Tetapi dibalik semua yang negatif itu terbit harapan baru dalam musibah. Sistem pendidikan menjadi personal dan onlinre, pengajaran dan buku referensi atau sumber bacaan menjadi online, koreksi atau pemerikasaan ulangan dan tugas secara online. Pekerjaan kantor yang mengandalkan pemikiran, desain atau perencanaan ditangani secara online.Â
Hanya jasa angkutan  yang terkadang hilir mudik menghantarkan pesanan untuk konsumen. Dan usaha konveksi juga tetap bekerja demi kelangsungan hidup pekerja dengan omset yang terus menurun dan nyaris kolaps.Â
Gaung suara azan dari Masjid dan Musola berkurang, gereja-gereja dan vihara melakukan ibadat secara live streaming,  para pemimpin ibadat terpaksa berkhotbah kepada ruangan dan tembok-tembok kosong dan bisu,  karena umat tersebar sangat  luas tak berbatas. Dalam situasi  itu tetap ada harapan plus-minus bagi manusia dan semua ciptaan? Â
Kualitas udara menjadi semakin bersih karena polusi udara jauh berkurang, langit sangat biru menampakkan keasliaanya, hujan yang turun menjadi lebih bening, hawa kota menjadi lebih sejuk dan jernih, burung-burung beterbangan dengan meliuk-liuk puas, manusia bertetangga yang biasanya super sibuk biarpun sekedar menyapa mendapat ruang untuk saling menyapa melalui udara, para guru dan para murid tetap mengajar meski dari kamar tidur, bapak, ibu serta anak ada waktu untuk bersama, orang tua dapat belajar bersama anak, para pembantu dapat beristirahat karena majikan terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, bahan bakar mendapat penghematan pemakaian, para pelaku bisnis memunculkan inovasi-inovasi kreatif.
Tentang virus corona sendiri selalu ada duka dan juga ada sukanya. Semua tenaga medis bahu membahu melayani pengobatan pasien, ada yang meninggal tetapi banyak juga yang sembuh. Rasa solidaritas berkembang, sekat suku, budaya, bahasa, dan agama sedikit menipis terbungkus kemanusiaan dan rasa senasib.Â
Covid-19 akhirnya menjadi rahmat yang memanusiakan manusia, dan menghormati semua ciptaan yang lain. Vuirus corona tidak murni mala petaka, karena tetap ada sisi positif yang layak disyukuri.Â
Kita semua bersaudara biarpun kulitku hitam dan dia putih kekuning-kuningan, kamu menyembah pencipta dengan nyanyian sedang saya cukup diam termenung tetapi Dia tetap satu. Corona virus membuka mata batin kita untuk mengakui bahwa semua manusia bersadara.Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H