin punya pujaan hati seperti Sandy, dia itu putih-tampan-tinggi-mancung-gagah-tajir-pokoknya perfect banget lah Sandy itu. Sampai-sampai berita tentang saya dan Sandy terdengar di telinga guru Sejarah saya. Langsung saja keesokan harinya ketika pelajaran Sejarah, sontak telinga saya terasa panas karena sindiran demi sindiran yang dilontarkan terhadap saya oleh beliau. Akan tetapi hal itu tidak membuat saya berpatah semangat dalam berkonsentrasi terhadap pelajaran saya karena saya juga mendapat support dari Sandy agar jangan dihiraukan perkataan beliau.
Hari demi hari terlewati, hari kelulusan pun tiba dan beliau tetap membenci saya karena saya masih langgeng dengan Sandy. Sampai pada akhirnya saya berhasil masuk di PTN favorit pun beliau tetap membenci saya. Ketika saya mendapat tugas dari kampus untuk mempromosikan kampus di SMA asal masing-masing, saya datang ke sekolah. Dan hal pertama yang saya lakukan adalah sungkem kepada guru-guru saya semua tanpa terkecuali. Ketika saya sungkem pada guru Sejarah saya dulu, beliau langsung berucap, “Lho, bukannya kamu itu hamil duluan?, kok sekarang kuliah?”. Mendengar ucapan itu hati saya rasanya teriris-iris dan hancur. Saya langsung pergi dan berpamitan pada teman-teman saya yang lain untuk pulang dan tak sanggup menjalankan tugas dari kampus. Saya tak habis pikir, kenapa ada guru yang setega itu dengan saya, padahal saya 100% masih suci dan Sandy pun bisa menjaga kehormatan saya meskipun sekarang status saya sudah menjadi istri halalnya Sandy.
Sejak saat itu saya sudah berniat untuk tidak lagi menginjakkan kaki saya di SMA saya dulu dan saya sudah memaafkan ucapan-ucapan guru Sejarah saya sejak dulu. Saya tidak mau datang lagi ke sekolah saya karena saya tidak ingin membuat guru saya sakit hati karena cemburu terhadap saya yang telah menikah dengan Sandy, bukan karena saya sakit hati dengan beliau. Sampai detik ini pun saya hanya bisa mengenang masa-masa indah SMA saya hanya dengan lewat foto-foto tanpa bisa melihat langsung gedung SMA saya dulu.
Dari pengalaman saya tersebut, betapa buruknya jika seseorang mengalami kelainan pada perkembangannya, terutama kelainan pada perkembangan hormon seksual. Dampaknya bukan hanya pada individu itu sendiri, akan tetapi berdampak juga pada lingkungan sekitarnya. Jadi sifat perkembangan individu perlu diperhatikan dalam segala hal dengan seksama. Bila ada sedikit kelainan pada sifat perkembangan individu, maka kita harus cepat-cepat merespon tindakan apa yang harus diperbuat selanjutnya. Dengan begitu kelainan pada sifat perkembangan individu tersebut bisa teratasi dengan baik, sehingga individu tersebut bisa berkembang dengan sifat perkembangan yang baik dan benar.
Oleh : Rofiqoh Laila - LYLA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H