"Dengan adanya score IQ melalui sebuah tes inteligensi, maka dapat diketahui bekal potensi yang kita miliki sehingga memudahkan kita dalam proses belajar serta mampu memberikan hasil yang optimal."
Sudah tidak asing lagi bagi kita dengan istilah tes IQ. Tes IQ adalah salah satu persyaratan yang mungkin dijumpai ketika akan masuk pada dunia pendidikan. Seperti halnya tes akademik, biasanya seleksi untuk penerimaan peserta didik baru selain dengan tes akademik adalah tes IQ. Namun, tahukah teman-teman apa itu IQ? Serta apa tujuan dilakukannya tes IQ? Sebelum menilik lebih dalam saya akan sedikit berbagi cerita singkat tentang pengalaman tes IQ saya.Â
Ketika akan masuk jenjang MTs, sekolah yang saya tuju ini memberikan dua macam tes. Tes tersebut adalah tes akademik dan tes IQ. Singkat cerita hasil dari tes IQ keluar dan menunjukkan score seratus sekian, di mana score tersebut tergolong kategori average. Kemudian tes IQ ini terulang ketika saya hendak mengikuti seleksi masuk MA. Namun, score IQ yang saya peroleh berbeda dengan ketika MTs dulu. Mengapa demikian ini bisa terjadi?Â
Dilansir dari laman tirto.id seorang profesor dalam bidang psikolog perkembangan bernama Stephen Ceci dari Cornell University, Amerika Serikat. Stephen Ceci mengutip pada sebuah studi, yaitu skor IQ dapat berubah seiring pertambahan usia. Skor IQ 33 remaja yang didapati saat mereka berusia 12-16 tahun ternyata berbeda dengan skor IQ yang didapatkan dari tes 4 tahun kemudian. Kutipan yang disampaikan Stephen Ceci begitu relate dengan pengalaman saya dalam tes IQ.Â
Baiklah, kita kembali pada pembahasan awal tadi. Jadi, Intelligent Quotients (IQ) merupakan sebuah kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Kecerdasan tersebut adalah kemampuan seseorang dalam hal menalar, belajar, memecahkan masalah, serta hal lainya yang melibatkan penggunaan logika. Kemudian tujuan dilakukannya tes IQ adalah agar kita mengetahui berapakah score IQ kita. Tes IQ ini ditemukan pada tahun 1904 oleh Alfred Binet, seorang ahli psikologi asal Perancis. Inteligensi adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam menentukan keberhasilan proses belajar seseorang. Dengan adanya score IQ melalui sebuah tes inteligensi, maka dapat diketahui bekal potensi yang kita miliki sehingga memudahkan kita dalam proses belajar serta mampu memberikan hasil yang optimal.Â
Tahukah teman-teman? bahwasanya inteligensi atau kecerdasan yang dimiliki setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor gizi. Pada tulisan ini saya tertarik untuk membahas kecerdasan yang dipengaruhi oleh faktor genetik.Â
Pastinya di antara kita pernah mendengar sebuah hadis yang menurut penjelasan Imam Al-Qurthubi hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Berikut ini adalah arti dari hadis yang dimaksud "Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, beliau berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).Â
Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa ibu adalah seseorang yang harus kita muliakan serta beliaulah pahlawan yang sangat berharga bagi diri kita. Lantas, apa hubungannya pembahasan kecerdasan dengan sosok ibu?Â
Gen yang berada pada nukleus dari telur yang telah dibuahi saat masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada setiap orang. Manifestasi dari hasil perbedaan gen tersebut dikenal dengan hereditas. Kemudian menurut sebuah penilitian oleh Thomas Bouchard rahim seorang ibu dan peristiwa yang terjadi dalam kandungan akan berpengaruh tiga kali lebih besar terhadap kecerdasan anak dibandinkan asuhan setelah bayi dilahirkan. Genetik yang diwariskan seorang ibu dipercaya dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anaknya. Menurut ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands Ben Hamel "Pengaruh itu sedemikian besar karena tingkat kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu". (Nina Herlina, 158: 2017).Â
Seorang ibu mewarisi genetik melalui mitokondria, di mana mitokondria ini hanya dimiliki oleh ibu saja. Mitokondria merupakan salah satu bagian sel yang mempunyai DNA sendiri, oleh karena itu investasi seorang ibu dalam diri anak mencapai 75%.Â