Suasana Kota Tambolaka, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, Selasa sore 23 Juli 2019, Â menyuguhkan pesona bernuansa budaya. Suatu momentum kolosal luar biasa hadir kembali seperti yang digelar pada dua tahun lalu, 13 Juli 2017, yang sempat dihadiri oleh Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo bersama Ibu Negara, Iriana, yaitu Parade 1001 Kuda Sandalwood dan Festival Kain Tenun Ikat.
Di sore yang cerah dan indah itu, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya, menggelar kembali iven Parade 1001 Kuda Sandalwood dan Festival Tenun Ikat. Iven ini bertujuan sebagai branding baru pariwisata Sumba. Suatu promosi pariwisata Sumba berskala internasional, yang dihadiri oleh cukup banyak wisatawan manca negara yang sedang melancong di Sumba.
Parade kuda sandalwood menempuh jarak sekitar 5 kilometer lebih. Kuda-kuda yang dihias dan ditunggang oleh pemiliknya yang berpakaian adat lengkap, bergerak beriringan di sepanjang jalan utama Kota Tambolaka dari lapangan SD Weekamburu, Desa Weerena, Kecamatan Wewewa Barat menuju lapangan Galatama di depan Rumah Jabatan Bupati Sumba Barat Daya, setelah dilepas secara resmi oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya, Kristofel Horo, SH.
Derap ribuan kaki kuda bergemuruh di sepanjang jalan. Pekikan khas orang Sumba, yaitu Kayokongo dan Kirikingo juga membahana sepanjang rute parade kuda.
Ternyata tidak mudah melempar lembing dari punggung kuda yang sedang berlari. Hanya beberapa peserta saja yang berhasil. Bahkan ada yang jatuh tersungkur ke tanah saat melepaskan lembingnya. Dapat dimaklumi karena kuda-kuda yang diparadekan dan penunggangnya bukanlah yang terbiasa mengikuti atraksi Pasola.
Pada saat itu juga digelar festival kain tenun ikat Sumba Barat Daya. Kemasan suguhan hari itu lebih kaya dibandingkan tahun 2017.
Jika dua tahun sebelumnya hanya menampilkan para penenun yang sedang menenun berbagai motif kain, maka siang itu ditambah lagi parade warga yang jalan kaki dan berbusana adat lengkap. Mereka menempuh jarak sekitar 1 kilo meter.
Unik dan menariknya, para perempuan menjunjung Kapepe. Suatu wadah bertutup yang terbuat dari daun pandan. Tempo dulu wadah ini berfungsi untuk menyimpan barang-barang berharga, seperti Mamoli dan Gelang Gading. Juga biasa dijunjung oleh para perempuan Sumba saat ke acara pesta.