Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengenal Vermikompos, Pupuk Organik yang Ramah Lingkungan

7 Februari 2018   17:32 Diperbarui: 8 Februari 2018   13:53 3932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam dan Bahagia.

Para sahabat Kompasiana yang baik hati. Artikel berikut ini cukup serius. Mudah-mudahan tidak terlalu mengganggu kebahagiaan para sahabat sekalian.

Diakui atau tidak, bumi kita, termasuk Indonesia tentunya, sudah makin tua. Salah satu contohnya adalah kesuburan tanahnya yang makin menurun dari waktu ke waktu. Sehingga produksi hasil pertanian pun tidak optimum lagi, kalau enggan dikatakan rendah.

Solusi yang diaplikasikan untuk mengatasi masalah kesuburan tanah tersebut selama ini, suka atau tidak suka adalah penggunaan pestisida pupuk anorganik atau pupuk kimia. Pupuk buatan pabrik ini harus diakui mampu mendongkrak produksi  hasil pertanian. Produksi tinggi dan memuaskan.

Namun demikian, penggunaan pupuk kimia tersebut, akibat aplikasinya yang tidak terkendali dan berlebihan, menimbulkan dampak yang membahayakan. Muncullah masalah ekologi atau lingkungan. Ditemukanlah residu pestisida yang tinggi di lahan-lahan pertanian. Diketahuilah adanya residu pestisida yang ikut terakumulasi dalam bahan pangan dan kehidupan manusia. Dan kemudian disinyalir juga adanya dampak residu pestisida terhadap ibu hamil dan bayi yang baru lahir.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pemerintah, para ahli teknologi dan lembaga-lembaga pemerhati lingkungan hidup, mulai mengkampanyekan penggunaan pupuk organik. Dengan tujuan untuk menekan sedemikian rupa penggunaan pupuk anorganik.

dokpri
dokpri
Vermikompos

Salah satu teknologi pupuk organik yang terkenal saat ini adalah Vermikompos. Apa itu Vermikompos?  Menurut Vincensia K, Mahasiswi Fakultas Bioteknologi Universitas Duta Wacana Yogyakarta, Vermes berasal dari bahasa latin yang berarti cacing dan vermikomposting adalah pengomposan dengan cacing. Sehingga vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. 

Sederhananya vermikompos merupakan pupuk organik yang dibuat dengan bantuan cacing. Secara alamiah, proses ini terjadi di alam dan hampir semua jenis cacing tanah bisa digunakan untuk membuat vermikompos. Namun ada beberapa jenis cacing tanah yang paling banyak digunakan saat ini, yaitu Eiseniafoetida (Cacing Tiger) dan Lumbricusrubellus (Cacing Tanah Merah).

Sejumlah penelitian, telah menunjukkan kemampuan cacing tanah dalam mendekomposisi bermacam-macam limbah organik, seperti feses hewan, lumpur yang berasal dari saluran pembuangan air, sisa hasil panen dan limbah pertanian. Bahkan penelitian Yadav et al, 2010, mengatakan bahwa vermikomposting dapat diaplikasikan untuk mengompos feses manusia. Sementara hasil penelitian Badruzzaman, D. Z., dkk, 2016, menunjukkan bahwa campuran feses sapi dan jerami padi menghasilkan kualitas vermikompos yang optimum yaitu kandungan N 1,38 -- 2,12 %, P2O50,72 -- 1,61%, K2O 0,54 -- 0,93%, Ca+ 0,80 -- 1,24% dan Mg+ 0,98-1,21% (Vincensia K, 2018).

Kelebihan dari vermikompos, catat Vincensia K, adalah lebih mudah, murah, waktu singkat, ramah lingkungan, mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S. Fe, Mn, AI. Na, Cu. Zn, Bo dan Mo, mempunyai kemampuan menahan air 40-60%, memperbaiki struktur tanah, menetralkan pH tanah dan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Sehingga mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun