Apa yang ada dipikiran anda ketika mendengar seorang teman kecopetan? Mungkin hanya "ya ampun. Kok bisa? Sabar ya.." Kemudian berjanji pada diri sendiri untuk berhati-hati. Namun akan berbeda ceritanya ketika anda sendiri yang mengalaminya.
Tanpa firasat
Hari ini berjalan seperti biasanya. Setelah kemarin hp saya rusak total dan tidak bisa menyala lagi, saya sempat depresi. Namun karena kebutuhan, akhirnya saya membeli hp tipe yang sama dengan bantuan dari ibu saya. Berdoa semoga tidak rusak dan berusaha menjaga dengan lebih berhati-hati.
Siang hari saya pergi ke Hi Tech Mall bersama dua orang kawan untuk mencari hardisk. Hari ini Hari Sabtu. Hari yang sangat ramai untuk sebuah pusat perbelanjaan. Kami berkeliling dari satu toko ke toko yang lain, berusaha mencari harga termurah dengan kualitas paling bagus. Maklum masih mahasiswa.
Selama di mall, saya sesekali mengeluarkan hp saya untuk sekedar menjawab bbm atau menerima telepon. Saya mengenakan jaket dengan dua saku di samping kanan kiri. Hp saya letakkan di saku sebelah kanan. Dengan asumsi "gampang ngambilnya kalo ada telpon, sms, atau apapun itu". Salah saya adalah, bukan hanya saya yang bisa dengan gampang mengambilnya. Orang lain juga.
Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, kami pun pulang, berjalan menuju tempat parkir motor di basement. Kebetulan saya dibonceng kawan meskipun itu adalah motor saya. Tak hanya di dalam mall, di parkiran pun ramai motor keluar masuk. Ketika saya naik motor dan sedang mengantri pengecekan karcis dan stnk, tiba-tiba saya merasa saku sebelah kanan disenggol seseorang. Deg! Saya cek saku. Hp sudah tidak ada disana. Seketika saya menoleh ke belakang. Ada seorang laki-laki berperawakan tinggi, mengenakan topi hitam, berjaket cokelat muda bercorak dengan tas selempang kecil sedang berjalan dengan santai.
Saya mempunyai firasat bahwa dia lah yang mengambil hp saya. Namun saya ragu. Saya seperti tak bisa bersuara. Takut jika saya berteriak copet kemudian dia dihajar massa tapi ternyata bukan dia yang mengambil. Sampai akhirnya ada seorang bapak-bapak melihat wajah pucat saya berkata "mbak, apanya yang hilang?" "Hape saya, Pak" "oh, pantesan dari tadi orangnya nempel ke mbak terus. Dia jalan masuk ke dalam mall, mbak." Saat itu juga kawan saya menghentikan motor dan mengajak saya untuk mengejar si pencopet agar hp saya bisa kembali.
Saya sudah pesimis, sekaligus lemas, takut, karena kemarin hape saya rusak, sekarang dicopet. Astaghfirullohal'adzim. Mungkin saya kurang bersedekah. Ketika melihat kawan saya yang tak henti-hentinya berusaha mencari orang yang saya curigai telah mengambil hp, meminta saya untuk tetap menelepon hp yang dicopet, timbul keyakinan bahwa saya harus berusaha dulu mencari hp saya. Baru kemudian pasrah jika memang tidak ketemu. Saya hanya mengikuti kemana arah dia pergi. Hi Tech Mall seluas dan seramai ini, mungkinkah si pencopet akan kami temui dan hp saya bisa kembali?
Saya berusaha mencari pencopet di keramaian, sedangkan teman saya mencari di daerah yang agak sepi. Kami naik ke lantai dua, berputar-putar, mencari dan terus mencari. Pikiran saya kalut. Teman saya kalut namun dia masih bisa fokus.
Sampai di daerah yang agak sepi, saya melihat seorang laki-laki duduk di depan sebuah toko. Sedang membuka hp dengan tipe yang sama dengan milik saya, berusaha mencopot baterainya. Mata saya terpaku pada silikon glow in the dark yang dia pegang. Itu hp saya!