Semenjak adanya pabrik pengolahan sawit di wilayah Bengkulu selatan, tidak sedikit warga sekitar yang mengeluhkan dampak yang ditimbulkan oleh pabrik tersebut. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh adanya pabrik tersebut adalah bekas limbah pengolahannya yang dibuang ke sungai yang ada di dekat pabrik tersebut. Selain merusak habitat hewan dan tumbuhan yang ada di dekatnya bekas limbah pengolahan tersebut juga menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Pabrik pengolahan sawit tersebut tepatnya berada di di jalan lintas Manna-Bengkulu yang berada di kabupaten  Bengkulu selatan. Bau yang sangat menyengat yang dihasilkan dari limbah bekas pengolahan pabrik sawit tersebut sangat mengganggu warga sekitar yang tinggal di dekat pabrik pengolahan tersebut. Para pengendara baik mobil atau motor yang lewat disana juga merasakan hal yang serupa, apalagi waktu siang menuju sore hari.
Selain itu limbah cair kelapa sawit memiliki potensi sebagai bahan pencemar sehingga dapat menurunkan kesuburan suatu perairan. Salah satu organisme yang berpontensi terkena dampak dari limbah cair kelapa sawit adalah fitoplankton. Penelitian tentang struktur komunitas fitoplankton di Sungai Krueng Mane dilakukan pada bulan Juli hingga September 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan struktur komunitas fitoplankton yang ada di Sungai Krueng Mane akibat masukan limbah cair kelapa sawit.
Fitolankton mempunyai peran yang sangat besar dalam ekosistem perairan, selain sebagai produsen primer, keberadaan plankton juga dapat dijadikan sebagai indikator perairan. Hal ini disebabkan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan (Muchlisin 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan tujuh kelas fitoplankton (Cyanophyceae, Coscinodiscophyceae, Chlorophyceae, Trebouxiophyceae, Bacillariophyceae, Zygnemophyceae, dan Euglenaceae). Jenis fitoplankton yang memiliki kelimpahan tertinggi dan paling dominan ditemukan di setiap stasiun penelitian adalah Miscrocystis sp diikuti dengan Melosira sp dan Aphanocapsa sp. Komposisi kelas fitoplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian ini juga identik dengan beberapa kelas fitoplankton yang ditemukan pada sungai lain yang tercemar limbah cair kelapa sawit (Olaleye & Adedeji 2005) Miscrocystis sp merupakan jenis plankton dari kelas Cyanophyceae/ Cyanobacteria yang berpotensi menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) plankton pada suatu perairan (Prihantini et al. 2008).
Akibat dari pencemaran bekas limbah pengolahan sawit itu para petani kadang juga mendapatkan imbasnya salah satunya gagal panen karena susah nya mendapatkan pasokan air ke sawah nya terpaksa mereka harus membuat jalur masuknya air dari sungai bekas limbah pengolahah sawit tersebut. Beberapa contoh pencemaran sungai seperti dikutip dari Tribunjambi, air sungai jadi hitam karena limbah ini diduga dari pabrik sawit dari PT Mitra Sawit Jambi di Kecamatan Renah Mendaluh, Tanjung Jabung Barat. Penampungan limbah perusahaan itu diduga bocor menyebabkan sungai tercemar.
Kasus di Bengkulu ini, tak jauh beda. Ikan-ikan di sungai Desa padang lakaran, Kabupaten Bengkulu selatan, Bengkulu, mati. Warga menduga air sungai tercemar limbah cair dari pabrik pengolahan minyak mentah sawit. Meskipun ada komitmen dari pemerintah provinsi, mekanisme tata kelola tak mengatasi masalah ini. Kelemahan terutama ada di kabupaten. Lembaga ini menyatakan, pemerintah hanya mampu menyelidiki kurang 1% pengaduan. Laporan ini menyebutkan, ada berbagai kelemahan di provinsi maupun kabupaten dalam mengatur sumber daya air.
Tetapi walaupun banyak dampak yang dihasilkan oleh limbah bekas pabrik pengolahan sawit tersebut tentu saja kita tidak boleh melihat dari salah satu sisi saja. Selain adanya dampak negatif seperti yang telah dituturkan diatas, kita bisa mengambil sisi positif nya juga seperti dengan adanya pabrik sawit yang telah dibangun di Bengkulu selatan ini ekonomi kabupaten Bengkulu selatan juga mengalami kenaikan apalagi daerah-daerah di Bengkulu terutama di Bengkulu selatan masih termasuk salah satu daerah yang bisa dibilang belum terlalu maju.tapi dengan adanya pabrik pengolahan sawit masyarakat yang ingin menjual hasil panen sawitnya bisa langsung ke pabrik nya, karena harga pabrik dengan toke cukup ada perbedaan meskipun cuma sekitar 1500 rupiah an. Harapan kedepannya adalah semoga pemerintah dapat lebih objektif mendengarkan keluhan masyarakat sekitar agar dapat menimbulkan suasana yang nyaman dan aman bagi masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H