Sebagai salah satu warga kompasiner yang sudah sekian lama tidak aktif, saya terdorong untuk sedikit menuangkan coretan sekaligus mengejar rasa penasaran tentang sosok penulis di kompasiana yang telah mengungkap Anggito Abimanyu sebagai plagiat. Penulis anonim yang menggunakan nama sandi: Penulis UGM, benar-benar bisa menghilangkan jejak nya karena menggunakan nama samaran serta memakai akun baru untuk mengunggah tulisan yang sangat menghebohkan tersebut.
Untuk masalah konten Anggito sebagai plagiat saya kira sudah clear, meski semula Anggito Abimanyu membantahnya, namun karena faktanya begitu jelas dan nyata sebagai produk copas, akhirnya Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM yang juga Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia menyerah kalah dan mundur sebagai staf pengajar di FE UGM. Sementara itu Anggito juga sudah meminta maaf kepada Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan sebagai penulis asli Menggagas Asuransi Bencana yang telah dimuat pada rubrik Opini Kompas, tanggal 21 Juli 2006, dan kedua penulis tersebut sudah menyatakan case closed setelah permintaan maaf dari Anggito.
Masalah yang mungkin masih tertinggal dan mengusik rasa penasaran kita adalah siapa sebenarnya sosok kompasianer yang mengungkap masalah ini. Kalau melihat profil kompasianer yang ada tidak menyediakan secuil informasi untuk dapat kita telusuri. Satu-satunya yang kita bisa menebak-nebak sosoknya adalah lewat penggunaan nama samaran Penulis UGM serta sedikit analisa dari konten pengantar tulisanya.
Saya menebak bahwa penggunaan samaran Penulis UGM sebagai bagian dari secuil informasi bahwa penulis adalah alumni UGM sekaligus sebagai penulis lepas di beberapa media. Sementara mengenai pengantar tulisan yang mengkritik pedas sekaligus menyiratkan kekecewaan yang dalam untuk redaktur Kompas, khususnya rubrik opini. Bahwa beberapa tahun terakhir penanggung jawab rubrik opini telah menggeser kebijakannya yang hanya menerima tulisan dari kalangan akademisi bukan dari kalangan umum.
“Penulis UGM” begitu kecewa terhadap perubahan kebijakan redaksional kompas tersebut. Saya menebak bahwa sosok Penulis UGM ini dulu pernah beberapa kali masuk dalam Opini Kompas, namun karena ada kebijakan redaksional yang baru tersebut tulisan dari Penulis UGM ini selalu mental. Padahal Dia sangat yakin bahwa tulisanya tidak kalah dengan tulisan dari kalangan akademisi yang biasanya gelarnya berderet.
“Penulis UGM” begitu jeli mengamati setiap tulisan dalam rubrik opini Kompas, sehingga ketika Anggito Abimanyu menulis dengan judul Gagasan Asuransi Bencana pada tanggal 10 Februari 2014, maka dengan cepat bisa menemukan bahwa tulisan tersebut produk copas dari tulisan Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan sebagai penulis asli Menggagas Asuransi Bencana yang telah dimuat pada rubrik Opini Kompas, tanggal 21 Juli 2006. Fakta penemuan tersebut menjadi senjata yang sangat ampuh untuk menyerang kebijakan redaksional Kompas khusus nya penjaga gawang rubrik yang telah secara sewenang-wenang menyingkirkan penulis umum dalam rubrik nya.
Jadi pengungkapan Anggito Abimanyu sebagai plagiat di forum kompasiana oleh Penulis UGM, menurut perkiraan saya bukan dilatarbelakangi oleh sentimen pribadi kepada sosok Anggito Abimanyu. Namun lebih pada bentuk protes keras dan kekecewaan yang sangat mendalam terhadap kebijakan redaksional kompas pada rubrik Opini Kompas. Lalu kenapa sosok pengungkap skandal akademik ini tidak memunculkan sosok nya yang asli, menurut saya ini bagian dari stretegi Dia untuk tetap bisa eksis lagi khusus nya dalam rubrik opini di Harian Kompas. Tentu saja setelah para penjaga gawang rubrik opini Kompas menyadari kekeliruan serta ketidaktelitianya dalam menyeleksi tulisan opini di Harian Kompas.
Saya sedikit mengkritik juga bahwa penjaga gawang rubrik opini Harian Kompas tidak bisa lepas tangan pada kasus ini, karena saya yakin database di Kompas begitu canggih sehingga bisa menyeleksi tulisan yang merupakan produk copas, apalagi jelas-jelas tulisan tersebut telah di muat pada rubrik yang sama 8 tahun silam. Namun lamanya waktu itu tidak bisa menjadi apologize untuk bersikap ceroboh dan teledor dalam menjaga gawang rubrik nya. Semoga hal ini dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga terutama bagi para akademisi, penulis lepas, kompasianer serta penjaga gawang rubrik opini Harian Kompas.
Twitter: @rofiq70
FB: Arofiq Aja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H