"Parent are not magicians. They can't guarantee their children happiness in later life or protect them from loss and rejection. But they can dramatically influence system in their children's brain" -SunderlandÂ
Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah swt kepada setiap pasangan suami istri di dunia ini. Anak terlahir dalam keadaan suci dan memiliki berbagai potensi. Potensi yang dimiliki ini tak luput dengan pola asuh orang tua terhadap anak dalam perkembangannya. Allah swt berfirman dalam Qs. Ar-Ra'd ayat 11 yang bermakna "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan satu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri". Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh pola asuh orang tua akan berdampak pada perkembangan anak di masa yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan perkembangan anak usia dini.Â
Dikatakan anak usia dini yaitu anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Pada masa ini pula disebut sebagai golden age atau masa keemasan. Mengapa demikian? karena pada rentang ini lah perkembangan pada anak sedang terjadi secara pesat. Perkembangan yang dimaksud meliputi, perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa dan verbal, serta sosial emosional. Ketua Asosiasi Pendidikan Guru PAUD, Dr. Sofia Hartati, M.Si mengatakan bahwa pada 5 tahun pertama kehidupan anak pertumbuhan sel saraf otak anak berkembang 50 persen, 30 persen akan terbentuk di usia 8 tahun dan 20 persen di 18 tahun. Oleh karena itu, sangat diperlukan stimulasi yang tepat dalam masa perkembangan anak usia dini ini.Â
Berbicara tentang perkembangan pada anak usia dini yang saya tekankan dalam pembahasan ini yaitu perkembangan koginitif. Di mana perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan sel saraf pada otak. Kita ketahui bahwa di usia dua tahun perkembangan otak anak mencapai 75% dari berat otak orang dewasa.Â
Dengan demikian, neuron atau sel saraf dalam otak pun turut mengalami perkembangan. Sel saraf ini akan menjalin koneksi antar satu sel dengan yang lainnya, sehingga terbentuklah seperti serabut lembut yang akan menutupi area otak. Kemudian serabut-serabut pada otak tersebut akan semakin penuh seiring bertambahnya usia anak. Dapat dipastikan bahwa sel saraf otak manusia 50% sudah mengalami pertumbuhan ketika anak baru lahir.Â
Menurut Icam Sutisna peran lingkungan ternyata memiliki pengaruh terhadap konektivitas antar sel yang ada di dalam otak. Otak akan tertekan jika lingkungan kurang memberikan stimulasi, sehingga hal ini akan berdampak pada konektivitas sel-sel saraf pada anak atau bahkan sel-sel tersebut akan mati. Oleh karena itu, lingkungan yang positif sangat diperlukan untuk menstimulasi anak. Apabila lingkungan tidak mendukung dengan baik atau membawa pengaruh negatif bagi anak, misal kondisi lingkungan yang terdapat kekerasan, kemungkinan akan mengganggu perkembangan anak untuk kedepannya. Â
Hubungan otak dan perkembangan kognitif anak usia dini
Perkembangan otak pada masa bayi dipercaya berkembang sangat cepat. Awal kelahiran berat otak masih sekitar 25% dari berat otak orang dewasa. Kemudian menginjak usia dua tahun meningkat menjadi 75% dari berat otak orang dewasa. Membahas tentang bagian-bagian otak, sudah kita ketahui bahwa 80% wilayah otak dikuasai oleh otak besar (cereberum). Otak besar sendiri memiliki peran dalam mengatur aktivitas mental, di mana aktivitas mental ini adalah ciri dari proses kognitif. Dengan demikian, sebagian besar wilayah pada otak digunakan untuk mengatur proses kognitif yang di dalamnya juga terlibat aktivitas mental.Â
Stimulasi saraf anak usia dini
Dilihat dari cepatnya perkembangan ini, maka guru ataupun orang tua harus memanfaatkan dengan baik masa-masa ini. Guru atau orang tua dapat memberikan stimulasi yang tepat bagi anak. Tentunya seperti yang sudah dipaparkan di atas tadi, yaitu lingkungan juga harus diupayakan sedemikian rupa dan memberi dampak positif terhadap perkembangan anak. Selain itu, stimulasi yang dapat diberikan yaitu ruang untuk bermain anak. Maksudnya adalah beri anak kebebasan untuk bermain, tetapi tetap harus dalam pengawasan orang tua atau guru. Bermain memang identik dengan ranah anak-anak, yakni belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar.Â