Mohon tunggu...
Oom Roes
Oom Roes Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Solo, sekolah di FE Undip Semarang dan University of Oregon, AS, bekerja di Bank BRI sampai tahun 2002, sekarang tinggal di Bintaro Jaya, Tangerang. Twitter @roesharyanto FB: Oom Roes

Selanjutnya

Tutup

Money

Amerika: Banyak Belanja, Banyak Utang, tapi Ekonominya Tambah Kuat

22 September 2015   05:54 Diperbarui: 22 September 2015   07:08 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sejak kecil nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua kita, jangan boros pandai berhemat. Pepatah mengatakan: rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Ini juga berlaku untuk negara. Masyarakat didorong untuk banyak menabung agar bisa mengumpulkan dana untuk membiayai pembangunan ekonomi. Didalam perekomian dunia yang sudah meng-global tidak selalu demikian. Orang Jepang terkenal gemar menabung. Hidupnya efisien tidak banyak belanja. Ekspornya juga melebihi impornya. Neraca perdagangannya setiap tahunnya surplus $100 milyar. Tetapi ekonominya melemah. Pertumbuhannya tidak mencapai 2%, bahkan cenderung semakin menurun.

Sebaliknya, Amerika banyak belanja menabungnya sedikit. Mereka juga lebih banyak membeli barang dari luar daripada menjual barang keluar. Neraca perdagangannya defisit $400 milyar setiap tahunnya. Tapi ekonominya maju, bahkan cenderung semakin menguat.
Tapi darimana Amerika memperoleh uangnya untuk bisa belanja? Mereka pinjam dari Jepang, Cina dan negara2 lain. Jepang membeli surat2 hutang US melebihi $1 trilyun. Obligasi Amerika yang dipegang Cina nilainya $1,4 trilyun. Jadi negara-negara lain menabung untuk dipinjamkan kepada Amerika, agar supaya orang Amerika bisa tetap belanja. Secara global Amerika berhutang $5 trilyun kepada negara-negara lain.

Tapi mengapa negara-negara lain mau saja terus ngutangi Amerika?

Untuk memuaskan nafsu belanja orang Amerika negara-negara lain harus mengucurkan $2 milyar setiap harinya ke Amerika. Ketika negara-negara lain berhemat, Amerika tetap saja royal belanja, walaupun dengan cara hutang. Penggunaan kartu kredit di Amerika paling tinggi didunia. Jadi, dunia memerlukan Amerika agar barang-barangnya laku, agar ekonominya tetap tumbuh. Caranya? Dengan mengutangi Amerika. Ini ibaratnya warung kelontong yang tetap memberi kredit kepada pelanggannya agar setiap harinya tetap bisa belanja. Pelanggan tidak mau beli kalau tidak diutangi. Amerika adalah pelanggan yang beruntung, sedang negara lain adalah pemilik warung yang tidak berdaya.

Secara individual, masing-masing negara menganggap Amerika sebagai raksasa ekonomi yang tidak akan bangkrut. Secara global mungkin perlu kajian lagi. Utang pemerintah, (dliuar utang swasta) saat ini mencapai $14,5 trilyun. Defisit APBN setiap tahunnya antara $800 M sampai $1 trilyun. 

Apa pelajaran yang bisa ditarik?

Dari analisa diatas: Negara tidak akan tumbuh ekonominya kecuali rakyatnya mau belanja, kalau perlu utang. Kita sekarang sedang mengalami perlambatan ekonomi ketika pencairan anggaran tersendat. Masalahnya, kalau orang kaya utang dikasih terus, kalau orang miskin?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun