[caption id="attachment_87267" align="alignnone" width="590" caption="www.ora-news.com"][/caption]
Konon di negeri Sang Mafiaso Italia ada sebuah skandal yang dijuluki Calciopoli - sebuah skandal untuk melakukan pengaturan hasil pertandingan. Skandal ini terungkap ke Publik pada bulan Mei tahun 2006, sehingga Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) memutuskan untuk menghukum empat klub, yaitu: Juventus, AC Milan, Fiorentina, dan Lazio. Skandal yang benar-benar mengguncang persepakbolaan Italia dan terjadi sebulan sebelum berlangsungnya putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman.
Dari hasil reportaseKabarbola.com Sabtu, 7 November 2009, terungkap bahwa dari keempat klub tersebut, Bianconeri menjadi klub yang paling sengsara, menerima hukuman paling berat dari Federasi Sepakbola Italia (FIGC), yaitu terdegradasi ke Serie B—kali pertama dalam sejarah Juventus—dan dicopotnya gelar scudetto di musim 2004-05 dan musim 2005-06. Gelar itu jatuh ke tangan Inter Milan, tim yang menempati peringkat kedua di klasemen akhir di dua musim tersebut. Sementara, tiga tim lainnya paling banter diganjar hukuman pengurangan (penalti) poin.
Sejak skandal Calciopoli muncul, sejumlah kalangan menengarai jika otak di belakang kasus tersebut adalah kubu Inter yang tak rela melihat begitu dominannya Juventus. Telecom Italia, perusahaan telekomunikasi terbesar di Italia yang notabene sejumlah sahamnya dimiliki Massimo Moratti, Presiden Inter, dituding berada di balik skandal tersebut. Dua sosok penting, Tronchetti Provera, mantan Presiden Telecom Italia, dan Guido Rossi, mantan Presiden FIGC, diketahui juga memiliki saham di perusahaan tersebut dan menjadi sohib Moratti plus fans berat Nerazzurri.
Dalam hasil reportase Inilah.com 10/12/2009 juga terungkap bahwa tiga tahun berselang pada tahun 2009, Vieri akhirnya membeberkan rahasia sesungguhnya apa yang terjadi. Mantan striker Inter dan Juventus tersebut menegaskan otak dibalik skandal Calciopoli ini adalah Moratti. Vieri mengaku saat masih membela Inter, semua pemain Inter, termasuk dirinya, diharuskan untuk menandatangani dokumen yang isinya tidak boleh mencerita konspirasi Calciopoli yang dibangun Moratti dan perusahaan telekomunikasi Italia, Telecom Italia.
Vieri menilai Moratti sudah gerah dengan sukses yang diraih Juventus saat itu, untuk itu sang presiden Inter menciptakan skandal Calciopoli.“Saya siap menunjukkan kepada siapapun dokumen itu, semua orang tahu apa yang terjadi. Saya tidak bisa menahan ini selamanya. 70% kontrak dibayar oleh Inter, dan 30% lainnya oleh Telecom, yang menggunakan saya sebagai bintang iklan jadi mereka bisa membayar pajak lebih kecil,” ujar Vieri kepada Firenze Viola.
“Saya hanya berbicara masalah ini kepada Tuan (Rinaldo) Ghelfi di Inter. Saya turut berduka untuk Juventus karena saya memiliki kedekatan dengan mereka. Sama seperti Milan. Saya pikir saya melakukan suatu yang baik untuk presiden saya, yang memiliki banyak hal terjual karena memiliki kepribadian ganda,” kilahnya.
Selain menghukum Juventus, Calciopoli juga memberi pengurangan poin terhadap AC Milan, Lazio
[caption id="attachment_87268" align="alignright" width="281" caption="stefanodiscreti.blogspot.com"]
Itulah skandal Calciopoli yang terungkap di Negeri Italia yang konon sangat terkenal dengan Mafianya. Hebatnya dalam dunia permafia-an masih ada kode etiknya, kalau sebuah skandal mafia sepak bola sudah terungkap ke ranah publik maka semua yang terlibat baik dalam bentuk badan maupun person orang yang terlibat akan menerima hukuman. Karena bagaimanapun pengaturan pertandingan sepak bola sudah masuk ke ranah hukum manipulasi dan pemalsuan. Apalagi alasan pengaturan skor itu biasanya karena ulah mafia Judi.
Kini lewat sebuah laporan utama Majalah Tempo terungkap Mega Skandal PSSI Tempo Bongkar Habis Kebobrokan “KoruPSSI” Laga ISL! Skandal ini ternyata sudah berlangsung dari tahun ke tahun, dan sampai detik ini masih terus berlangsung. Anehnya sebuah pengungkapan Mega Skandal PSSI ini ternyata ditanggapi dingin oleh PSSI dan Genk-nya. Mungkin mereka sudah menganggap sebagai lembaga yang kebal hukum dan tidak perlu taat pada hukum. Sebuah bukti yang sudah benar-benar nyata terungkap dalam Laporan Utama Majalah Tempo ternyata belum mampu menggoyang PSSI. Jangan-jangan Indonesia sudah menjadi mBahnya Mafioso !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H