Mohon tunggu...
Alam Raya
Alam Raya Mohon Tunggu... Freelancer - Just Human

Pernah belajar spasial dan lingkungan tinggal di Jawa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fakta Tentang Hallowen, Diperingati dari Saudi, Shibuya Hingga Itaewon, Korban Hingga 154 Jiwa.

31 Oktober 2022   17:15 Diperbarui: 31 Oktober 2022   17:15 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tragedi Halloween di Itaewon Korea Selatan sampai saat ini mencapai 154 jiwa dari hampir 100 ribuan di gang sempit terjepit dan terinjak - injak. Halloween di Itaewon merupakan festival tahunan pertama dalam tiga tahun pasca pandemi Covid, pada Sabtu, 29 Nopember 2022. Sejumlah 26 korban merupakan warga negara asing, terkonfirmasi melalui Dubes RI untuk WNI, selamat tidak ada korban jiwa.

Pihak berwenang Korsel masih tahap peyelidikan terjadinya tragedi ini dan belum dapat menyimpulkan penyebab 154 orang tewas, awal temuan mengalami serangan jantung mendadak. Namun, nitizen yang bersaksi meyakini karena kerumunan yang amat padat dan berdesakan menyebabkan kekurangan oksigen.

Presiden Yoon Suk-yeol menetapkan masa berkabung nasional selama 6 hari kedepan kemudian distrik Itaewon sebagai zona bencana setelah insiden. Sementara dibelahan barat warga Saudi juga menyelenggarakan festival serupa Halloween dengan cosplay hantu Internasional. Menarik memang karena Saudi merupakan Negara tempat Budaya Islam berkembang dan sejauh ini Halloween bukan tradisi Islam.

Halloween di Itaewon menjadi tujuan wisata festival tahunan, distrik Itaewon dikenal sebagai pusat multikultur berbagai agama dan ras berkumpul. Seperti halnya di Shibuya Jepang. Apalagi sejak diperkenalkan dengan viralnya drama korea Itaewon Class yang mengambil setting tempat dan suasananya. Mengapa Halloween ini dipilih untuk dikemas dan dirayakan bahkan bukan budaya asal penduduk setempat.

Berikut fakta tentang Halloween lebih jauh. Dilansir dari Wikipedia.

1.Halloween dari Nama dan Makna

Halloween atau Hallowe'en berawal pada sekitar tahun 1785  "Hallowe'en" berarti "malam yang dikuduskan" atau "malam suci" berasal dari suatu istilah Skotlandia untuk All Hallows' Eve ( Malam Para Kudus, yaitu malam sebelum Hari Raya Semua Orang Kudus).

Perayaan Halloween di sejumlah negara tepat pada tanggal 31 Oktober yaitu pada malam Hari Raya Semua Orang Kudus (All Hallows' Day) di Kekristenan Barat.

Perayaan tersebut mengawali peringatan trihari Masa Para Kudus, suatu periode dalam tahun liturgi yang didedikasikan untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia, termasuk para kudus atau santo/santa (saints, hallows), martir, dan semua arwah umat beriman.

Banyak tradisi Halloween bermula dari festival-festival panen Kelt kuno yang memiliki akar-akar pagan, khususnya festival Samhain etnis Gael, dan festival tersebut dikristenkan sebagai Halloween.

2.Pengaruh agama dan Budaya

Halloween dipengaruhi kepercayaan dan adat istiadat masyarakat di negara-negara berbahasa Kelt, yang mana beberapa di antaranya diyakini memiliki dasar pagan. Perayaan Halloween, ada yang mencatat juga berasal dari perayaan Romawi kuno Pomona, dewi buah-buahan, atau dalam festival orang mati disebut Parentalia.

Namun perayaan tersebut secara lebih khusus dikaitkan dengan festival Kelt Samhain", yang mana berasal dari bahasa Irlandia Kuno untuk "akhir musim panas". Perayaan dilangsungkan pada atau sekitar tanggal 31 Oktober -- 1 November. Adat dan kebiasaan Halloween masa kini juga diduga telah dipengaruhi oleh praktik dan dogma yang berasal dari Kekristenan. Halloween merupakan malam sebelum hari suci Kristen Hari Para Kudus (All Hallows' Day).

Hari Semua Orang Kudus (All Saints') atau Hallowmas, tanggal 1 November dan Hari Semua Jiwa (All Souls' Day) tanggal 2 November, sehingga tanggal 31 Oktober yang merupakan hari libur di beberapa negara ini secara lengkap dinamakan Malam Para Kudus (All Hallows' Eve, yaitu malam sebelum All Hallows' Day)

3.Tradisi dan kegiatan yang dilakukan

Kegiatan saat Halloween meliputi Trick or treat (hal terkait penyamaran dengan kostum seram), menghadiri pesta kostum Halloween, mendekorasi, mengukir waluh menjadi Jack-o'-lantern, menyalakan api unggun besar, permainan ramalan atau penenungan, apple bobbing, bermain lelucon praktis, mengunjungi atraksi berhantu, menceritakan dongeng menakutkan, dan menonton film horor.

Di banyak belahan dunia, perayaan keagamaan Kristen saat Malam Para Kudus, misalnya menghadiri ibadah gereja dan menyalakan lilin pada makam, masih tetap populer, meskipun di tempat lain berlangsung perayaan yang lebih sekuler dan komersial.

Beberapa umat Kristen secara historis berpantang daging pada Malam Para Kudus, suatu tradisi yang tercermin dengan makan makanan tertentu pada hari vigili ini, misalnya apel, panekuk kentang, dan kue jiwa.

Trick-or-treating merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan anak-anak saat Halloween. Anak-anak pergi berkeliling dari rumah ke rumah dengan mengenakan kostum; mereka meminta diberikan sesuatu seperti permen, atau kadang-kadang uang, sambil mengajukan pertanyaan, "Trick or treat?" Kata "trick" mengacu pada "threat" (ancaman) yang berarti bahwa mereka akan melakukan kenakalan pada pemilik rumah atau propertinya jika tidak diberikan apa-apa.


Praktik tersebut dikatakan berakar dari praktik bermain sandiwara bisu (mumming) pada abad pertengahan, yang mana berkaitan erat dengan kebiasaan berbagi kue jiwa (souling). Bermain sandiwara bisu dipraktikkan di Jerman, Skandinavia, dan belahan Eropa lainnya, orang-orang mengenakan kostum dan topeng serta "berpawai di jalan-jalan dan masuk ke rumah-rumah untuk menari atau bermain dadu dalam keheningan."


4.Mengapa Labu, makanan apa saja saat peringatan Halloween?


Saat Malam Para Kudus karena banyak denominasi Kristen Barat yang menganjurkan umatnya untuk berpantang daging, sehingga menyebabkan timbulnya berbagai variasi makanan vegetarian terkait dengan hari raya ini.


Perayaan Halloween di Belahan Utara berlangsung saat puncak panen tahunan apel, permen apel (di luar Amerika Utara dikenal dengan sebutan toffee apples) atau apel karamel merupakan suguhan umum saat Halloween yang dibuat dengan melumuri keseluruhan buah apel dengan sirup gula yang pekat, terkadang dilanjutkan dengan melumurinya dengan kacang.


Menurut tradisi di Irlandia dan Skotlandia, turnip/patung atau simbol  telah diukir dan dibentuk sebelum Halloween, namun para imigran di Amerika Utara menggunakan waluh/ Labu kuning setempat, yang mana lebih lunak dan lebih besar --sehingga lebih mudah diukir dibanding turnip.


Tradisi mengukir waluh di Amerika tercatat tahun 1837 dan awalnya terkait dengan waktu panen pada umumnya, tidak secara khusus dikaitkan dengan Halloween sampai pada pertengahan hingga akhir abad ke-19.


Adopsi budaya perayaan Halloween sejauh ini lebih pada budaya komersil, mendatangkan para turis dengan akulturasi budaya yang ada, mulai dari tiket perjalanan, hotel, restoran maupun club. Sebuah kemasan untuk menarik para turis untuk datang. Dicermati lebih jauh terdapat simbol perlawanan terhadap doktrin terhadap wujud hantu dan setan bahwa manusianya bisa menyamar lebih mengerikan.

Artikel juga tayang di Nongkrong.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun