Mohon tunggu...
Rofiq Mujtaba
Rofiq Mujtaba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kecintaan pada hal-hal baru menunjukkan bahwa saya mudah beradaptasi dengan perubahan dan terbuka terhadap berbagai perspektif serta ide. Saya tidak ragu untuk mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan dan menantang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syafruddin Prawiranegara, Presiden RI yang Terlupakan?

9 Desember 2024   16:38 Diperbarui: 9 Desember 2024   19:37 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Syafruddin Prawiranegara merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang seringkali luput dari perhatian. Beliau dikenal sebagai pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada masa agresi militer Belanda kedua pada tahun 1948, sebuah peran yang sejatinya memberikan status "Presiden" bagi dirinya, meskipun secara de facto bukan dalam konteks yang umum dipahami. Peran pentingnya dalam menjaga keberlanjutan Republik Indonesia di saat krisis memberikan alasan mengapa Syafruddin patut dikenang sebagai sosok presiden yang terlupakan.

Latar Belakang Sejarah PDRI

Pada akhir tahun 1948, Belanda melancarkan agresi militer kedua dan berhasil menduduki Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan ibu kota Indonesia. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah pemimpin lainnya ditangkap dan diasingkan. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan keberlanjutan negara Indonesia, yang kala itu masih berjuang mendapatkan pengakuan kedaulatan secara internasional. Untuk memastikan kelangsungan Republik Indonesia, sebelum ditangkap, Presiden Soekarno menginstruksikan Syafruddin Prawiranegara, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatra. Pada 19 Desember 1948, Syafruddin kemudian mendeklarasikan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dalam kondisi yang sangat sulit, PDRI berfungsi sebagai pemerintahan sah yang mewakili Indonesia di tengah situasi pendudukan Belanda, sehingga menghindari kehancuran Republik.

Peran dan Kepemimpinan Syafruddin

Sebagai Ketua PDRI, Syafruddin Prawiranegara memimpin negara secara de facto dari daerah yang belum diduduki oleh Belanda. Selama masa kepemimpinannya, PDRI berhasil mempertahankan komunikasi dengan berbagai pemimpin gerilya, menjaga hubungan diplomatik dengan dunia internasional, dan memberikan semangat kepada rakyat Indonesia untuk terus melawan pendudukan Belanda. Walaupun hanya berlangsung beberapa bulan, peran PDRI sangatlah penting karena menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih eksis sebagai negara meskipun ibu kota dan pemimpinnya berada dalam tahanan. PDRI menjadi bukti bahwa kemerdekaan Indonesia tidak pernah runtuh, bahkan dalam situasi krisis yang parah.

Pada tanggal 13 Juli 1949, setelah Belanda mulai melemah dan menandatangani perjanjian Roem-Royen, Syafruddin Prawiranegara mengembalikan kekuasaan kepada Soekarno dan Hatta. Hal ini menunjukkan integritas dan komitmennya terhadap negara, karena ia tidak mempertahankan kekuasaannya lebih lama dari yang diperlukan.

Mengapa Terlupakan?

Meskipun peran Syafruddin Prawiranegara sangat vital dalam menjaga keberlanjutan Republik Indonesia, namanya tidak sering disebut dalam narasi besar sejarah Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Pertama, masa kepemimpinan Syafruddin sangat singkat dan berlangsung di tengah kondisi darurat. Kedua, setelah pengembalian kekuasaan kepada Soekarno, Syafruddin tidak mengambil peran besar dalam politik nasional di masa berikutnya. Ia lebih dikenal sebagai tokoh ekonomi dan kemudian berperan dalam pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) pada akhir 1950-an, yang turut mempengaruhi pandangan negatif terhadapnya. Ketiga, narasi sejarah Indonesia selama ini lebih banyak terpusat pada tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir, yang secara langsung terlibat dalam proses diplomasi dan perjuangan fisik kemerdekaan. Sjafruddin, meskipun memiliki peran penting, lebih sering dilihat sebagai tokoh sekunder dalam sejarah perjuangan Indonesia.

Pengakuan yang Tertunda

Baru pada tahun-tahun terakhir, nama Syafruddin Prawiranegara mulai kembali diangkat sebagai salah satu pahlawan yang berperan dalam menyelamatkan eksistensi Indonesia. Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia secara resmi mengakui peran pentingnya dengan memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Syafruddin Prawiranegara. Meskipun demikian, peran besar yang ia mainkan selama PDRI belum sepenuhnya diakui oleh masyarakat luas. Dalam konteks sejarah Indonesia, Syafruddin Prawiranegara layak diingat sebagai sosok pemimpin yang mengambil tanggung jawab besar di saat krisis, memegang kendali negara, dan mengembalikannya tanpa pamrih. Dia adalah presiden yang terlupakan, yang berjasa menjaga kedaulatan bangsa ketika ancaman datang dari segala arah.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun