Mohon tunggu...
Rofik Udin
Rofik Udin Mohon Tunggu... -

rofik udin, mahasiswa ilmu komunikasi universitas islam negri sunan kalijaga angkatan 2011/2012

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Mahasiswa dan Kos

23 September 2012   08:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:52 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila seorang hendak merantau entah itu keluar negeri ataupun dalam ranah domestikmisalnya keluar pulau atau keluar kota dalam jangka waktu yang tidak sebentar, maka ditempat ia merantaupasti membutuhkan sebuah tempat untuk ia tinggal. Seperti para pencari ilmu diperguruan tinggi misalnya. Kebanyakan dari mereka memilih kos-kosan untuk tempat mereka tinggal selama diperantauan. Memang ada sebagain mahasiswa yang memilih ngontrak rumah, ada yang memilih untuk tinggal dipondok pesantren, dan ada juga yang tinggal dirumah saudara bagi mereka yang mempunyai saudara yang tinggal di tempat ia merantau . namun dengan beberapa alasan seperti fasilitas, privasi, dan terlepas dari aturanyang mengikat (seperti yang ada di pondokpesantren misalanya),kos-kosan masih menjadi favorit untuk tinggal bagi kebanyakan mahasiswa lainya.

seiring dengan perkembangan jaman , setiap individu dituntut untuk semakin memperkaya wawasan, skill dan pengalaman agar siap fight didunia kerja. salah satunya adalah dengan kuliah di Perguruan Tinggi, baik Perguruan Tinggi negeri maupun swasta. Hal ini yang membuat hampir semua orang berbondong-bondong untuk pergi menimba ilmu meskipun harus merantau keluar kota, bahkan ada yang sampai belajar keluar negeri.Melihat antusiasme para generasi muda kita untuk menuntut ilmu, membawa harapan besar bagi bangsa Indonesia agar kelak dipundak mereka bangsa Indonesia menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera.

Namun ada saja kendala yang harus dihadapi para ‘pejuang’ kita ini. Seperti yang terjadi diyogyakarta misalnya. Perbedaan banyaknya jumlah mahasisswa yang lulus dan mahasiswa yang masuk Perguruan Tinggimembuat mereka harus bertindak gesit untuk mencari tempat berteduh . Dalam kasus ini berlaku hukum tidak tertulis “siapa cepat dia dapat”. Beruntung bagi mereka yang sudah mendapat tempat tinggal, namun malang nasib mereka ketika kegiatan perkuliahan sudah aktiv namun belum juga mendapat tempat tinggal.

Seperti yang dialami oleh Dwy Prayoga salah satu mahasiswa di Perguruan Tinggi Yogyakarta yang berasal dari Pekalongan. Sudah seminggu perkuliahan aktif namun sampai saat ini belum mendapat kos-kosan. Selama ini dia tinggal terus berpindah-pindah dari kos-kosan milik teman-temanya. Bahkan dihari pertama sampai di Yogyakarta, ketika ia lelah setelah menempuh perjalanan jauh dan membutuhkan tempat untuk Istirahat, ia memilih untuk beristirahat dan tidur dimasjid.

Tidak jauh berbeda dengan yang dialami Fahmi Nur fadilah. Ia bercerita bahwa susah nyari kos-kosan di Jogja. Sudah hamper tiga jam muter-muter mencari kos-kosan namun setiap kos-kosan yang ia datangi selalu penuh.

Yang dialami Zaenal mungkin sedikit berbeda.kos-kosan yang biasanya satu kamar dihuni oleh satu orang, Kurang lebih sudah hampir satu tahun ia Tinggal(bukan menumpang) berdua dengan temanya Majid didalam satu kosan. Ia bercerita , Bahwa ia kesulitan mencari kos yang dekat dengan kampus tempat ia menimba Ilmu. Namun ketika ia berusaha mencari kos yang jauh dari kampus pun tidak juga menemukan. Beruntung ia mempunyai teman yang bersedia untuk berbagi kamar meskipun tidak begitu luas. “saya sudah mengenal Majid sewaktu SMP. Selain sudah akrab dari dulu, saya membantu Rmeringankan besar biaya bulanan kos jika saya tinggal disini.DisiniPerbulanya Rp.150.000,- dan untuk yang Tinggal dua orang dalam satu kamar biayanya hanya Rp.250.000,-. Jadi saya hanya membayar Rp.125.000,-/ bulan. Lumayan lah yang Rp.25.000,- bisa buat beli rokok “. Bagitu kata zaenal.

Mungkin tidak mudah untuk mencari tempat tinggal diperantauan. Namun dapat diambil hikmah dari fenomena ini. Salah satunya adalah menumbuhkan solidaritas pertemanan dan menyadarkan masyarakat khususnya bagi para pemuda bahwa mempunyai banyak teman itu merupakan hal yang penting. Seperti yang di katakan Rizal Mahasiswa dari Wonosobo,bahwa ia sudah satu tahun kuliah di Yogyakarta dan selama itusudah tiga kali pindah kos. Ia mengaku tidak begitu mengalami kesulitan untuk mencari kos-kosan baru. “ banyak teman saya yang tersebar di Jogja,dan kebanyakan dari mereka juga anak kos seperti saya.Jadi ketika saya mau Pindah kos, saya tinggal Kirim SMS ke semua teman-teman saya ,kemudiansaya Tanyai ada kos-kosan yang kamarnya masih kosong atau tidak. Kalau masih tidak ada, saya minta keteman-teman saya untuk menanyakan keteman-teman mereka apakah ada yang kosong atau tidak. “kata Rizal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun