Mohon tunggu...
Rofingatun Nikmah
Rofingatun Nikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

Pilihlah apa yang membuat mu bahagia, setelahnya engkau akan ikhlas menjalaninya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Komunikasi Empati di Ranah Virtual pada Masa Pandemi Covid-19

10 Juli 2021   17:16 Diperbarui: 23 September 2021   10:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa pandemi Covid-19 menjadi tombak perubahan yang menuntut semua lapisan masyarakat tak terkecuali pemerintah untuk berfikir keras mengatasinya. Sistem yang ada harus dirombak untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi tiba-tiba ini. Tak kalah penting dari itu kekhawatiran, kecemasan dan rasa was-was yang terjadi di masyarakatpun harus segera diatasi. Agar keadaan tak bertambah kacau. 

Dalam mengatasi hal tersebut tentunya masing-masing individu tidak dapat berjalan sendiri karena kodrat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Untuk itu, saling gotong royong dan bahu membahu memberikan dukungan dan bantuan satu sama lain adalah salah satu langkah baik yang dapat dilakukan, baik dari pemerintah ke masyarakat ataupun dari masyarakat satu dengan yang lainnya. 

Selain itu juga, dalam hal bahu membahu satu sama lain komunikasi menjadi alat penting untuk penghubungnya, terutama komunikasi yang didasari empati. Ruang offline yang kini terbatas dan didominasi dengan ruang virtual menuntut hal itu. Karena berkomunikasi dalam ruang virtual tidak semuda di ruang nyata yang dapat memberikan pemahaman dan memahami dengan mudah. 

Perlunya effort yang lebih agar tidak terjadi bias makna. Komunikasi empati mengedepankan bagaimana diri kita seperti sedang mengalami yang dirasakan orang lain. Komunikasi empati memiliki usaha lebih untuk memperhatikan apa yang menjadi keluhan dan kesulitan orang lain. 

Komunikasi empati idealnya banyak mendengar, bukan komunikasi satu arah yang memaksa orang lain hanya mendengarkan dan menjalankan instruksi belaka. Seperti halnya pemerintah yang harus mendengarkan keluh kesah masyarakat, bukan hanya memerintah masyarakat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan yang ada. 

Namun, komunikasi empati dalam ruang virtual ini tidak mudah untuk dilaksankan karena kecenderungan alami dari kebanyakan orang yang dengan mudah menghakimi menilai, memuji atau membantah orang lain yang berbeda dengan dirinya dan lebih cocok dengan ide-idenya cocok dengan dirinya, Selain itu, setiap penyataan dan perilaku yang dilakukan selalu berlandaskan motif atau kepentingan pribadi dan kelompok. 

Contohnya saja ketika dengan pemerintah tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat, keadaan yang diharapan lebih baik malah sebaliknya. Hal ini membuat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lebih parahnya ada yang tidak melaksanakan kebijakan yang ada atau bisa dibilang apatis. 

Diperparah lagi dengan bermunculnya berita atau informasi bohong di ruang virtual seperti media massa dan media sosial yang memunculnya kepanikan di tengah masyarakat dan tak mampu dibendung. Media massa tak dapat meredam ketakutan dan media sosial terkadang memunculkan informasi yang didramatisasi dan berlebihan. Lalu bagaimana kita harus berperilaku terutama di ruang virtual ini agar komunikasi yang didasari empati ini dapat berjalan dengan baik? Untuk menciptakannya, tentunya dimulai dari masing-masing diri kita sendiri. 

Misalnya ketika ingin menyampaikan informasi seputar covid-19 tentunya kita harus crosscheck terlebih dahulu apakah informasi yang kita sampaikan itu valid dan layak untuk disampaikan. Ataukah memberikan dampak buruk kepada yang menerimanya, hal ini tentunya perlu diperhatikan apalagi dalam ranah virtual. Selain itu, kita juga harus memikirkan kebermanfaatan terhadap publik, ketika hal itu nantinya akan meimbulkan kepanikan di tengah masyarakat, alangkah baiknya cukup berakhir di tangan kita saja. Karena empati juga harus disesuaikan dengan kepentingan, kedudukan, dan siapa yang dijadikan sasaran penyebaran pesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun