Mohon tunggu...
Rofina Rofina
Rofina Rofina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Belajar dan Psikologi Belajar

27 Desember 2022   10:06 Diperbarui: 27 Desember 2022   10:15 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pengertian Psikologi Belajar

Sebelum mengambil kesimpulan tentang pengertian "Psikologi Belajar", ada baiknya dipelajari dari beberapa pengertian yang telah dirumuskan oleh para ahli tentang "Psikologi Pendidikan" sebagai berikut: (Mahfud, 1991: 12-15)

  • Lister D. Crow and Alice Crow, Ph. dalam bukunya "Educational Psychology" menyatakan bahwa psikologi pendidikan ialah Ilmu pengetahuan praktis yang berusaha untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.
  • W.S. Winkel dalam bukunya "Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar" menyatakan bahwa psikologi pendidikan adalah salah satu cabang dari psikologi praktis yang mempelajari prasarat-prasarat (fakta- fakta) bagi belajar di sekolah berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar. Dalam hal ini, kajian psikologi pendidikan sama dengan psikologi belajar.
  • James Draver, dalam "Kamus Psikologi". Psikologi Pendidikan (Educational Psychology); adalah cabang dari psikologi terapan (applied psychology) yang berkenaan dengan penerapan asas-asas dan penemuan psikologis problema pendidikan ke dalam bidang pendidikan.
  • H. Carl Witherington, dalam bukunya "Educational Psychology". Psikologi Pendidikan; adalah suatu studi tentang prosesproses yang terjadi dalam pendidikan.
  • Belajar dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas di sini dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotorik). (2002: 2)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari, menganalisis prinsip-prinsip perilaku manusia dalam proses belajar dan pembelajaran.

B. Manfaat Mempelajari Psikologi Belajar

Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat atau kegunaan mempelajari psikologi belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis. Kemudian Lindgren (1985) berpendapat bahwa manfaat mempelajari psikologi belajar ialah untuk membantu para guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai proses pembelajaran.

Secara umum manfaat dan kegunaan psikologi belajar menurut Muhibinsyah (2003: 18) bahwa psikologi belajar merupakan alat bantu yang penting bagi penyelenggara pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Psikologi belajar dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga profesional kependidikan lainnya dalam mengelola proses pembelajaran. Sedangkan proses pembelajaran tersebut adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan. Manfaat dan kegunaan psikologi belajar juga membantu untuk memahami karakteristik murid apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat belajar, dengan mengetahui karakteristik ini diharapkan guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran secara optimal. 

Adapun manfaat psikologi belajar (1991: 15) sebagai berikut:

  • Meletakkan tujuan belajar
  • Mengatur kondisi-kondisi belajar yang efektif
  • Mencegah terjadi dan berkembangnya gangguan-gangguan mental dan emosi
  • Mempertahankan adanya kesehatan jiwa yang baik
  • Mengusahakan berkembangnya daya mampu dan daya guna dari kondisi jiwa sehat yang ada
  • Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar
  • Membantu setiap siswa/siswi dalam mengatasi masalah- masalah pribadi yang dihadapi
  • Mengenal dan memahami setiap siswa/siswi baik secara individual maupun secara kelompok.

C. Definisi Belajar

Belajar menjadi suatu hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari, bahkan belajar dapat terjadi dimana pun dan kapan pun, tetapi masih saja ada orang yang menyalah artikan belajar sebagai suatu kegiatan yang bersifat umum semisal anak yang disuruh ibunya untuk belajar. Tentunya pemahaman tersebut merupakan pemahaman yang kurang tepat. Belajar bukan sekedar aktivitas memerintahkan seorang anak untuk belajar untuk belajar. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belajar memiliki tujuan untuk membentuk pribadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tentu akan muncul benyak pertanyaan bila kita tidak memahami makna belajar secara mendalam. Pada dasarnya belajar memiliki makna yang sangat spesifik. Belajar menurut beberapa ahli yaitu

  • Daryanto (2009:2) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungnnya.
  • Suyono & Hariyanto (2014: 9) belajar merujuk kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya.
  • M. Ngalim Purwanto (2014: 85) belajar merupakan suatu perubahan yang bersifat internal dan relatif mantap dalam tingkah laku melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
  • Sanjaya Wina (2008: 229) belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor
  • Winaputra, dkk (2007: 19) belajar adalah perubahan perilaku pada individu sebagai buah dari pengalaman atau interasi 3 fisik yang mana akan menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

D. Jenis Jenis Belajar

Belajar sebagai suatu hal yang mendasar dalam pengajaran tentunya perlu perhatian khusus untuk menciptakan belajar yang baik dan efektif di antaranya yaitu dengan menerapkan teori belajar yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan. Gagne dalam Uno Hamzah. B (2007: 8-9), Eveline Siregar & Hartini Nara (2014: 7) mengemukakan jenis belajar kedalam delapan kategori yaitu:

  • Belajar isyarat: belajar dengan memperhatikan respon terhadap isyarat yang muncul. Mengacungkan jari ke mulut sebagai tanda untuk diam,
  • Belajar stimulus respon: belajar dengan memperhatikan antara rangsangan dengan tanggapan misal mendengarkan musik sambil mangut manggut,
  • Belajar rangkaian: belajar yang menekankan kepada suatu rangkaian kegiatan menjadi satu kesatuan yang utuh misal urutan orang wudlu,
  • Belajar asosiasi verbal: belajar yang berhubungan dalam bentuk verbal (bahasa) pujian misal senyumnya semanis madu,
  • Belajar membedakan (diskriminasi): belajar dengan melihat perbedaan dan persamaan suatu benda dengan lainnya,
  • Belajar konsep: belajar yang terkait dengan pemahaman dan penggunaan konsep,
  • Belajar aturan: belajar yang menekankan kepada kaidah dan hukum ilmiah yang berlaku,
  • Belajar pemecahan masalah: belajar yang menekankan pada individu dihadapkan pada masalah masalah yang harus diselesaikan

E. Teori Teori Belajar

  • Teori Behaviorisme

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran be havioristik yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Ciri dari teori behaviorisme adalah mengutamakan unsurunsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

  • Teori Humanistik

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku balajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatannya. Teori humanistik sangat mementingkan yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

Teori belajar humanistik menekankan pada pembentukan kepribadian, perubahan sikap, menganalisis fenomena sosial, dan hati nurani yang diterapkan melalui materi-materi pelajaran. Dalam teori ini Guru Pintar sangat berperan sebagai fasilitator untuk siswa. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori humanistik dalam proses belajar mengajar: 

1) Guru Pintar harus berusaha untuk menyusun dan mempersiapkan materimateri pembelajaran lebih banyak agar tujuan belajar mengajar tercapai. 

2) Guru Pintar harus berusaha tenang ketika mendengar ungkapanungkapan dari siswa yang memberitahukan bahwa ada perasaan yang kuat dan dalam saat belajar mengajar. 

3) Guru Pintar adalah fasilitator. Guru Pintar harus memberikan perhatian kepada siswa dan menciptakan suasana kelas kondusif. 

4) Guru Pintar harus dapat mengenali dan menerima kelemahan-kelemahan pada dirinya supaya saat mengajar akan lebih tenang. 

5) Guru Pintar harus mengetahui keinginan dari setiap siswa karena keinginan-keinginan yang ada pada setiap siswa dapat menambah kekuatan dan mendorong semangat belajar.

  • Teori Belajar Konstrustivisme

Kontruktivisme berasal dari kata kontruksi yang berarti "membangun". Ketika masuk ke dalam kontek filsafat pendidikan maka kontruksi itu diartikan dengan upaya dalam membangun susunan kehidupan yang berbudaya maju. Teori kontruktivisme mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang benar-benar aktif, dimana peserta didik membangun sendiri pengetahuannya, mencari makna sendiri, mencari tahu tentang yang dipelajarinya dan menyimpulkan konsep dan ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam dirinya. Adapun yang menjadi tokoh-tokoh dari teori Konstruktivesme adalah Driver dan Bell, J. Piaget, Vigotsky, Tasker, Wheatley dan Hanbury.

Teori belajar konstruktivisme juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme. 

a. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme 

1. Dalam proses belajar mengajar, Guru Pintar dapat mengajarkan kepada siswa untuk mengeluarkan ide atau gagasannya dan juga melatih siswa supaya bisa mengambil keputusan. 

2. Siswa dapat mengingat pelajaran yang sudah diajarkan karena mengikuti proses belajar mengajar secara langsung dan aktif.

3. Pelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang akan membuat siswa lebih mudah dalam berinteraksi dan memahami pelajarannya. 

4. Ketika proses belajar mengajar, siswa akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya dan mendapatkan pengetahuan baru. Misalnya berinteraksi dengan teman-temannya dan guru. 

5. Pengetahuan yang diterima siswa lebih mudah diterapkan dalam kehidupannya. 

b. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme 

1. Teori ini memiliki ruang lingkupnya lebih luas sehingga terkadang susah dimengerti. 

2. Tugas guru menjadi kurang maksimal karena siswa diberi kebebasan lebih banyak.

  • Teori belajar kognitif

 Teori belajar kognitif dikembangkan oleh seorang psikolog asal Swiss bernama Jean Piaget. Teori kognitif membahas tentang manusia membangun kemampuan kognitifnya dengan motivasi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap lingkungannya. Inti dari konsep teori kognitif ini adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya schemata (skema atau rencana manusia dalam mempersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan manusia atau saat seseorang mendapatkan cara baru dalam memaknai informasi secara mental. Jika merujuk pada teori belajar kognitif, belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses perubahan persepsi dan pemahaman. Dengan kata lain, belajar tidak harus berbicara tentang perubahan tingkah laku atau sikap yang bisa diamati oleh guru. 

Hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori kognitif dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 

1. Materi pembelajaran harus disusun dengan pola atau logika sederhana dan kompleks. 

2. Guru harus memberikan pengarahan sesuai dengan usia siswa karena mereka bukanlah orang dewasa yang sudah mengerti dan mudah dalam berpikir. 

3. Proses belajar mengajar harus bermakna. 

4. Guru harus mengamati perbedaan yang ada pada setiap siswa supaya siswa dapat berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, karena individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut akan mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Teori kognitif memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya adalah memudahkan siswa memahami materi belajar dan membuat siswa dapat menjadi lebih mandiri dan kreatif. Sedangkan kekurangannya adalah teori ini belum bisa diterapkan pada semua tingkat pendidikan. Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut: 

1) sensori motor (0;0-2;0 tahun) 

2) pra-operasional (2;0-7;0 tahun) 

3) operasional konkret (7;0-11;0 tahun) 

4) operasi formal (11;0-keatas)

F. Unsur Unsur BelajarU

Belajar merupakan suatu kegiatan yang terencana dan terstruktur, jadi tentunya belajar memiliki beberapa unsur sebagai dasar belajar. Berbagai teori belajar mempunyai pandangan tersendiri mengenai unsur unsur dalam belajar. Cronbach sebagai salah satu penganut aliran behaviorisme (1954) dalam Sukmadinata (2004: 157) dengan sedikit perubahan ada tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi:

1. Tujuan. Belajar tercipta dan terlaksana karena ada suatu tujuan yang ingin dicapai dari hasil proses belajar yang terlaksana. Tanpa suatu tujuan maka belajar pun tidak dapat  terukur dan tidak mengetahui apa ayang diharapkan dari belajar tersebut. Tujuan tercipta karena adanya kebutuhan dalam diri masing masing pesertaa didik selaku pembelajar. 

2. Kesiapan. Belajar dapat terlaksana dengan efektif bila peserta didik memang memiliki kesiapan dalam belajar sehingga terwujud belajar yang eefktif. Kesiapan dalam belajar mencakup kesiapan fisik dan kesiapan psikis 

3. Situasi. Situasi dalam belajar dimaksudkan mencakup tempat, lingkungan, alat, dan bahan belajar, guru, kepsek, pegawai administrasi dan segenap peserta didik selaku pelajar. 

4. Interpretasi. Peserta didik melakukan intepretasi (melihat hubungan antar situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut, dan menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan). 

5. Respon. Dari hasil intepretasi yang dilakukan maka peserta didik dapat menentukan respon yang sesuai dengan apa yang dialaminya dalam kegiatan pembelajaran. 

6. Konsekuensi. Pendekatan behavior memandang bahwa konsekuensi tercipta karena adanya stimulus dan respon. Konsekuensi ini dalam bentuk hasil dan hasil dapat memiliki makna yang positif dan makna negatif tergantung dari respon yang dimunculkan oleh peserta didik selaku pembelajar. 

7. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan yang muncul bagi seseorang mempunyai dua makna yang berlainan, ketika seseorang tersebut memang memiliki keyakinan yang kuat maka kegagalan akan digunakan sebagai pendorong untuk bisa lebih baik lagi, berbeda dengan sseorang yang memang memiliki keyakinan yang rendah. Bila menjumpai kegagalan maka akan memicu motivasi yang semakin menurun dan minat belajar tentunya juga semakin menurun.

Unsur utama yang harus ada dalam belajar terdiri atas beberapa unsur yang penting yaitu: 

1. Adanya perencanaan yang dipersiapkan, dan termasuk di dalamnya yaitu menentukan tujuan belajar. Tujuan belajar menunjukan bahwa belajar tersebut terarah dan mempunyai makna yang mendalam bagi pembelajar. Selain tujuan ada juga kesiapan, situasi, interpretasi. 

2. Adanya proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang. Setelah perencanaan terlaksana dengan baik tentunya proses belajar pun dapat terlaksana dengan baik yaitu pembelajar mengembangkan pemikiran dan menemukan pemahaman baru dari apa yang di pelajari. 

3. Adanya hasil belajar sebagai konsekusi dari terlaksananya proses belajar dalam diri seseorang. Hasil belajar memicu konsekuensi yang akan muncul dari hasil belajar yang dilaksanakan, dan dari konsekuensi tersebut akan memicu reaksi terhadap hasil belajar yang telah terjadi. Reaksi tersebut dalam bentuk semakin termotivasi dan yakin ataukah semakin menurun minat belajarnya karena hasilnya tidak sesuai harapan.  


DAFTAR PUSTAKA

Ariani Hrp, Nurlina ., dkk. (2022). Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran. Rantauprapat: Widina Bhakti Persada Bandung

Djamaluddin, Ahdar dan Wardana. (2019). Belajar dan Pembelajara (4 Pilar Peningkatan Kompetensi Pedagogis). Sulawesi Selatan: CV Kaaffah Learning Center

Nurjan, Syarifan.(2016). Psikologi Belajar. Ponorogo: CV. Wade Group 

Setiawan, M. Andi. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Palangkaraya: Uwais Inspirasi Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun