Dalam senyummu yang merekah indah
Megah terasa dalam pandangan yang amat jernih
Denyut nadi bagai suara seribu kuda yang lari bersamaan
Dikala purnama terbit disela sela matamu
Dikala sapaanmu menjadi alunan nada yang teramat aku gandrungi
Aku bernyani, menari, terbang dalam kehangatan hingga lupa akan kefanaan
Tiada bosan lidah ini memujimu
Tentang hujan yang menjadikanmu pelangi dikala reda
Tentang kedipan mata yang membuat setiap waktuku terjeda
Tentang keteduhan yang membuatku nyaman diantaranya
Namun itu tak bermakna
Kau tercipta dari lembah yang tak mungkin bisa aku jamah
Dari cahaya yang tak mungkin aku genggam
Dari duri yang menghentikan langkahku
Atas kesadaran rasa
Hanya dalam puisi aku dapat memilikimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H