Â
Pada jaman dahulu kala (Yi Nowo Notu), di Pakare, nama sebuah Parona (kampung adat atau desa adat) di wilayah suku Kodi, ada seorang gadis cantik yang sudah dewasa namun belum juga mendapatkan jodoh seorang suami. Sementara teman-teman gadis yang sebaya dengannya sudah bersuami dan memiliki keturunan.
Nama gadis itu adalah Billa Paha. Ia adalah putri keluarga bangsawan (Rato) yang berpengaruh di Parona Pakare.
Sebenarnya sudah cukup banyak laki-laki yang datang melamar Billa Paha. Namun tidak ada seorangpun yang dapat menggaet dan meluluhkan hatinya.
Orangtuanya sangat cemas. Mereka mengkhawatir anak gadis mereka akan menjadi perawan tua. Oleh karena itu, orangtuanya berencana untuk menyelenggarakan pesta adat yang disebut Woleka. Ujud pesta ini tidak lain, yaitu untuk menghadirkan banyak orang, termasuk para laki-laki dewasa, dengan harapan Billa Paha dapat menemukan seorang laki-laki yang disukainya sebagai calon suaminya.
"Mindaha, ada rencana ayahmu untuk menyelenggarakan pesta Woleka. Tujuan kami supaya kamu cepat dapat jodoh. Apakah kamu setuju?" tutur ibunya lembut kepada Billa Paha saat mereka sedang memamah sirih pinang di bale-bale selepas makan malam. Mindaha artinya gadis cantik.
Billa Paha tidak segera merespon apa yang disampaikan ibunya. Ia memilih diam sejenak. Pikiran dan hatinya bergejolak kencang dan merasa ambigu, antara menerima dan menolak. Menerima berarti sama dengan sayembara untuk memperebutkan dirinya oleh banyak laki-laki. Sungguh sangat memalukan baginya. Tapi kalau menolak berarti sama dengan menyakiti hati kedua orang tuanya. Akhirnya, ia pasrah saja.
"Jika menurut ayah dan ibu, pesta Woleka adalah cara yang baik dan tidak melanggar tata norma adat untuk saya mendapatkan jodoh, ya saya setuju saja," kata Billa Paha kepada ibunya.
"Nanti kalau pesta Woleka sudah dimulai, maka tidak ada orang lain yang menari di Notor. Hanya kamu sendiri Mindaha. Jadi kamu harus mempersiapkan diri baik-baik," kata ibunya. Notor adalah sebutan untuk pelataran di tengah parona.
"Iya baik ibu. Saya akan ikuti setiap petunjuk ibu," balas Billla Paha seperlunya saja.
Seiring dengan malam yang terus melaju, ibu dan anak itu kemudian beranjak menuju pembaringan. Karena sedang gelisah, maka Billa Paha memilih tidur bersama ibunya malam itu.