Wahai pedamba yang tak pernah didamba
Ketabahan menjalar di dada mereka
Pelukan bersemayam pada lututnya
Tutur katanya tak ada yang sanggup untuk menafsirkan derita
Wahai penanti yang tak pernah dinanti
Dendang lagu alam selalu menemani
Rasa bercampur aduk dalam segelas kopi
Siapa yang sanggup untuk menasehati
Mereka mengokohkan ke egoisan diri
Wahai perindu yang tak pernah dirindu
Mencaci maki waktu yang membeku
Membuka mulut pun terasa begitu kelu
Dengan segala tekad dirimu rela terbelenggu
;percayalah angin segar dengan segala kabar akan segera menjumpaimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H