Ya Kelesss, bingittsss, a to the lay, kepo deh, muucih , cabe-cabean dll.
Entahlah darimana bahasa tersebut muncul, siapa pengarangnya pun saya rasa tak ada yang tahu. Mungkin istilah-istilah tersebut muncul dan mewabah di sebagian besar masyarakat Indonesia karena penggunaannya yang sering di acara-acara prime time di televisi.
Namun saya rasa tak semua orang telah mengerti maksud-maksud yang sebenarnya dari istilah-istilah bahasa tersebut. Bahkan mungkin di hati mereka bertanya-tanya “ini bahasa planet mana sih?”, “EYD versi barukah?” “kenpa bahasa yang pendek justru di bikin panjang dengan penambahan kata to the di setiap suku katanya? Bukannya malah bikin lebih lama penyampaiannya?” Bikin komunikan semakin lama nunggu.
Sebenarnya tulisan ini berawal karena ketidaksengajaan saya membaca suatu tulisan lucu yang terdapat di salah satu fanspage produk makanan sewaktu saya membuka Facebook. Ya, tulisan tersebut membahas dan mendefinisikan tentang salah satu bahasa sekaligus menjadi suatu lagu yang mulai nge-trend di kalangan masyarakat umum yaitu “cabe-cabean”.
Kita tinggalkan sejenak tentang salah satu bahasa alay di jaman sekarang tersebut, karena saya tidak hanya akan membahas satu istilah tersebut.
Jika kita melihat di blog-blog internet , sudah banyak blogger yang mendefinisikan arti dari satu per satu bahasa alay tersebut. Ya mungkin saja hal tersebut dilakukan oleh para blogger untuk menolong kaum-kaum yang belum mengerti arti istilah-istilah alay tersebut agar mereka tetap bisa melakukan komunikasi secara efektif dengan para alayers. Secara, manusia kan makhluk sosial, jadi gak mungkin kan kalo kita hanya melakukan komunikasi dengan orang itu-itu saja. Pastilah suatu saat kita melakukan komunikasi dengan orang lain yang gak itu-itu saja termasuk para alayers.
Sebenarnya apa sih penyebab seseorang menggunakan bahasa-bahasa tersebut? Menurut saya, ada beberapa alasan mengapa seseorang sering atau bahkan selalu menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam kehidupannya.
1.Gaya – gayaan
Saya rasa ini alasan utama mengapa seseorang sering menggunakan istilah bahasa alay dalam kehidupannya. Gaya-gayaan disini artinya seseorang menggunakan istilah bahasa tersebut hanya sekedar untuk dipandang “wah”, agar terlihat “gahol” (gaul :D), serta nunjukin kalau dia gak kuper dan gak ketinggalan zaman mengenai perkembangan bahasa. Padahal, tak jarang orang lain yang melihatnya tak menganggap demikian, bahkan seringkali orang lain yang melihatnya malah menganggap hal tersebut sebagai hal yang gak perlu ataupun gak penting.
2.Pertimbangan Sosial
Pada dasarnya, seseorang takut dikucilkan dari lingkungan sosialnya, pertimbangan sosial inilah yang memunculkan situasi individu dalam kondisi rawan. Akibat pertimbangan ini jugalah seseorang cenderung untuk mengikuti suara/ tingkah laku dominan yang berada dilingkungannya.
3.Lingkungan Sosial
Selain kedua alasan diatas, hal lain yang mungkin menjadi penyebab seseorang sering menggunakan istilah bahasa alay adalah lingkungan sosialnya. Seperti yang kita ketahui jika orang mudah untuk melakukan tindakan “meniru”, apalagi jika usia orang tersebut masih dalam rentang usia anak baru gede (ABG).
Mungkin ketiga alasan tersebut yang membuat seseorang sering menggunakan istilah bahasa alay di kehidupannya. Ya meski tak saya pungkiri juga jika saya pun terkadang, untuk sekali dua kali juga menggunakan istilah-istilah tersebut, namun tujuannya hanya untuk bercanda saja dengan teman-teman, untuk membuat situasi menjadi santai dan lebih akrab saja.
Emmbt, walau bagaimanapun tak ada yang salah juga dengan keberadaan bahasa alay , selama penggunaannyya masih dalam porsinya. :D
Bagaimana dengan anda? Masuk dalam kategori yang bagaimanakah? Terjangkit virus alay ini seberapa parahkah? Semoga masih dalam kategori wajar J.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H