Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengapa Sering Terjadi Eksplosi Belalang Kumbara di Sumba?

2 Januari 2018   11:19 Diperbarui: 3 Januari 2018   13:30 2574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: megapolitan.kompas.com

Demikian juga burung-burung lainnya yang menjadi predator belalang seperti gagak, perkutut, kutilang, dan nuri, juga populasinya tinggal sedikit. Artinya, sering terjadinya eksplosi serangan hama belalang di Sumba disebabkan oleh masalah ekosistem yang tidak normal lagi. Ini berarti pula merupakan peringatan keras terhadap masalah lingkungan hidup di Pulau Sumba.

Perilaku hidup buruk
Permasalahan alam, khususnya lingkungan hidup dan ekosistemnya, yang terjadi di Sumba sudah berlangsung lama dan dimulai sejak masa penjajahan. Ketika itu bangsa Portugis, Inggris dan belanda berlomba-lomba datang ke Sumba untuk membeli dan bahkan mengambil paksa hasil hutan Sumba berupa kayu cendana, kayu gaharu dan kayu kuning. Pada saat itulah perusakan dan perambahan hutan diawali oleh bangsa-bangsa penjajah dan tentu dibantu oleh orang-orang Sumba sendiri. Sehingga populasi ketiga jenis kayu tersebut kini sudah hampir punah.

Perilaku hidup buruk tersebut diteruskan oleh generasi orang Sumba berikutnya sampai sekarang ini. Pembabatan/pembakaran hutan, perambahan/pencurian kayu dan rotan di hutan, dan perdagangan burung-burung endemik yang dilindungi, selalu terjadi secara sistemik, baik untuk memperkaya diri maupun sekadar memenuhi kebutuhan hidup. Demikian pula kebiasaan membakar padang untuk kepentingan penggembalaan ternak dan membuka kebun/ladang hampir tidak pernah berhenti.

Dampak dari perilaku hidup buruk tersebut, menyebabkan makin memburuknya keadaan alam dan timbulnya permasalahan lingkungan hidup serta buruknya kondisi ekosistem. Langkanya burung-burung yang menjadi predator belalang sehingga menyebabkan eksplosi serangan hama belalang seperti yang sedang terjadi di Sumba Timur sekarang ini, tidak lain merupakan konsekuensi logis dari buruknya kondisi ekosistem lingkungan hidup di Sumba.

Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup di Sumba harus segera dikendalikan sedini mungkin. Supaya dapat memulihkan kembali keadaan ekosistem secara bertahap. Keterlambatan dalam mengendalikannya, akan menyebabkan selalu terulangnya eksplosi serangan hama belalang dengan segala ikutan negatifnya bagi kehidupan masyarakat Sumba.

Disinilah diperlukan tekad bersama dari seluruh elemen yang ada di Sumba, baik unsur pemerintahan daerah dan penegak hukum, lembaga swadaya masyarakat, ormas-ormas kepemudaan, lembaga-lembaga keagamaan, para pengusaha dan masyarakat umum, untuk menjaga, melindungi, merawat termasuk melakukan penghijauan dan melestarikan kawasan hutan yang ada.

Disamping itu harus melakukan tindakan tegas kepada siapapun yang melakukan pembabatan hutan, pencurian kayu dan hasil hutan lainnya, serta pembakaran hutan dan padang. Inilah tindakan preventif nyata yang harus dilakukan mulai dari saat ini. ***

Oleh Rofinus D Kaleka
Penulis adalah pemerhati sosial politik, tinggal di Pulau Sumba tanpa wa, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun