Wonogiri (30/7). Mahasiswa Tim II KKN Universitas Diponegoro 2022/2023 melakukan rangkaian kegiatan penyuluhan dan pelatihan budidaya maggot bertajuk "Diversifikasi Pertanian dengan Usaha Maggot untuk Meningkatkan Pendapatan Desa melalui Mitra dan Pemasaran Digital".
Maggot atau belatung yang merupakan larva dari lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) seringkali dianggap menjijikan dan kurang memiliki nilai guna di mata masyarakat. Siapa sangka, dibalik itu semua, maggot memiliki segudang manfaat yang dapat menunjang bidang pertanian dan peternakan. Proses biokonversi maggot dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik. Selain itu, larva maggot juga dijadikan pupuk organik dan sebagai alternatif makanan untuk hewan ternak seperti ikan dan unggas.
Melihat hal tersebut, maggot diharapkan mampu menghadirkan inovasi baru bagi Desa Trukan. "Diversifikasi Pertanian dengan Usaha Maggot untuk Meningkatkan Pendapatan Desa melalui Mitra dan Pemasaran Digital" merupakan bentuk dari diversifikasi pertanian yang memperkenalkan cara budidaya maggot kepada masyarakat Desa Trukan. Hal ini dilatarbelakangi oleh masyarakat yang bergantung pada hasil pertaniannya seperti padi dan jagung, padahal tanaman tersebut bersifat mudah rusak (perishable) tergantung bagaimana situasi yang ada di lapangan seperti faktor iklim, hama, dan lain-lain. Oleh karena itu, budidaya maggot dapat dijadikan alternatif karena pemeliharaannya yang terbilang mudah dan murah. Cakupan pasar yang dimiliki maggot juga terbilang dapat menjanjikan.
Kegiatan ini merupakan program kerja multidisiplin yang diselenggarakan dengan menghadirkan tim ahli dalam bidang Maggot yaitu Omah Limbah. Tim tersebut merupakan kelompok peduli lingkungan yang mengelola sampah desa, maggot BSF, dan melakukan reset pakan maggot BSF. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Trukan pada tanggal 30 Juli 2023 pukul 13.00 sampai 16.00 WIB. Sekitar 25 petani muda Desa Trukan, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri ikut memeriahkan kegiatan tersebut.
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan ini dibagi menjadi beberapa sesi, diantaranya penyampaian materi "Tinjauan Hukum mengenai pengolahan Sampah Organik " oleh Clarrisa Eka Putri, penyampaian materi maggot oleh Edy Nugroho selaku pendiri Omah Limbah, dan ishoma. Acara dilanjutkan dengan sesi inti yaitu pelatihan budidaya maggot kepada peserta. Antusias peserta semakin terlihat jelas ketika menjalani sesi ini. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari mereka, hal itu merupakan tanda rasa penasaran dan ketertarikan yang tinggi. Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi "Usaha Maggot untuk Meningkatkan Pendapatan Desa melalui Pemasaran" oleh Fauzan Airlangga dan Phiera Aura Kartika Dunya. Acara ditutup dengan sesi dokumentasi dan serah terima alat serta bahan budidaya maggot kepada Ricky, salah satu masyarakat Desa Trukan.
"Menurut saya budidaya maggot menjadi peluang bisnis yang menjanjikan karena permintaan ternak yang terus meningkat serta potensinya dalam mengurangi limbah organik. Dengan dukungan dan regulasi yang tepat, budidaya maggot dapat menjadi industri yang menarik dan berkelanjutan bagi masyarakat," ujar Clarrisa Eka Putri, Mahasiswa Hukum Universitas Diponegoro. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inovasi baru dalam usaha peningkatan pendapatan masyarakat Desa Trukan, Dengan edukasi yang tepat, semakin banyak orang yang banyak melihat manfaat dari budidaya maggot dalam mendukung keberlanjutan dan diversifikasi sumber penghasilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H