Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan-jalan ke Muara Pero Indah yang Bersejarah di Kodi

7 Februari 2018   12:13 Diperbarui: 28 Februari 2018   16:47 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hari yang indah ini, saya ingin menyajikan kabar indah tentang sebuah muara yang mempunyai nilai sejarah. Muara ini terletak di sisi barat Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di bibir tebing karang, samping selatan Kampung Pero, Desa Pero Konda, Kecamatan Kodi.

Muara tersebut merupakan pertemuan antara air laut Pantai Pero di sisi barat dan air sungai Bondo Kodi di sisi timur. Profil muara ini indah dan menarik. Air dari laut masuk melalui terusan bernama Punda Rere yang lebarnya lebih dari 50 meter. Punda Rere adalah delta pasir yang tampak seperti sebuah daratan kecil di sisi barat muara tersebut. Delta ini unik dan indah lho.

Luas muara tersebut sekitar 1 (satu) hektar. Airnya dalam dan bersih, tanpa lumpur. Daratan di atas tebing di sisi utara muara tersebut dipadati pepohonan hijau, termasuk kelapa. Sedangkan di sisi timur laut dan selatan muara tersebut merupakan habitat pohon mangrove (bakau). Singkatnya lingkungan muara tersebut hijau dan sejuk serta menawarkan oksigen yang segar di siang hari.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tempat tersebut kini dikenal dengan nama Muara Pero. Muara Pero ini sebelumnya dikenal dengan nama Muara Punda Rere atau Muara Lyanggur.

Muara Pero tersebut mempunyai nilai sejarah tersendiri terkait eksistensi perjalanan peradaban kehidupan sebagian masyarakat di wilayah barat Pulau Sumba, khususnya suku Kodi. Di muara Pero inilah, sebagian nenek-moyang orang Kodi berlabuh. Ada yang bersuku bangsa Jawa, Ende Flores, dan juga Tianghoa. Sementara yang lainnya tidak diketahui persis dari mana asal mulanya.

Para imigran ini masuk di muara tersebut dengan latarbelakang dan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang berdagang, ada nelayan, dan ada yang terdampar karena melarikan diri, terutama setelah pecahnya perang Mataram dan juga Majapahit.

Pada awalnya mereka umumnya berdomisili di delta sungai Bondo Kodi di sisi barat jembatan Bondo Kodi atau kini di samping selatan Bondo Kodi, ibukota Kecamatan Kodi. Dari delta sungai Bondo Kodi ini baru mereka menyebar ke beberapa tempat.

Mereka yang beragama islam, diduga menjadi pendiri Parona (kampung Adat) Manulongge di wilayah Kodi Bangedo. Mereka yang nelayan menjadi penghuni awal Kampung Pero di sisi utara muara tersebut. Sedangkan mereka yang pedagang, khususnya suku bangsa Tianghoa, tinggal di daratan Bondo Kodi dan Rada Kapal.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Umumnya mereka yang beragama islam dan nelayan memilih untuk tetap tinggal di wilayah Kodi. Sedangkan mereka yang suku bangsa Tianghoa, terutama yang berdagang, sebagian besar bergeser ke wilayah yang lebih ramai dan strategis. Mula-mula mereka bergeser ke wilayah Kori, kini termasuk Kecamatan Kodi Utara, karena di sana ada Pasar rakyat.

Dari Kori, suku bangsa Tianghoa tersebut bergeser lagi ke Waitabula, wilayah perdagangan dan pertokoan, kini termasuk wilayah Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya. Sebagian dari mereka ini bergeser lagi ke Waikabubak, wilayah perdagangan dan pertokoan, kini ibukota Kabupaten Sumba Barat.

Muara Pero tersebut, juga menjadi pintu masuk penjajah militer Belanda ketika memasuki wilayah Kodi. Di muara inilah yang menjadi tempat berlabuh kapal penjajah militer Belanda, sekitar tiga kali pada awal 1990-an, dalam rangka menaklukan dan menduduki Kerajaan Kodi yang sedang berada di bawah kekuasaan Raja Kodi yang gagah berani, yaitu Hangandi Rato Loghe Kanduyo.

Kini Muara Pero berfungsi sebagai tempat keluar masuknya perahu-perahu motor nelayan. Di sore dan pagi hari, kita dapat menyaksikan lebih dari seratus unit perahu motor nelayan. Dari muara ini kita juga dapat menikmati pesona indah sunset di kaki langit pantai Pero.

Jika ingin jalan-jalan untuk mengunjungi Muara Pero yang indah dan bernilai sejarah tersebut, maka sekaligus juga dapat mengunjungi Pantai Pero yang indah. Lokasi tersebut tidak sulit dijangkau. Jalan menuju lokasi tersebut mulus. Semuanya sudah hotmix. Dengan kendaraan roda dua dan roda empat dari Tambolaka, kita hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam lebih saja. Di Kampung Pero juga ada penginapan yang murah. Mudah bukan?

Rofinus D Kaleka *)

,  

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun