(Artikel tentang Mamoli ini tidak bermaksud untuk mengkritisi artikel Rian Umbu sebelumnya, yang telah dimuat di Kompasiana ini. Tapi mudah-mudahan artikel ini makin memperkayanya, sehingga pembaca Kompasiana lebih mengenal Makna Mamoli dalam Perkawinan Adat Orang Sumba)Â
Dalam perkawinan adat Sumba dikenal yang namanya Mamoli atau Mamuli atau orang suku Kodi, sesuai dialeg khasnya, menyebutnya Hamoli. Tapi kita pakai saja sebutan sesuai dialeg dominan orang Sumba yaitu Mamoli.
Secara fisik, Mamoli adalah jenis perhiasan yang terbuat dari bahan logam mulia, emas dan perak murni atau campuran diantara keduanya. Bentuknya persis alat reproduksi kaum perempuan yaitu rahim. Ukuran optimumnya, yaitu panjang 10 cm, lebar 7 cm dan tebal 3 cm. Artinya, ada juga yang berukuran lebih kecil dan yang paling kecil namanya Kamomol (dialeg Kodi).
Fungsi Mamoli
Apa fungsi Mamoli dalam adat perkawinan orang Sumba? Mamoli adalah salah satu unsur penting dalam belis. Â Kata belis ini, bagi saya sendiri sampai hari ini, belum tahu persis, apakah itu bahasa Sumba atau bukan. Dalam bahasa Sumba, khususnya Kodi, yang ada adalah kata Walli.Â
Jika diterjemahkan secara lurus, Walli berarti harga. Jadi, bisa dikatakan bahwa belis adalah bahasa lain dari Walli. Ini berarti pula bahwa belis atau walli adalah setara dengan mahar.
Belis dalam perkawinan adat Sumba adalah suatu tradisi pemberian mahar dari pihak orangtua (pengantin) laki-laki kepada orangtua (pengantin) perempuan dalam bentuk ternak yaitu kerbau dan kuda.Â
Mamoli adalah mahar paripurnanya. Jika Mamoli sudah diserahkan maka tuntaslah urusan belis dan sesuai hukum adat, pengantin perempuan telah resmi keluar dari komunitas suku orangtuanya dan mengikuti komunitas suku orangtua pengantin laki-laki.
Disamping sebagai mahar, Mamoli juga berfungsi sebagai perhiasan oleh kaum perempuan Sumba pada acara-acara adat. Dipasang di telinga sebagai anting-anting atau digantung di leher sebagai liontin.Â
Â