Sejak hari Rabu, 3 April 2019 hingga hari ini, Jumat, 5 April 2019 tidak terdengar keberadaan capres 02 Prabowo, di mana ia berada? Padahal hingga minggu depan, adalah satu-satunya waktu yg disediakan KPU untuk capres melakukan kampanye terbuka dengan panggung yang besar-besaran. BPN Prabowo Sandi menyatakan, Prabowo sakit, sehingga jadwal kampanye di Aceh, Riau, dan Jakarta (hari ini) dibatalkan. Benarkah? Padahal daerah itu adalah lumbung suara Prabowo!
Tanggal 3 April kemarin, bertepatan dengan perayaan Isra Mi'raj, Prabowo dijadwalkan hadir menerima undangan para alim ulama di Aceh (sekaligus berkampanye tentu saja), namun tiba-tiba Prabowo tidak hadir dengan alasan sakit. Banyak yang menduga, itu hanya alasan karena Prabowo takut diajak bersolawat dan ngaji dengan para DAI Aceh, Kota yang sangat Islami hingga disebut Negeri Serambi Mekah. Prabowo takut kadar ke-Islamannya yang lemah akan terekspos jelas oleh media mengingat ini jadwal kampanye akbar, itu akan menggoyang basis pendukungnya yang selalu merasa paling Islam.
Ketidakhadiran Prabowo di Aceh otomatis membatalkan kehadirannya di Riau. Itu agar alasan sebenarnya ia tidak hadir di Aceh karena takut mengaji tidak ketahuan. Ada yang bilang seperti itu. Namun, ada baiknya kita percaya saja alasan dari tim suksesnya yang menyebut Prabowo batal hadir karena kelelahan. Kita semua tahu memang belakangan menjelang pilpres ini, penyakit Stroke Prabowo sering kambuh.
Di sisi lain, lawan politiknya Prabowo, Joko Widodo justru tampil semakin energik. Jokowi merayakan Isra Mi'raj di Sragen, Jawa Tengah. Keesokan harinya, saat Prabowo batal hadir di Riau karena sakit, Jokowi justru tampil menggila, dengan perawakan tubuh yang kurus itu, justru ia lincah. Pagi hari kampanye akbar di Banyumas, Siang hari hujan-hujanan kampanye akbar di Tegal, dan sore harinya di Brebes. Hari ini, pun Jokowi akan berkampanye di Cirebon dan Indramayu.
Apapun alasan Prabowo yang memang sudah tidak muda lagi (67 tahun) berbanding Jokowi (57 tahun), baik itu sakit atau takut mengaji di depan ulama, NKRI sebagai negara kepulauan terluas di dunia membutuhkan pemimpin yang FIT. NKRI dengan segala permasalahannya butuh pemimpin energik yang mampu turun langsung melihat keadaan rakyatnya dari sabang-Merauke.
Kampanye akbar dengan jadwal yang sangat padat, hanyalah pemanasan bagi orang yang ingin memimpin negara seluas Indonesia, jika tidak mampu (kelelahan) maka itu sudah cukup memberikan rakyat gambaran pantas tidaknya ia dipilih.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H