Dalam kehidupan masyarakat Sumba dikenal aneka hiasan yang terbuat dari bahan perunggu, perak dan emas. Hiasan yang terkenal, yaitu Mamoli, Maraga, Tabela, Buaya  dan Penyu.
Gambar hiasan tersebut juga selalu tampak menjadi motif dalam kain-kain tenun masyarakat Sumba. Disamping itu juga menjadi motif dalam ukiran-ukiran pada batu kubur megalit dan tiang-tiang rumah kampung adat masyarakat Sumba.
Memiliki Makna atau Simbol
Hiasan-hiasan tersebut di atas, bukan hanya dibuat begitu saja oleh masyarakat Sumba tempo dulu dan diwarisi oleh generasi berikutnya sampai dengan saat ini. Tentu saja ada ceritera dan maknanya yang menjadi simbol penting dalam kehidupan mereka.
Hiasan yang dibahas dalam artikel singkat ini adalah buaya dan penyu. Hiasan Mamoli sudah pernah diurai dalam artikel terdahulu. Sedangkan hiasan Maraga dan Tabela akan dikisahkan dalam artikel-artikel berikut, setelah mempelajari ceritera dan maknanya.
Buaya dan penyu dalam kehidupan masyarakat Sumba adalah simbol kekuasaan dan kepemimpinan. Buaya merupakan simbol  kekuasaan dan kepemimpinan yang tegas dan keras. Sedangkan penyu merupakan simbol  kekuasaan dan kepemimpinan yang lembut dan santun.
Masyarakat Sumba sesungguhnya mendambakan model kekuasaan dan kepemimpinan yang merupakan gabungan antara buaya dan penyu, yaitu tegas dan lembut serta santun.
Status Sosial
Hiasan buaya dan penyu tersebut, tidak dimiliki oleh sembarang orang. Apalagi yang terbuat dari bahan dasar emas.
Hiasan buaya dan penyu tersebut, hanya dimiliki oleh para raja dan keluarga bangsawan yang kaya. Artinya, hiasan buaya dan penyu hanya dimiliki oleh orang yang berstatus sosial tertinggi di Sumba.
Namun demikian, sejalan dengan kemajuan peradaban sekarang ini, sudah banyak juga orang Sumba yang membuat hiasan buaya dan penyu dari bahan emas sebagai liontin dalam ukuran kecil. Ini juga positif untuk mewariskan nilai buaya dan penyu sebagai simbol  inspirasi kekuasaan dan kepemimpinan dalam era demokratisasi saat ini.