Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Filosofis Pitutur Adat Orang Sumba dalam Simbol Hewan

3 September 2019   20:25 Diperbarui: 3 September 2019   20:27 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Misalnya, "Bangga Teyo Kalahu". Secara harfiah berarti anjing yang membuang kotoran besar sembarangan. Ini teguran atau sindiran kepada orang-orang yang tidak diharapkan hadir dalam suatu peristiwa penting. Juga, teguran atau sindiran kepada orang-orang yang berbicara sembarangan di forum atau tempat penting. Bisa juga pembicaraannya di luar konteks topik pembahasan resmi.

Contoh lain adalah "Bangga Katonga". Terjemahan harfiahnya yaitu "Anjing Bale-bale". Ini ungkapan sarkastis untuk orang-orang yang setia mengikuti tuannya. Katakanlah seperti hamba (ata). Bisa juga untuk security (penjaga) tuannya. Tuan, dalam konteks ini, adalah orang-orang kaya dan mempunyai status sosial tinggi. Di Sumba dikenal dengan sebutan Rato atau Maramba.

Selain itu, ada juga ungkapan "Bangga Ole Ura". Secara harfiah berarti anjing segaris tangan. Ini ungkapan persahabatan yang harmonis dan mendatangkan berkat tersendiri. Bisa dengan ternak anjing benar-benar atau orang lain.

Nama ternak kambing, khususnya kambing jantan besar, juga menjadi ungkapan simbolik dalam pitutut adat. Bunyinya yaitu "Pakode Helu Ndende". Secara harfiah berarti "Kambing jantan besar yang berdiri tegak kembali". Kambing jantan besar yang dimaksud disini adalah yang tanduknya sudah panjang dan kokoh, yang disebut Pakode. Tapi makna sesungguhnya yang terkandung di balik pitutur itu adalah hadirnya kembali (calon) orang besar yang mereinkarnasi tokoh sebelumnya (leluhur) yang mempunyai kedudukan sosial dan kekuasaan.

Ternak kuda pun ada dalam kiasan simbolik pitutur adat. Kuda dan manusia dianggap mempunyai hubungan psikologis atau kejiwaan dan kesetiakawanan. Terkait hal ini tergambar dalam pitutur adat yang berbunyi yaitu "Ndara Ole Ura", yang berarti kuda sebagai kawan segaris urat tangan.

Demikian sekilas gambaran pitutur adat orang Sumba dalam simbol hewan. Semoga bisa menambah wawasan tradisi sosial budaya bagi kita semua.

Tambolaka, 03 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun