Mohon tunggu...
Oom Roes
Oom Roes Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Solo, sekolah di FE Undip Semarang dan University of Oregon, AS, bekerja di Bank BRI sampai tahun 2002, sekarang tinggal di Bintaro Jaya, Tangerang. Twitter @roesharyanto FB: Oom Roes

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hutang Pemerintah AS Rp152,000 Trilyun

18 Oktober 2012   06:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:43 2784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350640681780576663

[caption id="attachment_218770" align="aligncenter" width="533" caption="Federal Debt 1971 - Mach 2012 (resource-investor.com)"][/caption]

Amerika Serikat (AS) adalah negara terkaya di dunia. Produk domestik brutonya (PDB) mencapai $15 trilyun per tahun (PDB Indonesia $1 trilyun) atau 20% dari total PDB dunia menurut nilai nominal. Namun demikian tidak berarti tidak pernah punya masalah dengan hutang. Dari tahun ke tahun pemerintah AS selalu dililit hutang dengan jumlah yang sangat fantastis. Dalam debat calon presiden AS, salah satu isu utama yang dibahas adalah bagaimana presiden mendatang akan mengatasi defisit anggaran belanja. Masalah defisit menjadi sangat penting karena berhubungan langsung dengan hutang pemerintah AS yang terus membengkak dari tahun ke tahun.

Defisit terjadi apabila penerimaan dalam APBN lebih kecil dari pengeluaran. Selisih ini harus ditutup dari sumber lain. Pemerintah AS menutup defisitnya dengan menerbitkan surat hutang. Karena surat hutang ini diterbitkan oleh Department of Treasury maka dikenal dengan sebutan Treasuries. Di AS kita menegnal Treasury-bills yang berjangka kurang dari 1 tahun, Treasury Notes berjangka 2 sampai 10 tahun dan Treasury Bonds yang berjangka lebih 10 tahun.

Surat hutang ini dijual ke masyarakat umum seperti investor individu, perusahaan, negara lain dan the Fed atau Bank Sentralnya Amerika, dan dapat diperdagangkan secara bebas di pasar uang dan modal. Disamping hutang ke publik,pemerintah AS juga berhutang kepada badan antar pemerintah untuk membiayai program jaminan sosial (social security).

Selama 4 tahun terakhir pemerintahan Obama, defisit anggaran belanja AS tidak pernah kurang dari dari $1 trilyun per tahunnya. Untuk tahun anggaran 2012 APBN AS mencatat pengeluaran $3,8 trilyun dan penerimaan $2,5 trilyun, dengan defisit $1,3 trilyun. Sampai dengan Oktober 2012 hutang pemerintah AS secara kumulatif telah mencapai $16,1 trilyun, yang terdiri dari hutang publik $11,3 trilyun dan hutang antar badan pemerintah $4,8 trilyun. Dari hutang publik ini, Cina dan Jepang masing-masing memegang obligasi AS senilai $1,1 trilyun.

Hutang pemerintah biasanya meningkat tajam setelah perang atau resesi, namun secara berangsur-angsur menurun pada tahun-tahun berikutnya. Untuk kali ini hutang pemerintah AS telah sedemikian besarnya, sedang disisi lain belum jelas benar sumber-sumber penerimaan untuk menutup defisitnya. Perekonomian AS belum pulih benar dari krisis 2008, pengangguran masih tinggi, neraca perdagangan masih defisit serta harga energi yang melonjak dua kali lipat. Hal ini membuat lembaga-lembaga pemeringkat kredit mulai meninjau kembali peringkat kredit AS. Standard and Poors, lembaga pemeringkat paling top di dunia, walaupun masih memberi peringkat AAA tapi untuk economic outlook-nya diturunkan menjadi negatif. Egan-Jones Rating Companybahkan menurunkan peringkat kredit AS dari AAA menjadi AA+.

Salah satu sumber defisit adalah besarnya anggaran untuk keperluan militer. AS sebagai negara super power dan selalu ingin menjadi polisinya dunia, memerlukan angkatan bersenjata yang kuat diseluruh belahan penjuru dunia. Sebagai gambaran , untuk tahun 2012 ini anggaran militer AS mencapai $660 milyar atau kurang lebih Rp 6,300 trilyun. Bandingkan dengan APBN Indonesia yang secara keseluruhan hanya mencapai Rp1,400 trilyun.

Walaupun hutang pemerintah AS sudah sedemikian besarnya, tetapi kepercayaan duniua terhadap kemampuan AS untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari investasi dunia dalam surat berharga 60% masih dalam instrumen dollar, sisanya terpecah dalam berberapa matauang utama dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun