Mohon tunggu...
Rofida Lathifah
Rofida Lathifah Mohon Tunggu... -

Muslimah\r\nWife of Makhyan JIbril Al Farabi\r\nMedical Doctor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MOS di Man Insan Cendekia Serpong: Beda!

18 Juli 2014   12:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:00 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini merupakan amanah dari Abah saya, setelah sebelumnya kawan beliau ada yang curhat terkait pelaksanaan MOS tahun ini yang dialami oleh putra beliau yang baru saja masuk SMA. Mungkin hal ini berlangsung sudah sejak lama. Adanya tulisan ini semoga menjadi inspirasi agar berita tentang MOS tidak melulu begitu-begitu saja. Kurang dan lebihnya, semoga rekan saya sesama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong bisa menambahi.

Berikut catatan kawan Abah saya tentang MOS :

1. Tujuan utama MOS adalah baik. Sebagaimana kepanjangan dari MOS, Masa Orientasi Siswa adalah waktu pengenalan siswa terhadap sekolah sehingga begitu masuk, siswa sudah siap belajar.

2. Tetapi sebagian aktifitas yang dikerjakan di MOS tidak ada hubungannya dengan tujuan tersebut.

3. Seperti tahun-tahun sebelumnya, MOS masih saja meminta siswa baru untuk membeli atau membuat barang-barang yang remeh, sepele, namun menyulitkan yang paling tidak setiap hari ada 18-20 item yang mustahil diselesaikan dalam waktu sore hingga malam hari. Hal ini akan menyulitkan bagi siswa yang tidak mampu, juga siswa yang tinggal diluar kota karena tidak ada yang membantu. Perintah kadang asal keluar dari seniornya saja.

4. Orang tua siswa tidak mendapat jadwal kegiatan MOS. Sehingga tidak tahu materi apa yang diberikan juga tidak jelas pukul berapa akan selesai.

5. Apakah guru mengetahui/mengontrol kegiatan yang dikelola OSIS tersebut?

6. Setiap tahun terjadi korban kekerasan fisik akibat tindakan MOS. Kekerasan yang terjadi tidak melibatkan guru secara langsung. Pelakunya adalah senior terhadap junior. Yang sangat disayangkan, seringkali kekerasan itu terjadi saat junior melanggar aturan yang sepele, bukan masalah yang prinsip apalagi moral, hukum, ideologis.

7. Pola MOS tidak berubah sejak beliau menjadi siswa hingga saat ini anak beliau yang menjadi siswa. Kapan kita akan berubah? Pemandangan yang sama, beraksesoris rafia, kardus, dibentak, dibully, dihina, dll.

8. Padahal banyak kegiatan bermanfaat seperti mengenal kurikulum, teknik belajar, kiat suskes belajar, pengenalan ekskul, mengenal tiap guru dan karyawan, penmas, kebersihan lingkungan, kegiatan outdoor sosial, dll.

Dan berikut adalah MOS yang saya jalani ketika menjadi siswa baru MAN Insan Cendekia Serpong tahun ajaran 2005/2006. Sebelumnya saya perkenalkan dulu, MAN Insan Cendekia Serpong adalah sekolah negeri berasrama, yang satu angkatan hanya menerima 120 siswa. Masa orientasi kami selama tujuh hari. Tujuh hari yang berat memang, apalagi untuk yang belum pernah jauh dari orang tua. Namun kami berhasil melaluinya. Sedikit banyak, MOS itu jugalah yang mempengaruhi pola hidup kami saat ini.

1. Saya merasakan bagaimana benar-benar mengenal sekolah saya saat MOS. Kakak kelas dan guru yang begitu care dan baik hati (kecuali tim tata tertib saat itu, namun saya yakin sekali niat mereka juga baik).

2. Aktifitas MOS kami terstruktur, terencana, ada target, pun di akhir MOS kami telah mengenal sekolah dengan baik.

3. Barang yang harus kami bawa tertulis jelas di lembar barang bawaan yang harus dibawa saat akan masuk asrama. Bila ada alat yang diperlukan saat MOS, panitialah yang akan menyediakannya.

4. Kami diberi buku MOS yang tertulis jelas jadwal kami setiap harinya. Kapan kami materi, istirahat, makan siang, sholat, dll. Saya masih ingat sekali. Saking pengennya hari berlalu cepat, saat satu kegiatan terlampaui, langsung saya tandai dengan stabilo. Hehehehe. Memang kadang ada kegiatan diluar jadwal seperti saat di asrama ada “penggemblengan” dari kakak kelas, namun semua itu atas sepengetahuan pembina asrama. Terjadwal pula saat apel, yaitu kapan kami harus bertemu dengan tim tata tertib setiap harinya untuk “diarahkan ke jalan yang benar”. Jadwal kami setiap harinya adalah :

Bangun pagi

Sholat Subuh (semua sholat lima waktu harus berjamaah di masjid)

Apel pagi

Olahraga

Sarapan

Apel lagi

Materi

Sholat Dzuhur

Apel siang

Materi

Sholat Ashar

Materi

Apel sore

Sholat Maghrib

Makan malam

Sholat Isya

Kegiatan malam

Apel malam

Istirahat

5. Guru terlibat langsung dalam MOS sebagai pengawas serta pengisi materi. Jauh sebelum MOS berlangsung, panitia sudah dibentuk dan seksi acara sudah menggodok jadwal MOS dan berkonsultasi dengan guru sehingga nantinya bisa diberikan ke siswa baru.

6. Apakah kami tidak pernah dihukum? Seringgg sekaliiiiii. Hehehe. Lalu, kenapa kami dihukum? Berikut pelanggarannya :

Tidak mematikan lampu kamar saat meninggalkan kamar

Tidak mematikan kran air

Kamar tidak rapi

Baju tidak menutup pantat untuk yang putri

Rambut terlihat dibalik jilbab, jadi harus menggunakan peniti

Sepatu tidak berwarna hitam polos

Tidur saat materi

Makan/minum sambil berdiri

Makan/minum menggunakan tangan kiri

Makan/minum tidak dihabiskan

Bersentuhan dengan lawan jenis

Tidak mengucapkan salam saat bertemu orang lain

Ada lagi yang mau menambahkan? Hehe. Hukuman yang kami terima bila melanggar hal-hal diatas diantaranya adalah : dalam nametag yang kami pakai, ada kolom prestasi dan pelanggaran. Pelanggaran akan ditulis di kolom tersebut. Atau, wajah kami akan semakin menarik dengan ditempeli “tompel hitam” dari lakban yang sudah dipotong-potong, tompel tidak boleh dilepas sampai MOS berakhir. Atau, bersepatu berbungkus kresek hitam, selama sepatu kami masih belum hitam polos akan selalu seperti itu. Atau dihukum jalan jongkok keliling lapangan sambil minta maaf kepada Pak Tani karena makanan tidak dihabiskan. Tentu, selama apel kami akan dimarahi habis-habisan bila masih ada yang melakukan pelanggaran. Awalnya kami diberi kesempatan untuk mengaku. Bila tidak ada, baru disebutkan namanya untuk dipanggil ke depan barisan. Namun kami sadar, kami memang salah. Mungkin terasa sepele, tapi itu hal prinsip dan penting untuk kehidupan sehari-hari. Dan untuk masalah kedisplinan serta hal yang prinsip, agaknya memang kami perlu dikerasi agar kami yang terbiasa manja ini bisa mandiri dan sadar diri.

7. Tugas kami selama MOS sejauh ingatan saya : menghafal nama seluruh teman seangkatan secara bertahap jumlahnya dari hari pertama sampai hari terakhir. Siapa yang hafal akan ditulis di kolom prestasi. Dan saya ingat sekali, teman saya Affan Abdul Ghaffur dengan brilliannya bisa menghafal seluruh nama siswa putra seangkatan hanya dalam waktu 2 atau 3 hari (mohon koreksinya hehe). Menghafal lagu yang diberikan kakak acara, bila hafal ditulis di kolom prestasi. Menghafal nama kakak kelas panitia MOS dan meminta tanda tangannya. Mengenal kakak kelas non panitia MOS dan meminta tanda tangannya. Mengenal nama-nama guru serta karyawan juga meminta tanda tangannya. Hasilnya? hafal nama hampir seluruh penghuni sekolah sekaligus nama lengkapnya. Hehehe. Tugas yang diberikan saat meminta tanda tangan pun tidak aneh-aneh. Yang paling sering, diminta bernyanyi baik sendirian atau berkelompok, diminta menghafal surat atau doa, diminta kenalan dengan kakak kelas yang lain.

8. Materi yang diberikan selama MOS sangat beragam, mulai dari mengenal sekolah, mengenal kurikulum, mengenal bimbingan karir saat nanti akan lulus, sharing dengan alumni tentang kiat sukses belajar, tentang ekstrakurikuler, dll.

Sedikit banyak, MOS itu jugalah yang mempengaruhi pola hidup kami saat ini. Begitulah tadi yang saya katakan. Saya masih ingat bagaimana teman kamar saya selalu mengingatkan saat saya lupa mematikan lampu kamar mandi setelah menggunakannya (Hai Nadine :p), bagaimana rekan saya bercerita bahwa dia diingatkan oleh temannya saat minum sambil berdiri. Sejak saat itu juga saya belajar untuk selalu meghabiskan makanan yang porsinya saya ambil sendiri. Alhamdulillah, berkat MOS juga saya berhasil menemukan style belajar yang cocok untuk saya.

Oh iya satu lagi. Kejujuran. Itu yang amat ditekankan di sekolah kami. Utamanya kejujuran dalam hal akademik. Rekamlah video saat kami ujian, tanpa ditunggui oleh guru. Tiga puluh menit pertama khusyu’, lima belas menit kemudian mulai gelisah, lima belas menit terakhir tertawa-tawa (karena udah mentok nggak bisa ngerjakan lagi). Tidak ada niatan mencontek sama sekali. Kalaupun hasilnya keluar, seperti Bahasa Arab yang memperoleh nilai 10 dari maksimal 100, itu adalah hasil jerih payah kami sendiri. Kalau ada yang mencontek, hukumannya adalah berkeliling dari kelas ke kelas, mengumumkan di depan kelas bahwa dia telah mencontek dan berjanji tidak mengulangi lagi. Rasa malu itu akan membuat jera luar biasa. Karena itu pula, saya sangat bangga sekali dengan Kepala Sekolah saat itu, Bapak Kastolan, yang saat wisuda kami menyampaikan bahwa hasil UN kami tidaklah penting masuk 10 besar Nasional. Karena itu bukan yang utama. Yang utama adalah nilai yang kami peroleh adalah hasil usaha kami, jerih payah kami, dimana di tempat lain kecurangan UN merajalela sampai di pelosok negeri.

Dengan MOS kami yang seperti ini, masih ada juga yang tidak betah dan akhirnya pindah sekolah. Rasa-rasanya yang pindah sekolah bukan karena MOS nya terlalu berat, tapi karena memang dia tidak bisa jauh dari orang tua, tanpa fasilitas yang lengkap.

Nah, ini MOS-ku. Gimana MOS-mu? Terutama yang dari sekolah non-asrama. Yang “beda” dengan MOS kebanyakan.

Bojonegoro, 17 Juli 2014. 22.43

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun