Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Kooperatif Melalui Diskusi Berkelompok

7 Desember 2020   20:53 Diperbarui: 7 Desember 2020   21:03 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Setiap orang terlahir dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, maka antara satu sama lain baiknya saling melengkapi dengan kemampuan yang dimiliki"

"Setelah saya menjelaskan materi ini, saya akan membagi kalian dalam beberapa kelompok yaa..." ucap seorang guru kepada murid-muridnya ketika pembelajaran berlangsung dalam kelas. 

Yaa, memang belajar dalam bentuk kelompok merupakan salah satu implementasi dari model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada diskusi antar satu sama lain dalam kelompok guna memecahkan suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Sehingga, dari diskusi yang dilakukan tersebut dapat ditemukan jawaban serta dapat mencapai tujuan pembelajaran. 

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran merupakan pedoman dalam bentuk program atau instruksi untuk strategi pengajaran yang dirancang agar mencapai pembelajaran. Pedoman tersebut berisi tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator untuk menyampaikan materi pembelajaran bagi siswanya. Seperti yang dijelaskan Ridgway & Quinones (2012) dalam Betty Yulia Wulansari (2016: 24-25) bahwa pendidik bertugas membimbing, menyarankan dan memperluas tetapi tidak untuk mengontrol atau perintah. Sehingga guru atau tenaga pendidik hanya bertugas membimbing, mengarahkan, serta melayani pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. 

Maka dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru bertugas menyampaikan materi untuk siswanya. Setelah itu sang guru dapat membagi siswanya ke dalam beberapa kelompok dengan memberikan sebuah tugas atau permasalahan yang harus diselesaikan oleh suatu kelompok tersebut. Dalam satu kelompok baiknya tidak terlalu banyak anggotanya, agar satu sama lain dapat berdiskusi secara optimal dan dapat bertukar argumen dengan baik. 

Dalam satu kelompok yang telah terbentuk ini bisa jadi setiap anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Maka di sinilah proses diskusi terjadi, yakni siswa yang memiliki pengetahuan lebih akan mengajarkan atau memberikan pemahaman kepada teman satu kelompoknya tentang tugas yang diberikan oleh sang guru. 

Hal ini yang bisa dikatakan dengan saling melengkapi satu sama lain. Saat proses diskusi berlangsung, guru dapat memantau dan mengawasi setiap siswanya. Selanjutnya pada akhir pembelajaran guru dapat memberikan evaluasi dari pembelajaran yang dilakukan berkelompok tersebut. 

Ketika saya duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah kegiatan pembelajaran yang seperti ini disebut dengan Sistem Tutor Sebaya atau disingkat dengan STS. 

Melalui model belajar STS ini dipercaya bahwa anak lebih mudah memahami suatu materi pembelajaran dari teman sebayanya dibandingkan dari gurunya. Mengapa demikian? karena hubungan dengan teman sebaya dirasa lebih enjoy, sehingga seorang anak tersebut dapat lebih mudah menanyakan apabila kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru kepada teman sebayanya tanpa rasa malu ataupun sungkan. 

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yang perlu diketahui. Menurut Lungdren (1994) unsur-unsur tersebut adalah : 

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau berenang bersama."
2. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan berkelompok bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar akademik siswa, selanjutnya siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta mengembangkan keterampilan sosial siswa. Kemudian dengan pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah bekerja sama mengenai materi belajar yang disampaikan oleh sang guru, serta membantu atau saling melengkapi satu sama lain dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. 

Referensi :
1. Wulansari, Betty Y, & Sugito. 2016. Pengembanagn Model Pembelajaran Berbasis Alam Untuk Meningkatakan Kualitas Proses Belajar Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 3, Nomor. 1, Hal 16 -- 27.

2. Kurniawan, Aris. 2020. Pembelajaran Kooperatif. https://www.gurupendidikan.co.id/pembelajaran-kooperatif/ (diakses 7 Desember 2020) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun